Prancis vs Islandia: Akhiri kejutan Strakamir Okkar
keren989
- 0
JAKARTA, Indonesia – Salah satu kelebihan Islandia mencapai babak perempat final adalah karena tak pernah dianggap serius oleh lawannya. Mereka tidak menyadari apa yang bisa dilakukan Aron Gunnarsson dan teman-temannya.
Namun di babak perempat final, faktor tersebut tidak berlaku lagi. Didier Deschamps, pelatih timnas Prancis, tak bisa menganggap mereka sebagai tim debutan di Euro 2016. Mereka adalah pembunuh raksasa.
biru bisa menjadi korban selanjutnya jika lengah dalam bentrokan di Stadion Stade de France, Saint Denis, Senin 4 Juli pukul 02.00 WIB.
“Para pemain sadar bahwa Islandia tidak sampai sejauh ini karena keberuntungan. Mereka layak dan punya kualitas,” kata dia Deschamps seperti dikutip UEFA.com.
Salah satu julukan kemampuan tim Strakamir kami Yang ada dalam radar Deschamps adalah lemparan ke dalam. Pemain Islandia mampu melakukan ini hingga jarak 35 hingga 40 meter. “Itu seperti tendangan bebas,” kata mantan pemain Juventus dan Chelsea itu.
Selain itu, kata Deschamps, Islandia sangat mengandalkan fisik. Dengan kemampuan fisik yang kuat, tim yang dilatih duet pelatih Lars Lagerback dan Heimir Hallgrimsson akan sangat kuat dalam menjaga bola.
“Kami harus lebih agresif dan berjuang untuk duel udara,” ujarnya.
Deschamps memang perlu memberikan perhatian serius terhadap Islandia. Tim asal negara yang hanya berpenduduk sekitar 300 ribu jiwa itu menjadi kekuatan menakutkan di Euro 2016. Di tangan mereka, Inggris dan Austria kalah.
Sementara Portugal dan Hongaria tak mampu meraih kemenangan melawan mereka.
Islandia juga tidak lemah karena tidak punya pemain bintang. Ketiadaan bintang sebenarnya bisa mereka manfaatkan dengan sering bermain bersama. “Itu selalu menjadi karakter kami,” kata Lagerback.
Mereka juga tidak sedikit pun malu dengan tekanan dari lawan yang bermain di kandang sendiri. Pasalnya, negara Skandinavia ini sebenarnya mempunyai kemampuan mental yang sangat kuat.
“Terkadang orang-orang kami sangat menyesatkan. Kalau kita melawan Belanda, kata orang, kita akan bantai mereka. Kami akan mengalahkan mereka dengan telak. Dan mereka mengatakannya dengan sangat serius,” kata Dadi Rafnsson, direktur pembinaan pemuda di Bridablik, salah satu klub di Islandia. kepada Penjaga.
“Prancis adalah favorit, namun peluang mereka tidak terlalu besar,” kata Lagerback.
Deschamps harus menghadapi semangat luar biasa Islandia dengan skuad yang tidak lengkap. Bek Adil Rami dan N’Golo Kante absen karena sanksi akumulasi kartu.
Rami bisa digantikan oleh Eliaquim Mangala atau Samuel Umtiti. Untuk Kante, Deschamps bisa menggunakan Yohan Cabaye.
Cabaye dan Kante sebenarnya punya tipe permainan yang berbeda. Kante adalah penjaga pertahanan yang baik. Raja intersepsi Liga Premier tahun lalu adalah tembok besar bagi lawan sebelum menghadapi kuartet pemain bertahan.
Kelemahannya, Kante tidak banyak memiliki visi menyerang. Ia juga kurang bisa bermain agresif dan menciptakan ancaman ke gawang lain.
Sebaliknya, Cabaye adalah pemain paradigma pembuat permainan. Dia memiliki visi permainan. Namun, dia sedikit lemah dalam pertahanan.
Deschamps mengandalkan Payet dan Griezmann
Meski diunggulkan karena komposisi pemain dan tuan rumah, Prancis belum terlalu meyakinkan. Paul Pogba masih belum mampu menampilkan performa terbaiknya. Begitu pula gelandang Paris Saint-Germain Blaise Matuidi.
Pada awal turnamen, Antonie Griezmann juga belum kompak dengan para pemainnya. Beruntung performa penyerang Atletico Madrid itu mulai membaik. Dia mencetak tiga gol dan merupakan salah satu kandidat pencetak gol terbanyak Euro 2016.
Selain Dimitri Payet, Deschamps kini bisa mengandalkan Griezmann. Kontribusinya tak hanya di lini serang. Griezmann juga turut membantu bertahan ketika diserang.
Data Whoscored dari Perancis melawan Republik Irlandia menyebutkan bahwa Griezmann juga merupakan penyalur bola yang baik. Meski berposisi sebagai striker, namun ia mempunyai visi permainan yang bagus.
Namun, Griezmann justru cenderung bermain di tengah. Posisi yang biasa ia pegang di Atleico Madrid. Di dalam biruDeschamps lebih banyak menggunakan dia sebagai penyerang sayap.
Saat Prancis mengalahkan Irlandia 2-1 dan Griezmann mencetak dua gol, pemain berusia 25 tahun itu mulai digunakan sebagai pusat serangan di babak kedua.
“Harus saya akui, saya lebih terbiasa bermain di tengah. Seperti yang biasa saya lakukan di Atletico.” dia berkata.
Dengan situasi tersebut, Deschamps akan terus memantau perkembangan permainan timnya dari menit ke menit. Ia tak mau cuek dengan potensi berbahaya Islandia.
Deschamps pun tak segan segera melakukan perubahan rencana permainan tim jika pemainnya tidak dapat mencetak gol.
“Saya sering melihat tim memulai pertandingan dengan baik, namun menyelesaikannya dengan buruk. Ketika segala sesuatunya tidak berjalan baik, saya selalu bereaksi. “Seperti yang saya lakukan (melawan Irlandia) dengan meminta Kingsley Coman melakukan pemanasan, meski pertandingan hanya berdurasi 35 menit,” ucapnya.—Rappler.com
BACA JUGA: