Rachel Maryam membantah mereka menggunakan fasilitas negara untuk berlibur ke Prancis
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Diakui Rachel, seluruh fasilitas transportasi dan akomodasi ditanggungnya sendiri.
JAKARTA, Indonesia – Anggota Komisi I DPR RI Rachel Maryam membenarkan dirinya meminta bantuan KBRI Prancis untuk mencari sarana transportasi saat berlibur di Paris. Namun, ia membantah disebut-sebut melakukan “bullying” terhadap Dubes Indonesia di Prancis agar memenuhi permintaan tersebut.
“Saya memang terbantu untuk memfasilitasi dan mencarikan kendaraan untuk saya dan keluarga selama kami di sana (Paris). Namun, ini adalah biaya dan pengeluaran pribadi, kata Rachel melalui pesan singkat kepada Rappler, Jumat malam, 1 April.
Namun politikus Partai Gerindra itu tak menjelaskan apakah surat yang beredar di media sosial itu asli atau tidak. Dalam surat tersebut, Rachel dan 6 anggota keluarganya sedang berlibur di Paris pada 20 Maret hingga 24 Maret 2016.
Rachel akan tiba di Paris pada Senin 21 Maret. Bahkan, ia juga melakukan perjalanan dengan kereta api ke Saarbruecken, Jerman dan Jenewa, Swiss.
Sehubungan dengan hal tersebut saya mengharapkan bantuannya dalam memberikan bantuan penjemputan di bandara (kedatangan), transportasi lokal selama berada di Paris dan drop off atau penjemputan di stasiun kereta api dalam rangka kunjungan tersebut, tulis Rachel dalam surat yang ia sampaikan. tertanda.
Surat itu kemudian ditembuskan ke penghubung Kementerian Luar Negeri di DPR.
KBRI Paris tidak memberikan tanggapan saat dihubungi Rappler. Namun Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir mengamini pernyataan Rachel.
Berdasarkan informasi KBRI Paris, yang bersangkutan memang berada di Paris. Namun kunjungan dan pengaturan hotelnya dilakukan oleh yang bersangkutan, kata Arrmanatha melalui pesan singkat, Jumat malam lalu.
Dijelaskannya, perwakilan Indonesia di luar negeri, termasuk KBRI Paris, memiliki prosedur standar mengenai pengaturan dan fasilitas bagi delegasi atau tamu resmi.
“Selama kunjungan tersebut bersifat resmi atau resmi dan ada instruksi dari Kementerian Luar Negeri, maka akan dilakukan sesuai prosedur,” kata diplomat yang bertugas di New York dan Jenewa itu.
Kontroversi serupa sebelumnya menimpa Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi pada Kamis, 31 Maret. Politisi Hanura itu disebut-sebut meminta bantuan perwakilan Indonesia di Australia untuk menyediakan akomodasi dan transportasi bagi rekannya dari Partai Hanura, Wahyu Dewanto.
Anggota DPRD DKI Jakarta itu juga berlibur ke Sydney dan Gold Coast hingga Sabtu 2 April. Saat beres, Yuddy membenarkan adanya surat tersebut. Namun, dia mengaku awalnya tidak tahu bagaimana surat itu ditulis.
Kepala Biro Humas Kementerian PANRB Herman Suryatman mengatakan surat itu sudah tertulis atas permintaan Sekretaris Pribadi Menpan RB, Reza Fahlevi kepada jajaran Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Staf Sekretaris Kemenpan RB yang menyusun surat tersebut, kata Herman melalui pesan singkat, Kamis malam, 31 Maret.
Pasca bocornya surat itu, Wahyu pun tamat Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Hanura DKI Jakarta Muhammad Sangaji memberikan klarifikasi bagaimana surat itu ditulis. – Rappler.com
BACA JUGA: