Sejarah Pulau Banda, Penghasil Pala
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Pada zaman dahulu, Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar seperti pala dan cengkeh yang paling banyak dicari oleh negara-negara Eropa.
JAKARTA, Indonesia — Awalnya pala. Buah berwarna kekuningan berbiji hitam yang dilapisi selaput merah ini menjadi tujuan para pendatang dari berbagai bangsa yang menginjakkan kaki di Kepulauan Banda, Maluku, ratusan tahun lalu.
Bagaimana sejarah pala dan Kepulauan Banda? Baca deskripsinya Buku skets Rapler Indonesia.
Pada zaman dahulu, Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar seperti pala dan cengkeh yang paling banyak dicari oleh negara-negara Eropa.
Karena pala dan cengkeh awalnya hanya terdapat di Maluku, maka pulau ini mendapat julukan tersebut Pulau Rempah. Para pedagang dan penjajah dari Eropa pun berebut hal itu.
Rempah-rempah dinilai sangat berharga, bukan hanya karena manfaatnya sebagai penambah rasa pada masakan, namun juga khasiatnya sebagai obat.
Pala kemudian menjadi salah satu komoditas rempah-rempah yang dihargai sangat tinggi karena sulit ditemukan. Pada saat itu, segenggam pala dianggap lebih berharga dibandingkan segenggam emas.
Saat itu, pala digunakan sebagai obat penyakit pes yang pernah melanda Eropa. Alhasil, nilai pala langsung meningkat 10 kali lipat.
Rempah-rempah yang berasal dari Kepulauan Banda dikuasai Benda. Kepulauan Banda sendiri terdiri dari 10 pulau vulkanik yang tersebar di Laut Banda.
Pemerintahan Ratu Elisabeth I mengirimkan ekspedisi untuk mendapatkan pala di Pulau Run, salah satu pulau di Banda, yang kemudian menjajahnya.
Namun Belanda tidak takut memonopoli perdagangan pala. Pulau Run juga menjadi penyebab terjadinya Perang Inggris-Belanda pada tahun 1652-1654.
(BACA: Perjanjian Breda, 350 tahun kemudian)
Pada tanggal 31 Juli 1667, Inggris dan Belanda menyepakati Perjanjian Breda yang menetapkan bahwa Pulau Run diserahkan kepada Belanda sedangkan Inggris diberikan New Amsterdam yang kini menjadi Manhattan di New York, Amerika Serikat.
Ratusan tahun kemudian, Manhattan berkembang menjadi kota metropolitan, sementara Run Island semakin terlupakan.
Selain sebagai penghasil pala, Kepulauan Banda juga berperan penting dalam lahirnya Indonesia. Di Banda, kolonialisme dimulai. Namun di Banda pulalah lahir gagasan-gagasan kebangsaan.
Di waktu yang hampir bersamaan, empat orang anggota pendiri Indonesia; Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, Dr Tjipto Mangunkusumo dan Iwa Kusuma Sumantri diasingkan ke Banda Neira. Kisah pengusiran pribumi dan kedatangan bangsa-bangsa yang kemudian menjadi Bandane dalam berbagai interaksi sosial budaya menjadikan Sutan Sjahrir menjadikannya salah satu gagasan dalam perumusan Undang-Undang Dasar.
Saat ini Banda terus bertahan dengan industri perikanan dan wisata bawah lautnya. Pala Banda yang pernah menjadi koordinat penting dalam sejarah penjelajahan dan penaklukan manusia, kini dihadapkan pada kenyataan bahwa Pala Banda hanya sekedar komoditas sampingan karena tidak adanya inovasi dan kebaruan. Banda masih bertahan meski dengan denyut nadi lemah. —Rappler.com