Puluhan pasangan penyandang disabilitas menikah massal di Bandung
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Selain gratis, kedua mempelai juga mendapat mahar berupa logam mulia seberat 1 gram
BANDUNG, Indonesia — Engkon terdiam. Tenggorokannya tercekat karena haru yang luar biasa: perempuan berusia 24 tahun itu baru saja menikah dengan pria yang dicintainya, Dedi Sumadi.
“Saya yakin (menikah dengan Dedi),” ujarnya usai menjalani prosesi ijab kabul di parkiran Gedung Sate Barat, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Rabu, 17 Mei 2017.
Dedi mengaku baru menjalin hubungan dengan Engkon dua pekan lalu. Meski demikian, ia tak segan-segan mengajak Engkon menikah dengannya. “Saya sudah punya Cinta (suka Engkon),” kata pemuda asal Sukabumi ini.
Pasangan pengantin baru ini menjalani prosesi pernikahan yang cukup istimewa. Pasalnya, upacara pernikahan mereka disaksikan langsung oleh Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar.
Selain itu, Dedi dan Engkon juga tidak menikah. Bersama mereka, ada 13 pasangan lainnya yang juga melangsungkan pernikahan massal hari ini di Parkir Barat Gedung Sate. Mereka adalah pasangan penyandang disabilitas.
Dedi dan Engkon adalah pasangan tunanetra. Pasangan penyandang disabilitas lain yang juga menikah antara lain Ramdani (24) yang memiliki disabilitas tangan dan pasangannya Winda (23) yang berbadan normal.
Mereka menikah massal dalam acara bertajuk Hiburan Amal Mimbar Untuk Kaum Dhuafa (MHABD). “Selama salah satunya adalah penyandang disabilitas, maka bisa mengikuti pernikahan massal ini,” kata koordinator pernikahan massal Soraya di lokasi acara.
Soraya menjelaskan, mengumpulkan calon pengantin dalam pernikahan massal penyandang disabilitas ini bukanlah hal yang mudah. Karena selain syarat mengenai status perkawinan calon pengantin, juga sulitnya mengatur syarat perkawinan.
Apalagi, kediaman calon pengantin banyak yang berada di luar Kota Bandung, bahkan ada yang berasal dari Kediri, Jawa Timur. “Mereka mempunyai keterbatasan fisik dalam mengurus syarat pernikahan, itulah sebabnya kami mengadakan acara pernikahan massal bagi penyandang disabilitas,” kata Soraya.
Semua pasangan penyandang disabilitas yang menikah massal tidak dipungut biaya alias gratis. Tak hanya itu, mereka juga mendapatkan satu set souvenir pernikahan termasuk mahar berupa logam mulia seberat 1 gram.
Para pengantin bahkan di rias wajahnya secara gratis oleh puluhan makeup artist yang mendukung acara tersebut. Pantas saja mereka terlihat begitu bahagia.
Kebahagiaan terpancar antara lain dari pasangan Ai Sunengsih dan Wahyu Setiawan. Keduanya sudah tua. Sunengsih berusia 66 tahun dan Wahyu Setiawan 64 tahun. Keduanya adalah pasangan buta.
Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar mengatakan, pihaknya akan terus mendukung kegiatan yang membantu penyandang disabilitas. “Sehingga penyandang disabilitas mendapat pelayanan publik yang menjunjung tinggi nilai-nilai inklusif dan bebas hambatan serta tanpa diskriminasi,” ujarnya.
Selain menggelar pernikahan massal bagi penyandang disabilitas, panitia juga memberikan bantuan sembako kepada 1.700 warga miskin. Untuk menambah kemeriahan acara, sebanyak 100 orang tukang pijat tunanetra juga dikerahkan untuk memijat ribuan masyarakat yang hadir dalam acara pernikahan massal tersebut.
Ketiga kegiatan tersebut masing-masing mendapat penghargaan dari Rekor Asli Indonesia (ORI). —Rapper. com