• November 24, 2024

Revolusi Setengah Hati Tonny Apriliani

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Tonny Aprliani selalu menjadi pengurus utama PSSI setiap pergantian rezim. Bagaimana dengan kali ini?

JAKARTA, Indonesia — Nama Tonny Aprilani mulai terkenal di dunia sepak bola Tanah Air setelah menjadi Ketua Asosiasi Provinsi (Asprov) Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Jawa Barat pada 2008-2011.

Ia pernah menjadi Ketua “saingan” PSSI, Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI), hingga akhirnya menjabat sebagai Komite Eksekutif (Exco) PSSI di era Djohar Arifin dan La Nyalla Mattalitti.

Sikapnya santai, tutur katanya tenang. Namun jika menyangkut masalah kebijakan, ia sering dianggap berselisih dengan pengurus lainnya. Terkadang kata-katanya aneh. Terkadang dia muncul sendiri ketika pengurus lain enggan tampil.

Salah satunya saat pendukung Persebaya 1927, Bonek, datang ke Jakarta saat aksi Gruduk Jakarta I. Ia berani datang dan berhadapan dengan ribuan orang. Bahkan, Bonek jelas membenci dan menganggap PSSI sebagai musuh bersama karena menghalangi Persebaya asli mengikuti kongres berdasarkan keputusan pengadilan.

Menurut Tonny, sepakbola saat ini jauh dari kata bagus. Pasca sanksi FIFA, Indonesia tertinggal beberapa langkah dari negara lain. Karena itu, ia terpacu menjadi Ketua Umum PSSI untuk mewujudkan ibu persepakbolaan Indonesia menjadi lebih baik lagi.

Oleh karena itu, motivasi Tonny untuk maju menjadi orang nomor satu di PSSI adalah membangun sepakbola yang lebih baik, modern, dan berprestasi. Ia bahkan siap merevolusi PSSI.

Ironisnya, meski menggunakan kata revolusi, pria yang pernah menjabat anggota DPR RI itu seolah ingin melanjutkan apa yang dilakukan pemerintahan sebelumnya.

“Saya akan menerima semua program pengembangan sepak bola yang terstruktur dengan baik dari kepengurusan sebelumnya yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas sepak bola Indonesia,” ujarnya beberapa waktu lalu.

Tonny pun tak segan memuji sosok Agum Gumelar. Ia siap melanjutkan program positif yang diusung mantan Danjen Kopassus saat memimpin PSSI. Salah satu target besar yang terlihat adalah meningkatkan peringkat FIFA hingga berada di posisi 100 besar.

“Saat PSSI dipimpin Agum Gumelar, Indonesia meraih peringkat di bawah 100. Hal ini belum pernah terjadi pasca kepemimpinan Agum. “Jadi penting untuk melanjutkan program yang baik, bukan hanya sekedar meruntuhkannya,” jelasnya.

Satu lagi program yang disiapkan pria berprofesi sebagai dokter gigi ini untuk meningkatkan kompetisi di usia prasekolah dan usia muda. Tujuannya untuk memudahkan terciptanya timnas yang kuat.

“Saat saya di Asprov Jabar, saya membuat kompetisi tingkat remaja. Hasilnya kini sudah terlihat, Jabar menjadi juara PON. Harus diterima jika saya terpilih menjadi Ketua Umum PSSI, ujarnya

Bagaimana peluang Tony untuk terpilih?

Tonny sebenarnya tidak terlalu memaksakan diri menjadi ketum. Hal ini terlihat dari minimnya pergerakan. Menurut sejumlah pemilihdia hanya mengincar posisi wakil ketua umum, atau dalam kasus terburuk, kembali ke exco.

Dia hanya mencoba peruntungannya dan mengamati ombak. Sejauh mana kekuasaannya di mata rakyat pemilih. Makanya dia sama saja dengan yang lain, enggan menyebutkan siapa yang mendukungnya.

Yang pasti Asprov Provinsi Jawa Barat-lah yang mendorongnya untuk maju. Namun Persib Bandung hampir pasti tidak akan bersedia berbagi suara dengan pemain asli Bandung tersebut.—Rappler.com

pengeluaran hk hari ini