• October 4, 2024

Satu tahun setelah kecelakaan AirAsia, keluarga korban mengaku belum menerima santunan

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Nenek 95 tahun ini belum mengetahui kabar putra, menantu, dan dua cucunya tewas dalam kecelakaan AirAsia QZ8501 setahun lalu.

MALANG, Indonesia – Keluarga Suetjipto menggelar kebaktian memperingati satu tahun meninggalnya empat anggota keluarga di pesawat AirAsia QZ8501 yang jatuh pada 28 Desember 2014, tepat satu tahun lalu.

Ibadah yang digelar di kediaman pribadi Suetjipto di Malang, Jawa Timur yang dihadiri puluhan anggota keluarga ini berlangsung khidmat, meski pihak keluarga mengaku belum menerima santunan atas tiga korban meninggal dunia dalam bencana tersebut.

Sujono Soetjipto, saudara korban Rudy Soetjipto, mengaku menerima santunan untuk istri Rudy, Lindawati Anggara. Sedangkan santunan untuk Rudy dan kedua anaknya belum diterima.

“Tiga kompensasi kami belum diterima. “Hanya harta Linda yang turun dan diberikan kepada orang tua Linda,” kata Sujono kepada Rappler, Senin, 28 Desember.

“Mereka kuat ketika menerima kabar duka.”

Seluruh keluarga Rudy tewas dalam kecelakaan pesawat Surabaya-Singapura, termasuk kedua anak Rudy dan Linda, yakni Kevin Alexander Soetjipto dan Cindy Clarisa Soetjipto.

“Kalau kabar anaknya meninggal masih bisa diterima. Tapi kalau dua cucunya meninggal, kami khawatir dia tidak bisa menerimanya.”

Diakui Sujono, kompensasi untuk Rudy, Kevin, dan Cindy belum bisa diterima karena belum ada kesepakatan antara persyaratan yang diminta AirAsia dan keluarga Soetjipto. Pihak keluarga menolak syarat yang diajukan AirAsia.

“Mereka meminta agar santunan diterima langsung oleh ibu saya. “Kami tidak setuju dengan itu,” kata Sujono.

Menurut Sujono, orang tua kandung Rudy belum mengetahui kabar duka tersebut. Pihak keluarga khawatir santunan yang diberikan kepada ibu Rudy yang berusia 95 tahun akan berdampak buruk bagi kesehatannya.

“Ibuku sangat menyayangi cucu-cucunya. Kalau kabar anaknya meninggal mungkin masih bisa diterima. Tapi kalau cucunya meninggal dua orang, kami khawatir dia tidak bisa menerimanya dan berdampak buruk karena usianya sudah tua, kata Sujono.

Sujono mengatakan, kendala tersebut telah ia sampaikan kepada AirAsia, namun hingga saat ini belum ada kesesuaian antara permintaan pihak keluarga dengan kebutuhan pihak maskapai.

Pesawat AirAsia QZ8501 ditemukan di dasar laut sekitar Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Jenazah korban ditemukan mengambang, namun ada pula yang masih terikat di kursi penumpang. Hingga saat ini, masih ada puluhan jenazah yang belum ditemukan.

‘Hidup dan mati ada di tangan Tuhan’

Sementara itu, kebaktian yang dipimpin oleh Romo Agung SVD dari Biara Seminari Tinggi SVD Surya Wacana Malang tetap berlangsung khidmat.

Empat foto keluarga Soetjipto yang semuanya menjadi korban bencana terpampang di meja depan. Puluhan kerabat dan sahabat keluarga Soetjipto dengan khidmat menghadiri misa tersebut dari awal hingga akhir.

“Keluarga Suetjipto pergi ke Singapura untuk berlibur, namun ketika ajal menjemput, kami tidak bisa berbuat apa-apa. “Ini pesan Tuhan yang bisa kita renungkan, hidup dan mati kita ada di tangan Tuhan,” kata Romo Agung saat misa.

Sujono berharap kecelakaan seperti ini menjadi yang terakhir dan tidak terulang kembali. Ia juga berharap maskapai penerbangan memperhatikan kelaikan armadanya dan benar-benar mengutamakan keselamatan penumpang.

“Saya mendapat kabar bahwa pesawat yang sama telah mengalami kerusakan berkali-kali sebelum terbang. Artinya pesawatnya ada masalah, tapi kenapa masih digunakan untuk terbang?” kata Sujono.

Hasil sebelumnya Investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) pada awal Desember menyebutkan salah satu penyebab jatuhnya pesawat adalah tidak berfungsinya instrumen pesawat. —Rappler.com

BACA JUGA:

SDy Hari Ini