Sekembalinya ke habitatnya, orangutan tersebut melahirkan seorang bayi laki-laki
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Induk orangutan tersebut disita dari aparat pemerintah di Alue Bilie, Aceh pada tahun 2009.
BANDA ACEH, Indonesia – Kabar gembira datang dari Cagar Alam Jantho, Aceh. Satu Seekor orangutan yang dilepasliarkan kembali ke habitatnya pada Agustus 2011 melahirkan seorang bayi laki-laki.
Usia bayi orangutan tersebut kini diperkirakan berusia antara 6 hingga 8 bulan, namun petugas baru mengetahuinya saat melihatnya pada Senin, 11 September. Sang ibu, yang mereka panggil Marconi, sedang menggendong bayi orangutan.
Bayi orangutan tersebut telah diberi nama Masen, nama daerah asalnya induknya di Hutan Ulu Masen, Aceh. Para pejabat mengatakan Marconi dan Masen tampak sehat.
Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Sapto Aji Prabowo mengatakan, Marconi disita dari pejabat pemerintah di Alue Bilie, Nagan Raya, Aceh pada tahun 2009.
“Wilayah Nagan Raya dulunya merupakan kawasan dengan populasi orangutan yang tinggi dan terus bertambah. Namun karena laju konversi hutan menjadi habitat orangutan, kawasan ini menjadi salah satu kawasan dengan populasi orangutan sumatera yang paling terancam, kata Sapto.
Pada Desember 2009, Marconi berada di Fasilitas Karantina Batumbelin, Sibolangit, Sumatera Utara. Usianya saat itu diperkirakan antara 4 dan 8 tahun.
“Orangutan berkembang sangat lambat dan membutuhkan bimbingan serta dukungan sebelum akhirnya siap hidup mandiri pada usia sekitar 10 tahun,” kata Sapto.
Marconi dipindahkan ke stasiun reintroduksi Orangutan di Jantho selama dua tahun di Batumbelin. Di sana ia diajari keterampilan oleh Sumatran Orangutan Conservation Program (SCOP), termasuk cara memilih makanan yang akan dimakan dan cara membuat sarang agar ia bisa tidur dengan nyaman.
Pada Agustus 2011, Marconi dilepasliarkan di hutan Jantho, namun masih dalam pengawasan tim SCOP. Marconi terjatuh dan harus dibawa kembali ke karantina untuk operasi lengan atasnya. Ketika dia sadar, dia dilepaskan lagi.
Petugas terakhir kali melihat Marconi pada September 2015. Ia mulai merasa aman dan menyebar ke seluruh wilayah, membentuk barisan rumah baru.
Dua tahun kemudian, pada bulan September 2017, Marconi menyerahkan diri kepada petugas. Dia tidak lagi sendirian, tapi sendirian bersama bayinya.
“Setelah hampir tujuh tahun introduksi orangutan di Stasiun Reintroduksi Orangutan di Cagar Alam Jantho oleh SOCP dan BKSDA Aceh, akhirnya disahkan,” kata Sapto.
Hal ini membuktikan bahwa orangutan tidak hanya bertahan hidup di habitat barunya yang berupa hutan, namun juga berhasil berkembang biak.
“Kami merayakan kemenangan kecil ini, mengingat perjuangan yang harus dilakukan untuk menjamin masa depan bayi baru Marconi dan orangutan lainnya di habitat hutan liar Sumatera yang tersisa,” kata Sapto.
Hingga tahun 2017, jumlah orangutan yang dilepasliarkan di Jantho sebanyak 100 ekor dengan tingkat keberhasilan sebesar 87 persen. – Rappler.com