Rayakan momen langka untuk Jakarta yang adil dan demokratis
keren989
- 0
Gubernur DKI Jakarta ini selain membawa ide-ide baru, juga mewarisi hasil dan kiprah gubernur sebelumnya. Namun pada periode kepemimpinan ini mendapatkan momentum yang belum maksimal pada periode sebelumnya, yaitu kesempatan menata ruang hidup, sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup melalui proses partisipasi bermakna dan perencanaan matang berdasarkan data serta konsep keadilan dan keberlanjutan.
Setidaknya ada empat momen langka. Pertama merupakan proses revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2030 dan Rencana Detail Tata Ruang serta Peraturan Zonasi. Hasil proses peninjauan kembali RTRW 2030 diputuskan pada bulan September 2017, yaitu RTRW 2030 sebaiknya ditinjau kembali. momentum Kedua yaitu proses penyiapan Rancangan Peraturan Daerah Rencana Kawasan Zonasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta Rencana Kawasan Strategis Pantura Jakarta.
Ketiga adalah proses penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang yang merupakan naskah teknokratis arah pembangunan DKI Jakarta 20 tahun ke depan. Terakhir adalah proses review dan penyusunan 2 peraturan pemerintah terkait penataan ruang di Jabodetabekpunjur (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak dan Cianjur). Di sini, kebijakan mengenai penataan ruang, baik di darat maupun di laut serta lintas kota dan provinsi, juga dapat tersinkronisasi dengan baik dalam rencana pembangunan jangka panjang di berbagai sektor, sehingga arahan mengenai pengelolaan ruang dan bentang alam dapat terwujud dengan cara yang lebih baik. program dan anggaran.. .
Pada periode ini, zonasi dan ruang di daratan untuk pertama kalinya dapat dibahas bersama dengan pesisir, pulau, dan lautan, baik pada tataran arah kebijakan maupun detail implementasinya. Jika Anies Baswedan tetap teguh memenuhi janjinya menolak reklamasi, maka Teluk Jakarta berpeluang memulihkan diri melalui proses ekologi, dan integrasi pengelolaan serta hubungan antara hulu, daerah aliran sungai, dan hilir.
Kajian RTRW dan RDTRPZ juga memberikan peluang untuk mengelola kepadatan. Paradigma lama yang masih ada adalah “Jakarta sudah padat” atau “Jakarta kekurangan lahan”, padahal kepadatan penduduk/hektar lahan di Jakarta tidak didukung oleh padatnya lantai terbangun serta infrastruktur dan pelayanan yang memadai. Singapura mempunyai kepadatan lantai terbangun empat kali lipat dibandingkan Jakarta, sedangkan kepadatan penduduk Singapura dan Jakarta hampir sama yaitu pada kisaran 150 jiwa/hektar. Dengan kata lain, setiap orang di Singapura rata-rata menikmati delapan kali lebih banyak ruang terbangun dibandingkan rata-rata orang di Jakarta.
Pilkada kemarin mengangkat isu perumahan terjangkau dalam beberapa paket untuk pertama kalinya. Termasuk ketika Anies Baswedan menandatangani perjanjian dengan Jaringan Masyarakat Miskin Perkotaan yang mencakup memastikan perbaikan desa tanpa penggusuran melalui penyesuaian tata ruang dan keamanan pemukiman.
Sebenarnya perbaikan kota bukanlah sesuatu yang baru. Muhammad Husni Thamrin berhasil mendesak dewan kota pada masa pemerintahan kolonial untuk melakukan pembenahan kota di Kampung Sawah Besar dan Pecah Tikus. Program serupa kembali terjadi pada tahun 1970-an di empat kota besar, antara lain Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Perjanjian ini memberikan harapan besar bagi kota Jakarta yang lebih adil dan manusiawi.
Periode ini juga memanfaatkan tradisi dan praktik baik yang telah ada sebelumnya yang harus dilanjutkan dan ditingkatkan. UPT Jakarta Smart City sebaiknya meningkatkan perannya dan mulai menganalisis lebih jauh mengenai pemanfaatan ruang, mobilitas dan kondisi lingkungan. Program seperti Open Data harus diperkuat dengan semakin membuka data strategis seperti data transportasi dan perizinan terkait bangunan tertentu dan lingkungan hidup.
Pada saat yang sama, kapasitas departemen dan badan yang terkait dengan perencanaan, seperti Bappeda dan Dinas Cipta Karya, Penataan Ruang, dan Pemetaan, harus ditingkatkan dari dalam sehingga mampu menghasilkan kebijakan berbasis data secara mandiri, tanpa harus bekerja keras. bergantung pada konsultan dan kajian kebijakan melalui tender. Tentunya banyak pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan pada periode ini, mulai dari penguatan database dan pemetaan, termasuk pemetaan infrastruktur bawah tanah seperti saluran air hingga sumur dalam. Ada banyak paket yang sudah usang dan perlu diperbarui dan disinkronkan.
Pola transportasi makro yang disetujui pada tahun 2007 perlu diperbarui dengan mempertimbangkan perkembangan terkini, seperti munculnya layanan transportasi online dan berbagai proyek ad hoc pemerintah. Ke depan, pola transportasi makro juga harus terintegrasi dengan baik dengan kawasan pemukiman dengan kepadatan yang sesuai dan mendukung angkutan umum.
Dalam berbagai kesempatan, Anies kerap mengusung konsep kerja sama. Dalam pidato pengukuhannya, ia menyampaikan keinginannya untuk berkolaborasi dengan warga Jakarta dan berkolaborasi dengan warga sebagai desainer dan pelaku pembangunan.
Ajakan ini hendaknya disambut baik oleh warga Jakarta dan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kepentingan warga dan masyarakat dalam meningkatkan kualitas hidup kota, yaitu perumahan yang layak dan terjangkau, transportasi umum yang terintegrasi dan lancar, serta infrastruktur publik yang layak.
Momentum dan tawaran Anies kepada warga untuk bekerja sama, jika dilaksanakan dan dimanfaatkan sebaik-baiknya melalui proses yang terencana, akan membawa babak baru dalam perencanaan dan pembangunan Jakarta yang inklusif dan demokratis. Termasuk di sini, warga sangat memahami arah pembangunan dan penataan ruang, termasuk risiko yang harus diambil. Demokratis berarti beralih dari model perencanaan dan pembangunan berbasis diskresi yang berpusat pada kekuasaan gubernur, termasuk kewenangan gubernur untuk mengesampingkan peraturan.
Untuk memastikan proses kolaboratif ke depan berjalan sehat, berbasis pengetahuan, demokratis, minimal intervensi dan minimal politisasi, Pemprov DKI dapat membentuk panitia perencanaan independen dengan mandat khusus. Komite perencanaan sering ditemukan di kota-kota lain seperti New York dan Vancouver.
Perencanaan dan pengembangan kolaboratif hanya dapat dan memang terjadi jika ada kesadaran dan kerendahan hati terhadap kenyataan bahwa tidak ada seorang pun yang mempunyai jawaban atas segalanya dan pengetahuan yang terbatas. Kolaborasi memungkinkan terjadinya berbagai respons terhadap satu permasalahan, serta menempatkan warga negara sebagai subjek perencanaan dan pembangunan.
Proses ini mungkin berisik, namun ini adalah proses demokratisasi yang patut diperjuangkan, baik dari segi kekuasaan, ruang, dan pengetahuan. – Rappler.com
Penulis adalah Direktur Eksekutif Rujak Center for Urban Studies, yang mengadvokasi transisi wilayah kota menuju keberlanjutan ekologi baik pada tingkat kebijakan maupun praktik.