
Polri mendeteksi adanya penyerangan di bulan Ramadhan
keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Polisi mengaku telah mengurangi risiko penyerangan dengan menangkap 4 terduga teroris di Surabaya pada Juni lalu.
JAKARTA, Indonesia – Polisi mengaktifkan status waspada jauh sebelum penyerangan bom bunuh diri di Mapolresta Solo, Jawa Tengah pada Selasa pagi, 5 Juli, kata Kapolri Jenderal Badrodin Haiti.
Menurut Badrodin, polisi mengaktifkan status tersebut peringatan karena ada pesan teroris dari Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) setelah itu melakukan analisis dan memetakan jaringan teroris yang dinilai berpotensi melakukan serangan di Indonesia.
“Sudah saya bilang ada perintah (teror dari) ISIS. Juru bicara ISIS Abu Muhammad berpesan (kepada) seluruh anggota ISIS untuk bertindak di bulan Ramadhan, kata Badrodin usai menunaikan salat Idul Fitri di Mabes Polri, Rabu, 6 Juli.
Badrodin tidak menyebutkan kapan polisi mengetahui instruksi teror Abu Muhammad. Namun, polisi berusaha mencegah aksi terorisme dengan menangkap empat terduga teroris berinisial PHP, BR alias F, FN dan S Dari beberapa lokasi terpisah di Surabaya, Jawa Timur. Penangkapan dilakukan oleh Pasal Khusus 88 Anti Teror pada Rabu lalu, 8 Juni.
Densus, kata Badrodin, menyita beberapa senjata api dan 3 bom bahan peledak tinggi yang diubah menjadi jaket tangan keempat terduga teroris.
“Kami telah mengurangi risiko ini dengan melakukan penangkapan di Surabaya. Mereka merencanakan serangan yang lebih besar dibandingkan di Solo. “Itu (teroris Surabaya) rencananya dilaksanakan pada 17 Ramadhan (22 Juni),” kata Badrodin.
Badrodin mengklaim, dari 4 teroris yang ditangkap di Surabaya, polisi segera melakukan pengembangan dan berharap hasil penyelidikan bisa menemukan benang merah jaringan teroris yang ingin melakukan aksi di Indonesia. Karena itu, dia menolak anggapan berbagai pihak yang menyebut polisi ketinggalan dalam aksi bom bunuh diri di Mapolresta Solo. Sebab, mereka melakukan segala daya mereka untuk itu mendeteksi jaringan teroris.
“Yang namanya bom bunuh diri tidak bisa diharapkan. Anda ingin menangkapnya di rumah, meledakkannya di rumah. Anda ingin menangkapnya di jalan, meledakkannya di jalan. Ditangkap di penjaga, diledakkan di penjaga. “Belum ada antisipasi yang efektif,” kata Badrodin.
Bom bunuh diri meledak di Mapolresta Solo Kota Besar (Mapolresta), Jawa Tengah, sekitar pukul 07.45 WIB pada Selasa pagi, 5 Juli. Pelaku tewas seketika, sedangkan petugas polisi yang berusaha menghentikannya mengalami luka di bagian wajah.
Badrodin mengatakan, pelaku bom bunuh diri kemungkinan besar adalah Nur Rahman, pria berusia 31 tahun asal Solo. Dia merupakan salah satu anggota jaringan Aman Abdurrahman yang tidak tertangkap saat ditangkap Densus 88 di Solo pada 29 Desember 2015. Dua terduga teroris yang tertangkap saat itu adalah Nur Hamzah dan Andika.
Kemungkinan besar ya (pelakunya Nur Rahman), kata Badrodin kepada Rappler melalui telepon, Selasa. “Kami tentunya menunggu hasil tes DNA forensik.”
Kelompok Nur Rahman pernah melakukan pembongkaran dan pembongkaran senjata tajam jenis m16 di Masjid Al Wustho Mangkunegaran, utara Polsek Banjarsari, Solo. Nur Rahman sendiri berasal dari kelompok hisbah Solo, jaringan ISIS yang juga masih satu sel dengan Syamsudin Uba dari kelompok Bekasi.
Benar, itu kelompok Bekasi, kata Badrodin. – Rappler.com.
BACA JUGA: