Ratusan warga yang diisolasi di Tembagapura berhasil dievakuasi oleh militer Indonesia
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Proses evakuasi dilakukan sambil sesekali terdengar suara tembakan
JAYAPURA, Indonesia – Tim Satgas Terpadu Polri/TNI berhasil mengevakuasi ratusan warga Tembagapura Timika, Papua, yang diyakini diasingkan kelompok bersenjata pada Jumat, 17 November. Sebanyak 344 warga berhasil dievakuasi menggunakan bus PT Freeport Indonesia.
Juru Bicara Polda Papua Kombes (Pol) Ahmad Mustofa Kamal mengatakan, proses evakuasi warga dimulai pada pukul 09.30 WIB. Saat itu, Kampung Kimbeli Banti dikuasai satgas yang dipimpin Dansat Brimob Papua dengan cara menghalau kelompok kriminal bersenjata yang sebelumnya berada di kawasan tersebut.
Kapolda Papua tiba di Kimbeli Banti bersama Asisten Kepala Staf Kapoĺri, Pangdam XVII/Cen dan aparat keamanan lainnya. “Mereka menemui warga kemudian melakukan proses evakuasi warga untuk dibawa ke Tembagapura,” kata Ahmad hari ini.
Rombongan pertama dievakuasi ke Tembagapura dan tiba di sana. Proses evakuasi terus dilakukan secara bertahap.
Sementara itu, warga asli Papua yang lahir dan besar di kota tersebut menolak dibawa ke Mimika. Mereka masih ingin tinggal di sana. Namun ada juga beberapa warga yang rela dievakuasi ke Mimika karena ada keluarganya di sana.
Namun sebagian warga yang memilih bertahan di sana meminta perlindungan kepada Satgas Terpadi hingga situasi aman dan kondusif kembali. Berdasarkan data yang dihimpun polisi, ratusan warga tersebut berasal dari dua kota, yakni Kimbeli dan Longsor. Kebanyakan dari mereka adalah laki-laki.
Proses evakuasi dilakukan dengan berjalan kaki karena medan yang cukup berat. Meski begitu, suara tembakan masih terdengar.
Bahkan tidak
Sementara itu, juru bicara Organisasi Papua Merdeka (OPM) melalui email dari Vanimo, Papua Nugini mengatakan, personel militer Indonesia melakukan operasi militer di Tembagapura dengan menggunakan kendaraan udara tak berawak atau drone. Menurut mereka, hal itu dilakukan karena TNI/Polri tidak memiliki data lokasi markas TPNPB-OPM di Tembagapura, Papua.
“Hari ini, Jumat 17 November, pasukan TNI mendatangkan drone untuk melakukan operasi pemantauan dan fotografi udara. Tujuannya, mereka ingin mendapatkan informasi lengkap mengenai tempat tinggal atau markas Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB-OPM), kata juru bicara OPM.
Menurut OPM, apa yang dilakukan TNI/Polri berlebihan, karena pertempuran tidak dilakukan secara seimbang. OPM mengakui kekuatan pasukan atau alat perang antara mereka dan TNI/Polri tidak seimbang. Padahal, dalam Statuta Roma tentang hukum humaniter perang internasional, perlawanan dalam perang harus seimbang.
Sedangkan 5.000 personel TNI/Polri justru menghadapi satu senjata OPM.
“Kondisi perang sudah tertuang dalam Statuta Roma, termasuk perlindungan warga sipil, jurnalis, Palang Merah Internasional, dan tim bantuan medis di medan perang,” kata mereka.
Untuk itu TPNPB-OPM mewanti-wanti TNI/Polri agar bersikap gagah dan menghadapi perang dengan adil.
“Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB-OPM) menegaskan jika TNI dan Polri merasa menjadi juara, tunjukkan sikap gagah di tengah dunia perang yang terjadi di Tembagapura, Papua Barat.
Artinya, kita tidak melakukan perlawanan dengan kendaraan milik Perusahaan Freeport, tidak menggunakan ambulans, tidak menggunakan mobil Palang Merah Internasional, dan tidak melakukan serangan udara militer ke markas TPNPB-OPM, kata mereka. dalam tuntutan mereka.
TPNPB-OPM menegaskan, mereka bukanlah negara melainkan bangsa yang mengaku menderita di bawah kepemimpinan Indonesia. Selama ini TPNPB-OPM hanya mempunyai satu angkatan bersenjata sehingga tidak ada gunanya berperang dengan ribuan personel TNI/Polri. – Rappler.com