• August 25, 2025

Ratu Swedia mengajak anak-anak Indonesia untuk terus bermimpi dan belajar

JAKARTA, Indonesia – Kunjungan Raja dan Ratu Swedia ke Indonesia pekan lalu diwarnai sejumlah agenda. Salah satunya adalah kegiatan yang berkaitan dengan perlindungan anak.

Ratu Silvia dari Swedia dan delegasi lainnya berkunjung Komunitas Jakarta Jendela Cabang Manggarai pada hari Selasa, 23 Mei.

Komunitas Jendela Jakarta Cabang Manggarai didirikan pada tahun 2012, sebagai kelanjutan dari Komunitas Jendela di Yogyakarta yang telah berdiri setahun sebelumnya.

Salah satu misi komunitas ini adalah membangun budaya membaca di kalangan anak-anak.

“Kita buat mereka tertarik dulu, kalau tertarik maka mereka akan mulai membaca sedikit demi sedikit,” ujar pendiri Jakarta Window Community, Prihatiningsih.

“Ikuti juga apa yang dia suka. Ada orang yang visual, jadi mungkin suka komik atau buku bergambar. “Karakter orang beda-beda ya, misalnya ada visual, auditori, dan kinestetik.”

Setiap anak diharapkan membaca minimal satu buku. Buku dapat diperoleh di perpustakaan yang disediakan oleh masyarakat.

Komunitas Jakarta Jendela Cabang Manggarai melaksanakan kegiatan setiap hari Sabtu dan Minggu. Anak-anak didampingi oleh relawan. Pembelajaran dilaksanakan semenarik mungkin, seperti mengadakan praktik sains.

Mereka juga ditemani membuat kerajinan tangan. Kedekatan relawan dengan anak-anak terlihat dari berbagi pengalaman dan bercerita tentang hal-hal yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

Di komunitas ini, anak-anak dibagi menjadi tiga kelas. Kelas A berisi siswa dari TK sampai SD 2; Kelas B terdiri dari usia setara SD kelas 3 sampai SD 6; Kelas C diperuntukkan bagi usia SMP hingga SMA.

“Dulu di sini pendidikan kebanyakan hanya sampai SD, tapi sekarang meningkat sampai SMP dan SMA,” kata Taofan Firmanto Wijaya, salah satu penggagas berdirinya Komunitas Jendela Yogyakarta.

Hingga saat ini, anak-anak yang mengikuti kegiatan Komunitas Jakarta Jendela cabang Manggarai beragam. Sebagian dari mereka berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah dan menengah ke atas.

Cerita dari Manggarai

Kunjungan Ratu Silvia dari Swedia dan delegasi lainnya ke Komunitas Jakarta Window merupakan kerjasama sejumlah pihak. Selain komunitas Solusi Jakarta dan pihak Swedia, ada juga UNICEF Indonesia dan Youth Network on Violence Against Children.

Ratu Silvia dan rombongan lainnya disambut dengan tarian yang diiringi lagu-lagu tradisional Betawi, Jali-jali. Selain itu, anak-anak Komunitas Jendela Jakarta Cabang Manggarai juga memberikan cinderamata berupa gambar Raja Carl XVI Gustaf dan Ratu Silvia dari Swedia, serta miniatur Ondel-ondel Betawi.

Kemudian anak-anak Komunitas Jakarta Window cabang Manggarai menceritakan mimpi dan hal-hal tentang Indonesia.

Yuni yang duduk di bangku kelas 2 SMP ini mengungkapkan cita-citanya menjadi seorang guru.

“Khususnya di pedesaan Indonesia, masyarakat yang berpendidikan sangat sedikit. Hanya ada sedikit gedung sekolah di sana. Mungkin karena fasilitas, dana, dan kurangnya guru di sana, sehingga mungkin pendidikannya kurang. “Solusinya bagi saya adalah dengan memperbanyak guru yang dikirim ke pedalaman Papua,” kata Yuni.

Ada juga yang ingin menjadi wirausaha, chef, bahkan astronot.

Di komunitas ini mereka didorong untuk mempunyai mimpi.

“Dengan mengajari mereka membaca buku, kami juga mendorong mereka untuk memiliki pandangan hidup yang positif,” kata Dhyana, salah satu relawan Komunitas Jendela cabang Manggarai.

Cerita dari Swedia

Ratu Silvia melihat antusias anak-anak tersebut dan mengaku kagum.

“Saya kagum dengan mimpi indahmu,” ucap Ratu Silvia setelah mendengar cerita anak-anak dan relawan dari masyarakat.

Ia menekankan pentingnya kerja sama untuk memastikan hak-hak anak dihormati. Misalnya hak untuk belajar, bermain, dan hak untuk bermimpi.

Wanita kelahiran 23 Desember 1943 ini kemudian menceritakan bagaimana Swedia memiliki akses pendidikan gratis hingga tingkat universitas. Anak-anak di Swedia diwajibkan bersekolah minimal 12 tahun. Orang tua atau wali dapat dikenakan sanksi jika tidak menyekolahkan anaknya.

“Pendidikan di hutan, di alam juga sangat penting,” kata Ratu Silvia.

Olof Skoog, Perwakilan Swedia di PBB menyatakan pentingnya penguasaan bahasa kedua. Menurut pria yang pernah menjadi Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei ini, mayoritas masyarakat Swedia menguasai bahasa Inggris, selain bahasa Swedia sebagai bahasa ibu.

Hadir pula Ibu Negara Pengadilan Anna Hamilton; dan Sekretaris Negara Kementerian Anak-anak, Lansia dan Kesetaraan Gender Swedia Pernilla Baralt.

Hamilton mengatakan dia mendukung anak-anak untuk mencapai impian mereka. Sementara itu, Baralt berusaha mendorong anak-anak untuk menyadari bahwa semua anak mempunyai hak yang sama. Dengan kesadaran tersebut diharapkan perilaku bullying dapat dihilangkan.

Di penghujung acara, sejumlah buku dari delegasi Swedia didonasikan kepada Komunitas Jakarta Window. —Rappler.com

BACA JUGA:

Keluaran SGP