• September 23, 2024
Rossi berharap ‘il miracolo’ dalam duel penentuan juara

Rossi berharap ‘il miracolo’ dalam duel penentuan juara

Setelah dua minggu terakhir dunia terbagi antara pole Rossi dan Marquez, kini saatnya membiarkan balapan yang berbicara.

JAKARTA, Indonesia – Yang tersisa dari pebalap Movistar Yamaha, Valentino Rossi, kini hanyalah dirinya sendiri. Federasi Balap Motor Dunia (FIM) dan Pengadilan Arbitrase Internasional untuk Olahraga (CAS) telah membatalkannya.

Setelah permohonan banding ke kedua institusi tersebut ditolak, Rossi harus menerima kenyataan pahit di balapan memanggang terbesar pada seri terakhir MotoGP 2015 di sirkuit Ricardo Tormo, Valencia, Minggu 8 November.

Bahkan, posisi pebalap juara dunia sembilan kali itu terancam. Ia memimpin klasemen dengan keunggulan tujuh poin atas rival terdekat sekaligus rekan setimnya, Jorge Lorenzo. Rossi mengumpulkan 312 poin sedangkan Lorenzo 305.

Namun dengan gaya balap Lorenzo yang kerap “kabur” sejak awal balapan, sangat sulit bagi Rossi untuk mengejarnya dari posisi belakang. Faktanya, Rossi tidak bisa menyelesaikan balapan terlalu jauh di belakang Lorenzo jika tetap ingin menjadi juara. Berikut detailnya:

Akhir dari Lorenzo 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Selesai Rossi 2 3 6 9 11 12 13 14 15 Tidak perlu menyelesaikannya

Mampukah Rossi melakukannya?

Segala catatan statistik dan sejarah bertolak belakang dengan pembalap asal Italia tersebut. Hanya satu tradisi yang memihaknya. Dari 16 kali MotoGP digelar, pemuncak poin terbanyak diraih. Hanya dua pebalap yang gagal melakukannya.

Pertama, Mick Doohan yang gagal mempertahankan gelarnya melawan Wayne Rainey pada tahun 1992. Pada balapan terakhir, Doohan memimpin klasemen dengan selisih dua poin. Namun Rainey-lah yang berhasil merebut gelar juara dunia di penghujung balapan dengan keunggulan empat poin.

Yang kedua (menyedihkan), adalah Rossi sendiri pada musim 2006. Pembalap berusia 36 tahun itu memasuki seri terakhir dengan keunggulan delapan poin. Judulnya sudah di depan mata. Namun dia malah keluar dari perlombaan. Gelar pun jatuh ke tangan Nicky Hayden.

Begitu pula jika melihat statistik di Sirkuit Ricardo Tormo, Valencia. Lintasan di Negeri Matador ini tidak terlalu bersahabat dengan pembalap luar negeri. Pembalap tuan rumah mendominasi kemenangan di Valencia.

Di antara pebalap aktif MotoGP, kemenangan terbanyak di Valencia diraih pebalap Repsol Honda Dani Pedrosa. Pedrosa menjadi pembalap tersukses di Valencia dengan catatan enam kemenangan yakni tiga kemenangan di MotoGP, dua kali di kelas 250 cc, dan satu kali di kelas 125 cc.

Di bawah Pedrosa, hanya Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo (dua kemenangan di MotoGP), Maverick Vinales (satu kemenangan di 125 cc dan Moto3), Mika Kallio (satu kemenangan di 125 cc dan 250 cc), Marc Marquez (satu kemenangan di Moto2 dan MotoGP ), dan Hector Barbera (satu kemenangan di 125 cc dan 250 cc).

Kecuali Rossi dan Kallio, semua pembalap ini pengendara Orang Spanyol.

Pembalap Italia bersatu?

Lalu apa yang bisa dilakukan Rossi untuk menang?

Sejumlah spekulasi bermunculan. Salah satunya meniru strategi yang diduga dilakukan pembalap Repsol Honda Marc Marquez di Phillip Island, Australia. Tinggalkan Jorge Lorenzo sendirian awal di depan sambil menahan Rossi sendiri.

Hal itu dilakukan dengan meminta bantuan rekan pembalap Rossi, Andrea Iannone. Pembalap Ducati itu harus diberi jalan awal di depan Lorenzo. Tujuannya untuk mencegah pemain Spanyol itu.

Strategi ini hanya bisa berhasil jika Iannone menang posisi tiang atau mengungguli Lorenzo pada kualifikasi yang digelar Sabtu 7 November.

Iannone sendiri juga sangat antusias dengan seri Valencia. Posisinya di klasemen berada di peringkat kelima dengan 188 poin, hanya terpaut dua poin dari Dani Pedrosa di posisi keempat (190).

“Saya ingin bertarung (di kualifikasi) agar (saat balapan) pertarungannya lebih ringan. Saya ingin lebih dekat ke puncak.” ucap pembalap berusia 26 tahun itu.

Saat dikonfirmasi kepada Rossi soal strategi tersebut, penggemar berat Inter Milan itu tidak setuju. Dia masih terpaku pada strateginya untuk memenangkan gelar dunianya yang ke-10.

“Sangat sulit menyiapkan strategi ketika Anda mengejar dari belakang. Pertama, Anda harus berlatih keras dan kompetitif. “Balapannya sangat panjang, 30 lap, dan karena dimulai dari belakang, risiko yang dihadapi sangat tinggi,” kata Rossi.

“Saya akan mencoba mengambil kembali posisi saya pada hari Minggu. Kami memikirkan pilihan ban dan lembaga yang tepat,” kata pembalap berjuluk The Doctor itu.

Strategi ini terlihat mudah di atas kertas. Namun melakukannya di trek balap akan sangat sulit. Untuk menghentikan Lorenzo meraih gelar juara dunia, Rossi tidak hanya membutuhkan dukungan Iannone, tapi berharap ia akan mendapatkannya keajaiban alias keajaiban.

Jika keajaiban itu tidak terjadi, masih ada waktu tahun depan bagi Rossi untuk menebusnya, sesuai kontraknya dengan Yamaha. Namun mungkin tidak dengan Jorge Lorenzo sebagai rekan setimnya yang justru menjadi musuh bebuyutannya (dan bersekongkol untuk menjatuhkannya?). — Rappler.com

BACA JUGA:

Sdy siang ini