• November 24, 2024

Sate Maranggi, kuliner andalan Purwakarta

Sate manis ini disajikan saat Presiden Jokowi berkunjung ke AS

PURWAKARTA, Indonesia – Ratusan orang memenuhi meja di Sate Maranggi Haji Yetty, di Jalan Raya Cibungur, Purwakarta, Jumat sore, 25 Maret.

Karena tempat masak kebanggaan Purwakarta itu penuh, saya agak pesimistis bisa cepat tersaji. Meski perut lapar, udara panas, dan jalan dari pintu tol Pondok Gede Jakarta menuju lokasi cukup padat. Butuh waktu sekitar 4,5 jam untuk menempuh jarak 75 kilometer sebelum sampai di lokasi.

Libur panjang akhir pekan ini, akibat tanggal merah perayaan Kenaikan Yesus Kristus, menyebabkan arus lalu lintas dari Jakarta melalui Cikampek sangat padat. Ada pula yang mengambil jalur lama singgah untuk menikmati Sate Maranggi di Cibungur.

Untungnya, masih ada satu meja yang ditinggalkan pengunjung setelah makan siang. Saya dan keluarga duduk dan memesan 50 tusuk sate daging kotak, 20 tusuk daging sapi, 10 tusuk sate ayam, satu acar, semangkuk sop kotak, dan tiga gelas es krim kelapa muda.

Pemateri meletakkan beberapa bungkus nasi bungkus daun pisang dan empat gelas teh hangat. Satu porsi berisi 10 batang dibanderol dengan harga Rp 40.000. Lima menit setelah pelayan mengambil pesanan, tusuk sate sudah siap di meja kami. Wow! Pelayanan cepat.

Jumlah penyedianya cukup banyak, melayani seluruh outlet. Selain sate sebagai menu andalan, terdapat gerai karedok, gado-gado, sop lutut, dan acar.

Kami sering makan di Sate Maranggi Cibungur saat ke Bandung. Lokasinya luas, dikelilingi pohon jati. Kini bangunannya semakin bagus, dilengkapi dengan toko oleh-oleh dan oleh-oleh. Ruang sholat juga tersedia.

Saya lupa berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke tempat itu. Itu sebabnya paling melihat kemajuannya. Saya mendengar dari media sosial bahwa pemerintah kabupaten sedang giat mendorong promosi kuliner khas ini.

Pakar periklanan Subiakto Priosoedarsono bahkan diminta pemerintah daerah menjadi konsultan”merek” untuk usaha kecil dan menengah Sate Maranggi. Bahkan, saat Presiden Joko “Jokowi” Widodo berkunjung ke Washington DC, Amerika Serikat pada Oktober 2015, pakar kuliner William Wongso memasak menu Sate Maranggi untuk acara tersebut.

Apa yang spesial? Beberapa tahun lalu, seingat saya, ukuran dagingnya cukup besar. Sekarang lebih kecil, tapi saya maklum karena harga dagingnya juga mahal. Sate Maranggi tidak perlu bumbu kacang atau kecap sambal, karena kita biasa makan sambal kotak.

Kambing, daging sapi dan ayam dibumbui. Cukup manis. Saya pernah membuat casserole manis, saya bumbui dengan bawang merah, bawang putih, ketumbar, garam, gula merah, jahe dan kecap manis.

Apakah itu penyedapnya? Sejujurnya, saya tidak memeriksanya. Sate Maranggi Cibungur melengkapi sajiannya dengan sejenis saus tomat. Irisan tomat dominan.

Saat hari raya, Sate Maranggi menyiapkan 1 ton daging.  Foto oleh Uni Lubis/Rappler

Pak Haji Deden, salah satu senior di Sate Maranggi Cibungur mengatakan, di hari libur mereka menyiapkan daging berton-ton. Jumlah ini dua kali lipat dibandingkan hari biasa.

“Kebanyakan orang memesan saus kotak. “Tapi sata daging dan sata ayam juga lumayan,” kata Haji Deden sambil membalik deretan sata yang sedang digoreng.

Jika kita melihat “dinamika” dapur tempat makanan disiapkan di restoran ini, terutama ribuan tusuk sate, kita bisa membayangkan kesuksesan bisnis yang dimulai pada tahun 1985 ini.

Nah, mumpung akhir pekan kenapa tidak mencoba kuliner yang satu ini? Kalau berangkat tepat waktu, kamu bisa terhindar dari kemacetan lho. Selain kelezatannya, nikmatnya menyantap sate ini karena suasananya. Bersiaplah untuk berkeringat. —Rappler.com

Hk Pools