• July 13, 2025
Rupanya banyak anak-anak yang menonton film Pengkhianatan G30S/PKI

Rupanya banyak anak-anak yang menonton film Pengkhianatan G30S/PKI

JAKARTA, Indonesia – Aku tidak tahu apakah aku merindukanmu atau aku penasaran. Film Pengkhianatan G30S/PKI yang disiarkan di stasiun televisi TVOne pada tanggal 29 September 2017 mengundang banyak penonton. Lembaga penelitian media Nielsen, yang mengukur rating TV, menunjukkan rata-rata TVR/Membagikan 4,0/32,2% untuk pemutaran film mulai pukul 21:30 WIB. Film yang semula berdurasi 271 menit itu ditayangkan di layar dengan durasi yang persis sama TVOne.

Data per siaran 30 menit untuk film yang ditayangkan selama 4,5 jam mempengaruhi rata-rata TVR/Membagikan tertinggi 4,7/39,3% pada 30 menit kelima. Karena pemutaran film besutan sutradara Arifin C. Noer, TVOne untuk mendapatkan nomor Membagikan channel sebesar 11,1% sehari penuh, 29 September 2017. Angka ini cukup tinggi. Pada hari itu MENJAWAB pertama-tama dengan Membagikan saluran 13,3%, RCTI 13,1%, MNCTV 11,7%. TVOne di peringkat 4 mengalahkan Indosiar.

Sebagai catatan, TV Penilaian menunjukkan rata-rata penonton suatu program yang dinyatakan sebagai persentase kelompok sampel atau total potensi. Lebih mudah dimengerti peringkat adalah jumlah orang yang menonton program televisi sebagai persentase dari populasi televisi. Rumusnya adalah: Penilaian (100%) = Total penonton/Semesta x 100%. Pada tahun 2017 semesta berjumlah 54.133.421 orang. TVR menunjukkan kuantitas, bukan kualitas, suatu program televisi.

Pangsa audiensatau Membagikan adalah persentase penonton suatu acara TV tertentu terhadap total penonton pada waktu tertentu. Rumusnya adalah: Membagikan (%) = Jumlah penonton acara/Jumlah penonton seluruh televisi pada waktu tertentu x 100%. Pengukuran TVR dan sburu-buru dibuat sesuai metode Pengukuran penonton televisi dilakukan oleh Nielsen Media Research. Cara ini selalu diperebutkan oleh mereka yang peduli dengan kualitas siaran televisi. Namun hingga saat ini, industri pertelevisian Indonesia dan lebih dari 20 negara lainnya menggunakan cara yang sama.

Prestasi TVR/Membagikan pemutaran film Pengkhianatan G30S/PKI relatif tinggi untuk siaran TVOne sejak menjadi stasiun televisi berita. Sebagai perbandingan, saat final Piala Dunia 2014 disiarkan, TVOne dapatkan TVR/Membagikan 3,5/25,6%, atau di bawah TVR/Membagikan film Pengkhianatan PKI G30S.

Banyak anak yang menontonnya

Siapa yang menonton film yang dianggap propaganda rezim Orde Baru yang didukung ABRI? Ini menarik. Kelompok penonton anak usia 10-14 tahun mempunyai TVR/Membagikan 5,2/39,7%, tertinggi dibandingkan rata-rata kategori umur lainnya. Bahkan, film ini dianggap terlibat dalam eksploitasi kekerasan. Ini sebabnya TVOne menyiarkannya pada malam hari.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengingatkan, kegiatan menonton film (nobar) ini tidak mengikutsertakan anak usia sekolah dasar. Berdasarkan laporan kegiatan nobar di sejumlah daerah, antusiasnya cukup tinggi, termasuk dari kalangan pelajar. Kegiatan pemutaran film di Bandung misalnya, diapresiasi oleh para pelajar yang baru pertama kali menonton film tersebut, yang menjadi film wajib ditonton setiap tanggal 30 September saat Presiden Soeharto berkuasa.

BACA: Pelajar di Bandung Menilai Film Penghianatan G30S/PKI Sebagai Pelajaran Sejarah.

Melalui akun Twitternya, @studiyanto, Budi Studiyanto mengaku mengajak anak-anaknya menonton film ini.

Ada sejumlah orang yang menjawab sama seperti Budi ketika saya menanyakan pertanyaan ini di Twitter. Bukan tidak mungkin banyak anak lain yang juga diperbolehkan menonton acara tersebut oleh orang tuanya

Segmen pendengaran pria biasanya menghasilkan TVR/Membagikan 4,5/30,6%. Penonton pria (Pria) dan perempuan (Perempuan) usia 45-54 tahun membawa TVR/Membagikan 4,7/28,4%. Laki-laki perempuan usia 35-44 tahun direkam TVR/Membagikan 4,3/27,2%, sedangkan penonton Laki-laki perempuan usia 25-34 tahun membawa TVR/Membagikan 4,1/28,8%.

Tampaknya kelompok sosial ekonomi menengah memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap TVR/Membagikan versus film yang memicu perdebatan antara kelompok yang menilai ideologi komunis dan PKI masih menjadi ancaman bagi bangsa, dengan kelompok yang menganggap ideologi komunis tidak perlu disikapi dengan sikap. paranoid, karena sudah terbukti gagal di beberapa negara. Rata-rata TVR/Membagikan kelompok menengah sebesar 4,4-4,8/31,2-29,1%. Kelompok pekerja juga termasuk dalam kelompok indeks tinggi, dengan TVR/Membagikan 4,6/30,4%. Siswa mendapatkan TVR/Membagikan 3,6/29,3%.

Debat publik, promosi gratis

Mereka yang lahir pada tahun 1990-an, khususnya tahun 1998 pada masa Soeharto mati Tentu saja saya belum pernah menonton film ini. Penafsiran tunggal yang ditetapkan oleh rezim Suharto terhadap Gerakan 30 September 1965 untuk sementara dikesampingkan sejak reformasi. Termasuk mengajar di sekolah. Kalaupun ada, guru akan memberitahukannya secara singkat. Hal ini tidak wajib, karena pada saat itu siswa diwajibkan menjalani pelatihan Pedoman Pengamalan dan Penghayatan Pancasila (P4) selama 100 jam.

BACA: Versi Gerakan 30 September dari mantan tahanan, Menteri Udara Omar Dani

Film ini kalah populer dibandingkan film bergenre horor lainnya yang banyak diproduksi dan ditayangkan di televisi dan bioskop. Produksi nasional, serta yang dibuat oleh sutradara Hollywood, AS.

Ketika dua minggu terakhir ada debat publik yang bisa diikuti hanya dengan sentuhan jari di layar ponsel, semua usia bisa berpartisipasi. Bagi yang belum tahu, hal ini menimbulkan rasa penasaran. Setidaknya mereka mencari informasi dan siapa tahu ada videonya di internet. Jika seseorang mengundang Anda berkunjung, ini adalah kesempatan bagus. Apalagi jika ada stasiun televisi yang memutarnya.

Puncak perdebatan publik yang justru menjadi promosi bebas adalah ketika Presiden Joko “Jokowi” Widodo juga turut serta dalam film Pengkhianatan G30S/PKI di Korem 061/SK Kodam III/Siliwangi di Bogor.

Bahkan mereka yang menganggap film ini dibuat dengan sengaja menyimpang dari kebenaran kejadian pun tertarik untuk menontonnya kembali. Mengapa? Karena dulu saya setengah terpaksa menontonnya, dan saya baru berada di sekolah saat film itu diputar. Saat dihidupkan TVRI setiap tanggal 30 September tidak pernah benar-benar disimak, karena saat itu belum ada perdebatan publik tentang isi dan kebenaran film.

Tidak ada media sosial yang menemani kita menonton film sehingga kita bisa menikmatinya dan mengomentarinya. Kini banyak orang bertanya, setelah melihat dan membaca kembali referensi perbandingan: Mengapa yang menculik dan menembak para jenderal TNI adalah tentara? Jadi ini konflik antar sesama prajurit? Dimana sebenarnya posisi Presiden Sukarno? Dll.

BACA: Menafsirkan Kembali Pemutaran Film Pengkhianatan G30S/PKI.

Jadi, bisa dikatakan ide yang resmi datang dari Panglima TNI Gatot Nurmantyo untuk memutar kembali film ini sukses, jika tolok ukurnya adalah perolehan TVR/Share. TVOne.

Usai perayaan, Presiden Jokowi menulis cuitan melalui akun Twitternya agar peristiwa tahun 1965 tidak terulang kembali.

Bagi mereka yang selama ini memandang ideologi PKI dan komunis sebagai ancaman, pemutaran film ini ibarat obat kerinduan, kerinduan yang terbalas setelah 19 tahun kehilangan.

Menurut saya, wajar jika sikap seperti itu ditunjukkan oleh Jokowi yang kerap dituding keluarganya terlibat PKI. Harus. Setidaknya perkataan itu dan kehadiran Jokowi di Mabes TNI ingin menunjukkan bahwa ia setuju dengan sikap Jenderal Gatot dan TNI. Ini adalah posisi yang aman.

Secara politis, hal ini juga memberikan sinyal positif kepada kelompok Islam yang masih menganggap ideologi komunis berbahaya. Militer dan Islam merupakan dua kelompok besar yang penting bagi presiden di Indonesia, siapapun sosoknya.

Masalahnya, bagaimana dengan berbagai kekejaman dan pelanggaran HAM yang terjadi selama ini? Apa yang belum tersentuh oleh pemerintahan Jokowi? – Rappler.com


slot demo