Revolusi digital industri keuangan
- keren989
- 0
Jakarta, Indonesia – Perkembangan teknologi digital saat ini mulai merambah segala bidang. Industri keuangan pun tak luput dari proses digitalisasi ini.
“Kami melihat teknologi finansial (fintech) akan memberikan dampak positif di Indonesia,” kata Will Ongkowidjaja, salah satu pendiri Alpha JWC Ventures di Jakarta, Rabu, 30 Maret 2016. Manfaatnya terutama akan dirasakan oleh pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM).
Selama ini mereka terkendala masalah pembiayaan untuk pengembangan usaha. Mendapatkan pinjaman di bank memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sementara itu, investor swasta atau private sulit mempercayai keberlanjutan usahanya.
Di sisi lain, pihak swasta yang mempunyai kepentingan untuk berinvestasi atau memberikan pinjaman kesulitan memperoleh modal. Sistem teknologi keuangan dapat menjadi solusi permasalahan ini.
Proses mudah, data terkumpul
Salah satu contohnya adalah Iwan Kurniawan, COO Modalku – aplikasi pinjaman modal – yang berhasil menghubungkan 14 UMKM dengan pemilik modal. Pengalaman malangnya mulai dari perbankan hingga korporasi teknologi keuanganmembuatnya berpikir untuk membuat Modalku.
“Karena saya terutama melihat bank-bank bergerak lambat. Setelah pindah ke sebuah perusahaan teknologi keuangan di China, saya bandingkan model operasimiliknya,” katanya.
Di China, perusahaan teknologi semacam ini sudah berjalan selama 10 tahun dan sangat membantu kebangkitan bisnis masyarakat.
Karena lahan tersebut masih belum digarap sama sekali, Iwan mendirikan Modalku pada Januari 2016. Perusahaan financial technology ini menyasar unit usaha menengah. “Jadi perusahaan yang sudah eksis namun masih membutuhkan modal lebih untuk tumbuh lebih besar,” ujarnya.
Sektor ini masih luput dari perhatian pemerintah. Sedangkan untuk meminjam ke bank, prosesnya cenderung rumit dan memakan waktu lama. Rata-rata, pemilik usaha hanya membutuhkan pinjaman jangka pendek, yang tidak bisa disediakan oleh bank.
“Jadi, kita lihat perusahaan-perusahaan yang butuh pinjaman, lalu kita masukkan profilnya di website. “Pemberi pinjaman memutuskan transaksi selanjutnya,” katanya. Minimal pinjaman yang diberikan adalah Rp 10-500 juta, dan dapat dilunasi dalam waktu 1-3 bulan.
Era smartphone yang membuka akses
Akshay Garg, CEO dan Pendiri Kredivo, teknologi keuangan Penyedia kredit lain mengatakan penetrasi kredit di Indonesia masih rendah. Data terakhir tahun 2015 menyebutkan angkanya hanya 30 persen. “70 juta orang di Indonesia tidak memiliki akses terhadap kredit,” ujarnya.
Dalam kondisi ini, UKM Indonesia terancam kesenjangan finansial sebesar US$54 miliar. Harus ada perbaikan cepat agar angka tersebut tidak menjadi kenyataan. Akshay meyakini keberadaan perusahaan jasa keuangan berbasis teknologi bisa menjadi solusi. Pasalnya, tingkat penetrasi internet di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.
Teknologi berbasis internet dapat menjembatani permasalahan jarak. Selain itu, penyimpanan dan pencarian data juga lebih mudah.
Arwin Rasyid, pengusaha yang bekerja di bisnis keuangan, juga mengatakan hal serupa. “Saat ini jasa keuangan dan perbankan dikuasai secara turun temurun seribu tahun,” dia berkata.
Generasi ini terdiri dari mereka yang berusia antara 18-30 tahun dan akan membentuk masa depan industri keuangan. Karena mereka lahir di masa dimana teknologi berkembang pesat, generasi ini sudah familiar dan terampil dalam menggunakannya. Melayani fintechmenurut Arwin, sangat cocok dengan cara kerja generasi ini.
“Menurut saya, menentang kemajuan teknologi bukanlah ide yang baik. “Industri harus benar-benar merangkul dan memanfaatkannya,” katanya.
Itu tidak hanya membuat aplikasi dan teknologi menjadi lebih mudah. Perusahaan juga dapat memanfaatkan jaringan big data untuk menentukan arah bisnisnya di masa depan. Data yang menunjukkan tren, identitas, pendapatan, dan tren sosial dapat digunakan untuk mengembangkan masyarakat. Keduanya saling melengkapi, ujarnya.
Pemerintah siap menyambut era teknologi
Teknologi dan data tidak hanya berguna bagi perusahaan, pemerintah juga dapat mengambil manfaat darinya. Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong mengatakan pemerintahan Presiden Joko Widodo mulai bergerak ke arah itu.
“Jika terbentuk sistem yang terintegrasi pasti akan mempercepat kinerja,” ujarnya.
Saat ini, pemerintah tengah menyiapkan dua langkah terkait teknologi. Pertama adalah membuat semua layanan pemerintah dapat diakses on line. Kedua, mempublikasikan data yang ada kepada publik.
Data adalah elemen penting. Jika diolah dengan baik maka bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat. Tom – sapaan akrab Thomas – mencontohkan website kawappemilu.org. “Data dari KPU diolah menjadi informasi bagi masyarakat,” ujarnya.
Kementerian Perdagangan saat ini sedang mengikuti ide tersebut, namun di bidang pangan. Tom berencana memberikan ponsel pintar kepada petani dan peternak di daerah tersebut. Di sana mereka diminta memasukkan data diri dan produk alami.
Data ini akan ditautkan ke satu platform yang mencakup dealer serta perantara dan distributor. “Akses mereka ke pasar juga lebih mudah,” kata Tom.
Dari pengumpulan informasi tersebut, pemerintah dapat dengan mudah melacak jumlah persediaan komoditas yang sedang berjalan. Data pangan ini akan digunakan untuk mengendalikan harga. Nantinya, pembeli di pasar dapat memantau dan melaporkan perkembangan harga.
Selain itu juga terdapat pemberi pinjaman modal, sehingga petani dan peternak tidak lagi harus bergantung pada rentenir untuk mendapatkan uang.-Rappler.com
BACA JUGA: