Raja Salman bertemu dengan 28 pemimpin lintas agama dan membuat sejarah baru
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Raja Salman mendorong dialog antar agama untuk meningkatkan toleransi.
JAKARTA, Indonesia – Mengawali hari terakhir kunjungannya ke Jakarta, Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz memanfaatkan kesempatan tersebut untuk bertemu dengan tokoh lintas agama pada Jumat, 3 Maret. Pertemuan tersebut akan digelar di Hotel Raffles, tempat Raja menginap sejak Rabu lalu.
Ada 28 tokoh lintas agama yang turut serta dalam pertemuan bersejarah ini. Mereka terdiri dari 9 orang tokoh agama Islam, masing-masing 4 orang tokoh agama Kristen, Katolik, Budha, dan Hindu. Hadir pula 3 orang pemimpin agama Konghucu.
Bericht daftar tokoh lintas agama yang hadir dalam dialog dengan Raja Salman:
Islam
1. Din Syamsuddin
2. Prof. Dr. Azyumardi Azra
3. Prof. Dr. Kammarudin Amin
4. Prof. Dr. Alwi Shihab
5. Zannuba Arriffah C. Rahman (Yenny Wahid)
6.Abdul Mufti
7. Masyakuri Abdillah
8. Komaruddin Hidayat
9. Yudie Latief
Kristen Protestan
1. Hanriette T. Hutabarat
2. Pdt. Rony Mandang
3. Pdt. Dr. Yakub beristirahat
4. Gomar Gultom
Kristen Katolik
1. Mgr. Ignatius Suharyo Harjoatmojo
2. Mgr. Antonius Subianto Osc
3. Mgr. Paskah Bruno Syukur Ofm
4. Franz yang Agung Suseno
Budha
1. S. Hartati Tjakra Murdaya
2. Bhikku Sri Pannyavaro
3.Suhadi Sanjaya
4.Arif Harsono
Hindu
1. Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya
2.Ir. Ketut Parwata
3. Purnawirawan Letjen TNI Putu Soekreta Soeranta
4. Gede Gede ERata dibuat
Konfusianisme
1. Sendana Muda
2.Ws. Budi Santoso Tanuwibowo
3. XS Djangrana
Menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, acara tersebut diprakarsai oleh Presiden Joko “Jokowi” Widodo. Acara diawali dengan acara minum teh sekitar pukul 14.00 WIB. Baru kemudian dilanjutkan dengan pertemuan para tokoh lintas agama. Namun pandangan 6 agama tersebut masing-masing diwakili oleh satu orang pemuka agama.
Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar 30 menit itu, pemimpin negeri Petro Dollar itu memuji Indonesia sebagai negara yang stabil secara politik dan ekonomi.
Stabilitas dapat tercipta karena kerukunan dan toleransi yang terjalin di tengah masyarakat, kata Retno saat memberikan keterangan pers, Jumat, 3 Maret, di Jakarta.
Pemimpin berusia 81 tahun itu mendukung penuh dialog antaragama. Ia mencontohkan Saudi melakukan hal tersebut dengan mendirikan lembaga nirlaba bernama King Abdullah bin Abdulaziz International Center for Interreligious and Intercultural Dialogue (KAICIID) yang berlokasi di Wina, Austria. Didirikan pada tanggal 26 November 2012, tujuan LSM ini adalah untuk mempromosikan penggunaan dialog di seluruh dunia untuk mencegah dan menyelesaikan konflik.
Raja Salman pun mengajak Indonesia untuk lebih tegas melawan aksi radikalisme. Realisasi ajakan tersebut dituangkan dalam bentuk nota kesepahaman (MoU) antara kedua kepolisian yang ditandatangani pada 1 Maret di Istana Bogor.
Pertemuan simbolis
Salah satu tokoh agama yang hadir dalam dialog tersebut, Yenny Wahid, mengatakan pertemuan tokoh lintas agama dengan Raja Salman merupakan pertemuan simbolis dan bagian dari tonggak sejarah.
“Sepertinya ini pertama kalinya Raja Saudi bertemu langsung dengan pemuka 6 agama. “Saya kira dia belum pernah mengadakan pertemuan seperti itu di Saudi,” kata Yenny yang dihubungi Rappler melalui telepon, Jumat, 3 Maret.
Hal itu disampaikan kepada Raja Salman oleh salah satu pemuka agama Katolik. Yenny mengatakan pernyataan Raja Salman tentang toleransi merupakan pancuran yang menyegarkan di hati masyarakat.
“Hal ini penting karena berarti beliau menyadari bahwa toleransi adalah salah satu pilar kekuatan bangsa Indonesia. Ini juga merupakan pengakuan bahwa cara Indonesia mengelola keberagaman sudah benar,” kata putri Presiden Abdurahman Wahid itu.
Diakui Yenny, sikap intoleran muncul saat Pilkada, namun jumlahnya lebih kecil. Secara kultural, kata Yenny, warga Indonesia sangat toleran dibandingkan warga negara lain, termasuk yang berada di kawasan Timur Tengah sendiri.
Signifikansi lain dari kunjungan Raja Salman adalah pengakuan bahwa peran strategis Indonesia mulai diperhatikan. Bahkan, Indonesia juga dianggap diperhitungkan.
“Kalau tidak diwaspadai, mustahil Indonesia bisa menjadi salah satu negara yang diagendakan untuk dikunjungi,” ujarnya.
Setiap pemuka agama juga berharap dialog antar umat beragama seperti ini dapat terus dilanjutkan dan dijadikan agenda rutin. Bahkan, Azyumardi Azra mengaku tidak menutup kemungkinan bagi organisasi lintas agama di Indonesia untuk bekerjasama dengan KAICIID di Wina. – Rappler.com