• October 4, 2024

Saingan Manchester City, Leicester, dirundung masalah kebugaran pemain

JAKARTA, Indonesia – Ada kondisi khas Liga Inggris yang baru disadari manajer baru Liverpool, Juergen Klopp setelah timnya menang tipis 1-0 atas Leicester City pada Sabtu, 26 Desember lalu.

Menurutnya, sebagus apapun seorang pemain, akan terkendala oleh faktor kebugaran dan momok cedera. Penyebabnya adalah jadwal kompetisi yang padat. Termasuk bermain sehari setelah Natal.

“Di sini para pemain selalu (cedera) melumpuhkan, melumpuhkan, melumpuhkan. Anda (jurnalis) pasti lebih tahu dari saya. “Anda sudah lama berada di sini,” kata manajer asal Jerman itu dalam-dalam wawancara setelah pertandingan.

Dalam kompetisi sepak bola terpopuler di dunia, tim tidak bisa hanya mengandalkan segelintir pemain untuk memenangkan gelar. Mereka membutuhkan kedalaman skuad.

Misalnya, Leicester yang memimpin klasemen poin selama enam pekan terakhir mulai terpuruk ketika dua pemain andalan mereka, Jamie Vardy dan Riyad Mahrez, tidak fit. Mereka menderita kekalahan kedua dalam 11 pertandingan di tangan Liverpool.

Salah satu alasannya adalah Vardy dan Mahrez sedang tidak dalam performa terbaiknya. Vardy bermain dalam keadaan demam sedangkan Mahrez sangat lelah. Oleh karena itu, tidak heran jika dalam game ini kecepatan “performa” kedua pemainnya tidak terlihat.

Leicester bermain lambat dan lebih banyak menunggu di belakang. Di sisi lain, Liverpool sangat dominan dan terus memberikan tekanan kepada pasukan Claudio Ranieri.

Beruntung nasib masih berpihak pada Leicester. Kekalahan melawan Liverpool beberapa hari lalu tak menggusur posisi mereka sebagai pemuncak klasemen liga. Saingan terdekat Arsenal secara mengejutkan kalah 0-4 melawan Southampton.

Namun setelah itu, Arsenal tak terpeleset lagi. Mereka meraih kemenangan meyakinkan 2-0 atas Bournemouth.

Jika Leicester gagal mengalahkan Manchester City, Rabu 30 Desember pukul 02:45 WIB, singgasana puncak klasemen harus diserahkan ke tim asuhan Arsene Wenger.

Mampukah Leicester mempertahankan posisinya?

Dua pilar tidak cocok

Kondisi Mahrez dan Vardy masih belum 100 persen. Tiga hari bukanlah waktu yang ideal untuk pulih. Ranieri sempat memanfaatkannya di babak kedua atau sejak menit awal, namun kemudian digantikan di pertengahan pertandingan.

Masalahnya, eks pelatih AS Roma dan Inter Milan itu tak punya banyak pilihan. Tim Leicester sangat dangkal. Tanpa Mahrez dan Vardy, dia hanya punya Jose Ulloa dan Shinji Okazaki.

Gabungan kedua pemain itu mencetak empat gol dan dua gol membantu sepanjang musim, namun masih terpaut jauh dibandingkan duet Mahrez-Vardy (28 gol dan sepuluh membantu).

Pada praktiknya, Ranieri hanya harus berharap ada lini lain di belakang penyerang. Dia masih bisa memainkan gelandang Prancis N’Golo Kante. Pemain berusia 24 tahun itu memang tak setenar duet depannya. Catatan gol dan membantu– juga rendah: hanya satu gol dan dua membantu.

Meski demikian, Kante mampu menjalankan tugasnya dengan sangat baik sebagai gelandang pembangun serangan. Jarak berlayarnya lebar, pergerakannya juga lincah. Visi permainannya pun tampaknya diakui oleh Ranieri. Beberapa orang diam-diam mulai menyebutnya sebagai Claudio Makalele dari Leicester.

Masalahnya, Kante akan kesulitan sendirian di lini tengah. Danny Drinkwater masih absen karena cedera. Sendirian, dia tidak akan mampu bertarung bersama Yaya Toure, Fabian Delph, dan David Silva.

Laga melawan Liverpool menjadi contoh bagaimana Kante berjuang sendirian melawan tekanan Jordan Henderson dan kawan-kawan. Alhasil, suplai bola kepada Vardy dan Mahrez tidak lancar.

Ranieri bereaksi dingin terhadap situasi sulit ini. Ia ingin tetap menjaga semangat riang anak asuhnya.

“City adalah ujian yang luar biasa bagi kami. Anda tahu apa pendapat saya tentang Leicester yang memenangkan gelar? “Itu semua hanya mimpi,” katanya seperti dikutip BBC.

Meski demikian, masih ada celah kecil yang bisa dimanfaatkan Ranieri. Kandang mereka, King Power Stadium, sangat angker bagi tim tamu. Musim ini Leicester hanya kalah satu kali di hadapan publiknya yakni melawan Arsenal dengan skor 2-5.

City belum pernah menang di laga tandang

Sebaliknya, tur tandang City di Liga Inggris membuahkan hasil yang sangat buruk. Dalam lima pertandingan terakhir mereka tidak pernah menang. Hanya dua kali imbang dan tiga kali kalah.

Selain itu, lini belakang mereka juga keropos. Kapten Vincent Kompany kembali absen. Absennya Kompany membuat pertahanan City compang-camping. Tanpa pemain Belgia itu, gol mereka dibobol sebanyak 19 kali.

Situasi buruk pada komposisi bek tidak terjadi di lini depan. Empat pemain andalan Manuel Pellegrini bisa bermain.

Mereka adalah Sergio Aguero sebagai striker utama dan trio gelandang di belakangnya: Kevin De Bruyne, David Silva, dan Raheem Sterling. Keempatnya akan disokong Toure dari posisi gelandang bertahan.

Mentalitas mereka juga bagus. Tiga dari lima pemain yang mencetak gol ke gawang Sunderland yakni De Bruyne, Toure, dan Sterling. Faktanya, De Bruyne membeli dua membantu dan satu gol untuk klub julukan itu Masyarakat itu.

Kondisi di atas kertas yang menguntungkan City justru membuat Pellegrini berhati-hati. Manajer asal Chile itu meminta anak asuhnya tidak meremehkan tim “keajaiban” di Liga Inggris musim ini.

“Mereka berada di puncak klasemen karena mereka pantas mendapatkannya. Kami harus berhenti berpikir mereka hanyalah tim kecil.” kata Pellegrini.— Rappler.com

BACA JUGA:

Sidney prize