
Saudi Lebih Banyak Investasi di China, Jokowi: Kita Perlu Introspeksi
keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Jokowi menilai alasan Saudi berinvestasi lebih banyak di Tiongkok mungkin karena masih kurangnya kepastian hukum di Indonesia.
JAKARTA, Indonesia – Presiden Joko “Jokowi” Widodo menjelaskan maksud ucapannya saat menyampaikan pidato di Pondok Pesantren Buntet, Cirebon pada Jumat, 14 April. Menurut Jokowi, apa yang disampaikan hanya sekedar lelucon. Namun, dia mengatakan fakta tersebut patut menjadi bahan introspeksi bagi Indonesia terhadap kemudahan berinvestasi.
“Iya mungkin karena banyak hal, bisa juga karena Kemudahan melakukan bisnis (EOB) dan kemudahan berusaha di Indonesia yang masih berada di peringkat 91. Lalu juga soal kepastian permasalahan hukum yang belum diperbaiki,” kata Jokowi usai meresmikan Masjid Raya KH Hasyim Asy’ari pada Sabtu, 15 April.
Jokowi mengatakan, fakta ini jelas menjadi kritik dan introspeksi bagi pemerintah. Jika Saudi yakin dengan situasi investasi di Indonesia, mereka akan lebih banyak berinvestasi di Indonesia dan bukan di negara lain.
Kendati demikian, eks Gubernur DKI Jakarta ini tak mau patah semangat. Nilai investasi sebesar Rp 93 triliun yang mereka investasikan merupakan jumlah nominal yang besar. (BA: 11 MoU ditandatangani pada hari pertama kunjungan Raja Salman)
Perjanjian antara Arab Saudi dan Indonesia terdiri dari perusahaan minyak Saudi Aramco senilai US$6 miliar atau Rp80 triliun dan pencairan dana US$1 miliar atau Rp13 triliun dari pengembangan dana Saudi untuk pembangunan infrastruktur, air minum, dan perumahan.
Angka tersebut tentu jauh dari ekspektasi pemerintah yang dibenarkan Sekretaris Kabinet Pramono Anung bahwa nilai investasi Indonesia bisa mencapai US$25 miliar atau Rp333 triliun.
Sedangkan pada hari pertama kunjungannya ke China pada 16 Maret, Raja Salman menandatangani perjanjian senilai US$65 miliar atau setara Rp870 triliun. Perjanjian tersebut ditandatangani dalam bentuk nota kesepahaman antara Aramco dan China North Industries Group Corp (Norinco) untuk pengembangan dan pemurnian bahan kimia di China.
Saudi Basic Industries Corp (Sabic) dan Sinopec juga memiliki kesepakatan bersama untuk mengerjakan proyek petrokimia di kedua negara.
Bahkan, Saudi juga terlibat dalam proyek misi bulan yang digagas China melalui Chang E-4. Negeri Petro Dollar juga terlibat dalam kemitraan perakitan pesawat tanpa awak atau drone.
Di tingkat bisnis, perusahaan Saudi dan Tiongkok menandatangani 21 perjanjian mulai dari investasi minyak dan pengembangan proyek petrokimia hingga kerja sama di pasar energi terbarukan.
Bagi Aramco, investasi ini sesuai dengan strategi mereka untuk memperluas portofolio pengembangan kilang dan kilang kimia. Karena mereka mendiversifikasi aset mereka dan mendapatkan perjanjian jangka panjang di sektor minyak.
teman lama
Dalam jumpa pers, Wakil Menteri Luar Negeri Tiongkok Zhang Ming mengatakan hubungan kedua negara telah terjalin sejak lama. Padahal, kedua pemimpin negara tersebut juga merupakan teman lama.
“Presiden Xi Jinping dan Raja Salman adalah teman lama. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika kerja sama antara Tiongkok dan Arab Saudi telah mencapai prestasi yang sangat baik dan memiliki potensi yang besar, kata Zhang. Reuters.
Sementara itu, sebagai imbalannya, Saudi berharap Tiongkok akan memainkan peran yang lebih besar di Timur Tengah, baik dalam konflik maupun diplomasi. Bahkan, mereka pernah terlibat dalam upaya mengakhiri konflik perang saudara di Suriah. Dalam konflik itu, Saudi memihak kelompok yang ingin menggulingkan Presiden Bashar Al-Assad.
Pada tahun 2016, Tiongkok juga memberikan dukungan kepada pemerintah Yaman yang juga didukung oleh koalisi militer Saudi dalam perangnya melawan kubu Houthi yang menguasai sebagian besar negara. – Rappler.com