Saatnya Alfred Riedl memberikan kepercayaan diri kepada pemain lain
- keren989
- 0
Lolos ke semifinal bagi Indonesia terasa seperti sebuah keajaiban.
JAKARTA, Indonesia — Laga pertama Indonesia di Grup A melawan Thailand pada Sabtu, 19 November dan berakhir 2-4. Meski demikian, optimisme masih tetap ada di benak para pemain. Pasalnya kekalahan tersebut masih bisa diterima karena Negeri Gajah Putih merupakan Raja Asia Tenggara, selain itu mereka juga merupakan juara bertahan Piala AFF.
Optimisme masih tinggi karena masih menyisakan 2 laga lagi, melawan Filipina dan Singapura. Berharap menyapu bersih 2 laga sisa, Boaz Solossa dan kawan-kawan masih percaya diri lolos ke empat besar Piala AFF 2016.
Namun sikap tersebut perlahan terkikis. Indonesia ditahan imbang 2-2 oleh tuan rumah Filipina. Optimisme pun sirna, digantikan pesimisme yang tinggi. Trauma masa lalu juga datang. Kekhawatiran mulai muncul bahwa Indonesia akan mengulangi hasil tahun 2014, gagal lolos dari babak penyisihan grup.
Namun keajaiban akhirnya datang untuk Indonesia. Dan keajaiban terjadi ketika para pendukung tim nasional mungkin meninggalkan layar. Dengan 5 menit tersisa di pertandingan melawan Singapura. Stefano Lilipaly menjadi pahlawan pada menit ke-85 melalui gol kemenangannya.
Satu gol pemain naturalisasi asal Belanda itu membuat situasi menjadi 1-1 menjadi 2-1. Sebelumnya, Indonesia sempat tertinggal lewat gol Khairul Huda pada menit ke-27. Gol tersebut membuat permainan timnas kisruh. Meski menguasai permainan, pertahanan selalu kendor dan kecolongan.
Harapan Indonesia untuk lolos ke babak selanjutnya kembali muncul saat Andik Vermansah menyamakan kedudukan pada menit ke-62. Lilipaly melengkapi harapan tersebut sekitar 20 menit kemudian melalui umpan Boaz Solossa. Merah Putih pun sempat mengambil nafas dalam turnamen dua tahunan ini. Mereka lolos ke semifinal.
Sebagai pemain yang mengembalikan semangat juang tim, Andik Vermansah tak mau sombong. Ia justru menganggap golnya berbau keberuntungan. Saat itu, Andik merasa berada di posisi yang tepat saat Rizky mengirimkan Pora persimpangan tepat padanya. Andik pun melepaskan tendangan voli yang tak mampu diantisipasi kiper Hassan Sunny. “Saya hanya senang,” katanya merendah.
Andik justru memuji Thailand yang tetap tampil kompetitif. Meski menggunakan pemain cadangan, mereka mampu mengalahkan Filipina 1-0. Faktanya, Thailand bisa mengalah karena apapun yang terjadi, poin mereka tidak bisa dilampaui. “Thailand bermain bagus,” katanya.
Dua bek tidak bisa bermain di semifinal
Meski lolos ke babak selanjutnya, namun performa Timnas kurang begitu meyakinkan. Pelatih Alfred Riedl tak punya banyak variasi, baik dalam skema permainan maupun komposisi pemain.
Riedl harus belajar banyak dari tim lain. Mereka berani berbalik tim awal meningkatkan kinerja tim. Thailand, Filipina, dan Singapura misalnya. Mereka kerap mengubah komposisi dua, tiga, atau bahkan empat pemain starter untuk mengembangkan permainan tersebut.
Faktanya, Riedl tidak melakukannya. Hanya satu pemain yang dirotasi untuk mengubah gaya permainan. Tentu saja perubahan adalah hal yang mustahil. Indonesia masih mengandalkan sistem 4-4-2 dan mengandalkan serangan dari sayap.
Lini tengah terlihat buntu, dan takut melakukan kombinasi passing tajam sehingga membuat bek lawan harus berebut kecepatan. Padahal, Indonesia punya keunggulan yang cukup besar dalam kompetisi lari. Oleh karena itu, serangan Indonesia mudah diprediksi dan diantisipasi.
Serangan monoton tersebut terlihat dari proses mencetak gol. Dari enam gol yang dicetak Timnas, tiga di antaranya melalui sundulan dan tendangan persimpangan.
Gol tersebut merupakan hasil formasi 4-4-2 yang mengandalkan kekuatan sayap. Bahkan, dalam sesi latihan Riedl juga mencoba formasi 4-2-3-1 atau 4-3-3. Namun tidak banyak digunakan dalam pertandingan.
Begitu pula dalam pemilihan komposisi pemain. Itu saja. Akhirnya kini tim Garuda berhasil mencapai puncaknya. Dua duet jantung pertahanan timnas, Fachrudin Aryanto dan Yanto Basna, terkena akumulasi kartu kuning hingga tak bisa bermain di babak semifinal. Duet barunya jelas butuh penyesuaian lebih lama karena belum pernah dicoba di babak penyisihan grup.
Menghadapi Vietnam di semifinal, mau tidak mau Riedl harus melakukan perubahan tersebut. Meskipun sudah sangat larut
Salah satu kendala Timnas adalah transisi. Saat bermain ofensif, dua bek sayap Abduh Lestaluhu dan Benny Wahyudi kerap naik. Sayangnya, saat lawan menyerang balik, mereka menyisakan ruang kosong. Lawan bisa leluasa masuk ke sektor sayap.
Tak hanya itu, pertahanan di lini tengah juga kerap kecolongan. Para pemain dapat bergerak bebas di area akhir. Sama sekali tidak ada tekanan atau kontrol yang ketat.
Kesenjangan antar lini juga menjadi pekerjaan rumah yang harus diperbaiki Riedl. Terutama di sektor menengah. Duet Stefano Lilipaly-Evan Dimas memang solid, namun butuh tenaga tambahan. Apalagi saat Anda sedang bertahan. —Rappler.com