• November 28, 2024
Resmi Ditutup, Ini Rekomendasi Kongres Ulama Perempuan Indonesia 2017

Resmi Ditutup, Ini Rekomendasi Kongres Ulama Perempuan Indonesia 2017

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Rekomendasi tersebut menekankan bahwa pendeta perempuan dan laki-laki adalah setara.

CIREBON, Indonesia – Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) tahun 2017 menyusun Ikrar Ulama Perempuan yang menekankan kesetaraan antara ulama perempuan dan laki-laki. Ikrar tersebut dibacakan perwakilan ulama perempuan pada penutupan KUPI 2017 yang berlangsung di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al Islamiy Babakan Ciwaringin Cirebon, Kamis 27 April.

“Kami dengan sepenuh hati percaya bahwa: Perempuan adalah manusia yang memiliki seluruh potensi kemanusiaan laki-laki melalui pikiran, tubuh, dan jiwanya. “Semua ini merupakan anugerah Allah SWT yang diberikan kepada setiap umat manusia yang tidak dapat dikurangi oleh siapapun dengan nama apapun,” demikian bunyi kutipan ikrar tersebut.

Dalam ikrar yang dibacakan perwakilan ulama perempuan di hadapan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Wakil Ketua DPD RI GKR Hemas, dan ratusan peserta KUPI juga disebutkan adanya pengakuan terhadap keberadaan ulama perempuan yang telah hadir sejak zaman Rasulallah SAW, namun keberadaan dan perannya terpinggirkan oleh sejarah yang dibangun secara sepihak selama berabad-abad.

“Dan keberadaan ulama perempuan juga kurang teraktualisasi karena faktor budaya dan situasi sosial politik yang menghalanginya,” kata Pengarah KUPI 2017, Badriyah Fayumi, saat diwawancarai jelang acara penutupan KUPI 2017, Kamis.

Janji tersebut, menurut Badriyah, merupakan pengakuan terhadap eksistensi ulama perempuan, baik dalam kehidupan berbangsa maupun beragama. Sebab seperti halnya ulama laki-laki, ulama perempuan juga mempunyai hak dan kewajiban yang sama.

“Seperti halnya ulama laki-laki, ulama perempuan bertugas mengemban misi profetik untuk memberantas segala bentuk ketidakadilan antar sesama makhluk atas dasar apapun, baik agama, ras, bangsa, golongan, dan gender. “Sebagai pengemban tanggung jawab ini, ulama perempuan mempunyai hak untuk menafsirkan teks-teks Islam, menghasilkan dan menyebarkan pandangan agama yang relevan,” bunyi janji tersebut.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin memuji terselenggaranya kongres ulama perempuan pertama di dunia. Lukman mencatat, ada tiga implikasi strategis terhadap terselenggaranya kongres yang dihadiri lebih dari 500 peserta ini.

Pertama, kata Lukman, kongres ini berhasil memperjuangkan keadilan melalui kesadaran akan peran dan hubungan laki-laki dan perempuan. Menurutnya, permasalahan ini akan semakin relevan dan mendesak di masa depan dengan memperjuangkan keadilan melalui kesadaran akan peran dan hubungan perempuan dan laki-laki.

“Kadang-kadang seringkali karena keterbatasan pemahaman kita, ayat-ayat suci secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi aspek ini (keadilan gender). Oleh karena itu, kongres ini mempunyai peranan yang sangat penting, dalam hal bagaimana keadilan dalam hubungan harus selalu diperjuangkan,” kata Lukman. selama pidatonya.

KeduaLanjut Lukman, kongres ini tidak hanya bisa mengakui peran ulama perempuan, tapi juga menghidupkannya kembali dari masa Siti Aisyah hingga saat ini.

Itu berarti ketigakata Lukman, KUPI berhasil menegaskan dan menegaskan bahwa moderasi Islam harus selalu dihadirkan, yakni Islam moderat, Islam wat rahmatan lil alamin, dan Islam yang tidak menyudutkan kedudukan perempuan.

KUPI 2017 merupakan kongres pertama yang dihadiri lebih dari 500 orang, tidak hanya dari Indonesia, namun juga 15 negara lain dari seluruh benua. Selain ulama perempuan dalam negeri, hadir pula ulama global antara lain Mossarat Qadeem (Pakistan), Zainah Anwar (Malaysia), Hatoon Al-Fasi (Arab Saudi), Sureya Roble-Hersi (Kenya), Fatima Akilu (Nigeria), dan Roya Rahmani. (Duta Besar Afganistan untuk Indonesia). Kongres ini dilaksanakan selama tiga hari pada tanggal 25 hingga 27 April. – Rappler.com

Togel Singapore