• November 23, 2024
Posisi WNI yang disandera Abu Sayyaf sudah terlacak

Posisi WNI yang disandera Abu Sayyaf sudah terlacak

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Tempat penyanderaan 10 awak kapal WNI tersebut berada di wilayah Filipina. Untuk itu, TNI terus berkoordinasi dengan Angkatan Bersenjata Filipina.

JAKARTA, Indonesia – Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan pemerintah Filipina sudah mengetahui lokasi 10 awak kapal WNI yang diduga disandera kelompok Abu Sayyaf. Berdasarkan hasil pantauan dan koordinasi dengan tim di Filipina, lokasi penyanderaan masuk ke wilayah hukum Filipina.

“Mereka (pihak Filipina) sudah mengetahui tempat itu. Nanti saya akan berkoordinasi dan terus memantau, kata Gatot di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu, 30 Maret.

Ia mengatakan TNI siap dipanggil untuk membantu Angkatan Bersenjata Filipina jika diperlukan. Saat ini, Indonesia terus melakukan pemantauan dan koordinasi dengan Filipina.

“Sebagaimana disampaikan Menlu, prioritas kami adalah menyelamatkan WNI yang disandera,” kata Gatot.

Kelompok militan Abu Sayyaf, jelas Gatot, memiliki banyak sempalan di Filipina. Mereka juga mendalami kelompok sempalan mana yang diduga menyandera 10 WNI tersebut.

“Kami hanya membantu dengan bertukar informasi,” ujarnya.

Saat ditanya apakah benar TNI menyiapkan pasukan di pangkalan di Tarakan, Gatot membenarkan ada pangkalan angkatan laut TNI di sana.

“Pasukan Serangan Reaksi Cepat (PPRC) TNI mempersiapkan kegiatan latihan setiap tahunnya. “Latihannya di mana, terserah saya,” kata jenderal bintang empat itu.

Dalam keadaan hidup

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Panjaitan mengatakan, kondisi 10 awak kapal WNI yang disandera tersebut masih hidup. Saat ini, pemerintah masih menunggu proses negosiasi yang berjalan.

Laporan yang kami terima, 10 awak kapal masih hidup, kata Luhut, Selasa 29 Maret di Jayapura.

Terkait uang tebusan yang diminta kelompok Abu Sayyaf sebesar 50 juta peso atau setara Rp 15 miliar, katanya masih belum ada keputusan. Semua masih menunggu proses negosiasi.

Nilai batu bara yang mereka bawa hanya Rp4 miliar, kata mantan Kepala Staf Kepresidenan itu.

Meski demikian, Luhut menegaskan pemerintah siap melepaskan 10 WNI yang disandera tersebut, jika proses perundingan menemui jalan buntu. Ia enggan membeberkan langkah apa saja yang dilakukan pemerintah untuk membebaskan 10 WNI tersebut.

Kronologi kejadian

Kapal tunda Brahma 12 dan tongkang Anand 12 dibajak saat mengangkut 7.000 ton batu bara dari Sungai Puting, Kalimantan Selatan menuju Batangas, Filipina Selatan. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir mengaku belum mengetahui pasti kapan kapal tersebut dibajak.

Pemilik kapal baru mengetahui pembajakan tersebut pada Sabtu, 26 Maret, saat menerima telepon dari seseorang yang mengaku dari kelompok Abu Sayyaf, kata Arrmanatha melalui pesan singkat.

Melalui komunikasi telepon, para perompak menyampaikan tuntutan uang tebusan kepada pemilik perusahaan kapal. Tercatat, pelaku sudah dua kali menghubungi pemilik kapal.

“Kapal Brahma 12 telah dilepas dan saat ini berada di tangan pihak berwenang Filipina. Sementara kapal Ananda 12 dan 10 awak kapal masih disandera bajak laut, kata Arrmanatha.

Perusahaan pemilik kapal tersebut juga telah memberitahu keluarga 10 awak kapal tersebut. -dengan laporan ANTARA/Rappler.com

BACA JUGA:

HK Prize