Sejarah sepak bola di Indonesia
- keren989
- 0
Sepak bola merupakan salah satu olahraga yang digandrungi masyarakat Indonesia, meski prestasinya di kancah internasional terbilang kering. Apa sejarahnya?
Bagian 1 dari 6
Jakarta, Indonesia – Tiga puluh lima ribu pendukung berbondong-bondong ke Jakarta dari Malang. Jarak 700 kilometer dari Apple City ke ibu kota bukan menjadi kendala bagi Aremania untuk menyaksikan Arema Cronus bertanding secara langsung di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Senayan.
Suporter Persib Bandung pun demikian. Lebih dari 40 ribu Bobotoh berbondong-bondong ke Jakarta, tak gentar meski harus bertandang ke kandang Persija Jakarta, rival terbesar mereka. Pendukung kedua klub ini memadati Final Piala Bhayangkara di Stadion GBK pada 3 April 2016.
Jika bukan karena Belanda yang menjajah Indonesia, andai saja sepak bola hanya dimainkan di lapangan rumput, apa yang terlihat di final Piala Bhayangkara – turnamen singkat namun mampu membuat suporter sepak bola berbondong-bondong datang ke SUGBK – tidak akan terjadi.
Artikel ini menceritakan bagaimana sepak bola seolah menjadi “agama” baru di Indonesia. Menonton sepak bola adalah sebuah kewajiban, ibarat ibadah yang tidak bisa ditinggalkan. Stadion merupakan tempat suci yang harus dijaga nyanyian, dukungan dan teriakan fanatismenya selama pertandingan.
Sepak bola di Indonesia awalnya hanya sekedar hiburan, namun pada masa pra kemerdekaan dapat membentuk komunitas dan menjadi instrumen perjuangan. Kemudian menjadi olah raga yang digandrungi setelah kemerdekaan, hingga saat ini prestasinya di kancah internasional sudah surut.
Siapa yang memperkenalkan sepak bola ke Indonesia?
Maraknya sepak bola di Indonesia tidak lepas dari kedatangan orang Belanda ke negeri ini. Awalnya hanya permainan kolonial, kemudian dimainkan oleh orang Tionghoa dan pribumi.
Sepak bola menjadi simbol tumbuhnya Jong-jong (majelis pemuda) distrik tersebut yang berjuang meraih kemerdekaan melalui jamur bulat. Bukan untuk melawan, tapi sebagai alat pemersatu pemuda saat itu. Setelah kemerdekaan, sepak bola menjadi alat perdebatan; apakah dijadikan stiker persatuan dan kesatuan, atau justru menjadi instrumen perpecahan dengan lahirnya kelompok pendukung yang saling bermusuhan.
Menurut Sejarawan Universitas Negeri Surabaya Rojil Nugroho Bayu Aji, masuknya sepak bola di Indonesia karena ideologi kolonial, yaitu anggapan bahwa dengan meniru orang Eropa, maka penduduk asli akan mirip dan berasimilasi dengan mereka.
“Cukup buat gawang, tidak perlu tiang, cukup tandai dengan mengukur jarak antar gawang dengan kaki. Kemudian temukan sesuatu yang bentuknya seperti bola – bola plastik atau bahkan gulungan kantong plastik yang dibuat menyerupai bola.”
“Proses awal masuknya sepak bola ke Indonesia tidak bisa kita pisahkan dengan proses penjajahan pemerintah Belanda di Indonesia. “Dalam proses penjajahan terjadi persilangan budaya antara masyarakat Eropa dengan masyarakat Hindia Belanda, khususnya masyarakat Tionghoa dan Bumiputera,” kata Rojil.
Sepak bola berasal dari Inggris dan menyebar melalui praktik kolonial ke benua Eropa, Amerika, Afrika, dan Asia. Masuknya sepak bola ke Indonesia (Hindia Belanda saat itu) tidak lepas dari kolonialisme yang dilakukan Belanda. Transformasi ilmu pengetahuan dan budaya memaksa Indonesia mengakomodasi kepentingan Belanda.
“Proses seperti inilah yang melahirkan pengenalan crossover Belanda yang mentransformasi sepak bola di Hindia Belanda,” kata Rojil.
Menurut Rojil, merebaknya sepak bola di kota-kota besar turut menyumbang penerimaannya oleh masyarakat Tionghoa dan Bumiputera. Proses ini melahirkan sebuah transformasi yang membuat sepak bola diterima oleh sebagian kelompok dan kelompok masyarakat di Hindia Belanda.
Sepak bola telah mendapat perhatian dari masyarakat sehingga olahraga ini menyebar dengan sangat cepat. Rojil menilai, seiring dengan terbukanya bidang pendidikan, pencerahan untuk mencapai jenjang pendidikan yang baik menimbulkan kesadaran masyarakat di Hindia Belanda untuk berorganisasi dan juga menyatukan cita-cita revolusioner yang nantinya akan disebarkan ke masyarakat luas.
Setelah politik etis mengakar dan disambut dengan tumbuhnya organisasi dan semangat perjuangan, tumbuhlah gerakan untuk mewujudkannya melalui platform organisasi, baik dalam bidang politik maupun olahraga.
Bagaimana sepak bola menjadi besar di Indonesia?
Lambat laun, sepak bola juga dimainkan di barak militer, sehingga masyarakat awam pun datang untuk menontonnya. Warga berbondong-bondong datang dan bermain bersama sebagai awal pengenalan sepak bola.
Faktor lainnya adalah karena sepak bola bisa dimainkan dimana saja. Lapangan yang dulunya banyak tersedia kini menjadi media yang mudah untuk bermain sepak bola.
“Cukup buat gawang, tidak perlu tiang, cukup tandai dengan mengukur jarak antar gawang dengan kaki. Kemudian temukan sesuatu yang bentuknya seperti bola – bisa berupa bola plastik atau bahkan gulungan kantong plastik yang dibuat menyerupai bola. Ada juga yang menggunakan buah kelapa yang sudah dikupas, hanya menyisakan tempurungnya saja, kata Imam Nahrawi, Menteri Pemuda dan Olahraga.
Kini sepak bola masih mudah untuk dimainkan, tempat parkir juga bisa dijadikan lapangan sepak bola. Permainannya sederhana, aturannya mudah, mencetak gol mendapat poin, dan tanpa aturan yang rumit, sepak bola memudahkan orang untuk menerima dan memainkannya. —Rappler.com
BACA JUGA: