Semua yang perlu Anda ketahui tentang pemutusan hubungan diplomatik Qatar
- keren989
- 0
JAKARTA, Indonesia – Empat negara Timur Tengah sekaligus memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar pada Senin pagi, 5 Juni. Beberapa jam kemudian, tindakan serupa diikuti oleh pemerintah Yaman, Libya, dan Maladewa yang diakui secara internasional.
Dunia kaget, hanya saja karena terjadi di bulan Ramadhan, pemutusan hubungan diplomatik dilakukan setelah Presiden AS Donald J. Trump berkunjung ke Saudi. Apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana reaksi Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia? Simak penjelasan dari Rappler.
Apa yang terjadi setelah pemutusan hubungan diplomatik?
Pemerintah Arab Saudi menyatakan akan menutup wilayah perbatasan, baik darat, laut, dan udara dengan Qatar. Diplomat Qatar diberi waktu 48 jam (sejak Senin lalu) untuk meninggalkan Saudi, Uni Emirat Arab, dan Bahrain.
Sementara itu, warga Qatar yang tinggal di negara-negara Teluk diminta meninggalkan negaranya dalam waktu 14 hari. Selain itu, maskapai penerbangan Qatar, Qatar Airways, tidak akan diterima di bandara Teluk.
Di sisi lain, maskapai penerbangan dari negara-negara Teluk juga dilarang melakukan perjalanan melalui rute transit atau bepergian ke Qatar.
Warga Qatar panik mendengar keputusan tersebut. Mereka berbagi tanah dengan Saudi dimana mereka sangat bergantung pada makanan, buah-buahan dan sayur-sayuran. Alhasil, mereka menggerebek supermarket untuk memastikan persediaan makanan tersedia untuk beberapa hari ke depan.
Pemerintah Arab Saudi bergerak cepat dengan menutup stasiun televisi Al Jazeera yang didanai pemerintah Qatar. Bahkan, izin operasionalnya dicabut. Saudi menuduh Al Jazeera sebagai media yang mempromosikan kelompok teroris dan mendukung kelompok pemberontak di Yaman.
Apa penyebabnya?
Tindakan pemutusan hubungan diplomatik ini jelas dipimpin oleh pemerintah Arab Saudi. Mereka menilai Qatar mendukung dan memberikan pembiayaan kepada berbagai kelompok teroris, termasuk Ikhwanul Muslimin, Al-Qaeda, kelompok Hamas, dan ISIS. Kelompok-kelompok ini juga didukung oleh Iran.
Tapi apakah itu benar? Untuk menjawabnya, masyarakat harus melihat ke belakang. Ketegangan hubungan antara Qatar dan negara tetangga di kawasan Teluk meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini tidak terlepas dari perebutan pengaruh dan kekuasaan kepemimpinan di kawasan.
Qatar diketahui mendukung pergerakan kelompok Islam di kawasan Timur Tengah pasca pemberontakan Arab Spring pada 2011. Rupanya, hubungan bilateral dengan Iran semakin membaik.
Padahal, sudah menjadi rahasia umum jika Iran adalah musuh bebuyutan Saudi. Faktanya, kedua negara telah memutuskan hubungan diplomatik sejak tahun 2016.
Namun Arab Saudi dan negara sekutunya semakin berang akibat pemberitaan yang ditulis kantor berita Qatar tentang pernyataan pemimpin mereka Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani pada 24 Mei. Dalam artikel tersebut, Tamim dilaporkan memberikan pidato pada upacara militer dan mengatakan Iran adalah “kekuatan besar”. Selain itu, ia juga menyebut hubungan Qatar dan Israel “baik”.
Lalu ada pernyataan Tamim yang beredar stiker baru Stasiun televisi Qatar menyiarkan namun tidak menayangkan cuplikan pidato tersebut. Stiker baru Dikatakan: “Iran mewakili kekuatan regional dan Islam yang tidak dapat diabaikan dan tidak bijaksana untuk menentang mereka. Iran adalah kekuatan utama bagi stabilitas di kawasan.”
Kemarahan Saudi dan sekutunya diperparah dengan cuitan Menteri Luar Negeri Qatar Mohammed bin Abdulrahman al-Thani di akun Twitter-nya. Ia mengatakan akan memanggil kembali duta besar dari negara-negara tetangga, termasuk Mesir, Kuwait, dan Arab Saudi.
Akibat pemberitaan tersebut, Saudi dan Uni Emirat Arab langsung memblokir seluruh media Qatar, termasuk stasiun televisi Al-Jazeera. Pemerintah Qatar panik. Mereka kemudian mengklaim bahwa laporan tersebut tidak benar.
Dalam pembelaan mereka, kantor berita Qatar diretas. Peretas menulis berita itu lelucon atas nama Emir Qatar.
Apakah ada keterlibatan Amerika Serikat dalam konflik ini?
Jawabannya iya. Titik balik terjadi ketika Presiden Donald Trump memutuskan mengunjungi Arab Saudi pada pertengahan Mei lalu. Pernyataan Trump kepada Raja Salman bin Abdulaziz untuk terus mendukung dan memperkuat hubungan aliansi semakin mendorong Saudi untuk bertindak lebih berani di kawasan.
Trump mungkin tidak berarti apa-apa ketika dia secara agresif dan tidak akurat menyebut Iran sebagai sumber segala aksi teroris di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara. Namun, Saudi menafsirkan pernyataan tersebut sebagai lampu hijau untuk bergerak mengubah kebijakan Qatar.
Padahal, Qatar merupakan negara yang menjadi lokasi pangkalan militer terbesar Paman Sam di kawasan Timur Tengah.
Apa komentar Qatar?
Kementerian Luar Negeri Qatar mengatakan upaya tersebut tidak adil dan didasarkan pada klaim dan asumsi yang salah.
“Pemerintah Qatar adalah sasaran kampanye kebohongan yang telah mencapai titik puncaknya hanya rekayasa,” kata Kementerian Luar Negeri Qatar dalam sebuah pernyataan.
Mereka menilai ada rencana tersembunyi untuk menggulingkan pemerintah Qatar.
Namun kini Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani telah memberikan sinyal untuk memulai negosiasi guna menyelesaikan krisis tersebut. Dia menyebutnya sebagai dialog yang terbuka dan jujur.
“Kami yakin masalah apa pun bisa diselesaikan melalui diskusi dan saling menghormati,” kata Mohammed kepada stasiun televisi Al-Jazeera.
Ia pun mengaku terkejut bahwa di saat negara-negara Teluk harus bersatu menghadapi berbagai tantangan, justru para anggota justru saling serang.
Bagaimana dampaknya terhadap perekonomian Qatar?
Usai mengumumkan berakhirnya hubungan diplomatik, Qatar langsung merasakan dampaknya. Indeks harga saham Qatar langsung anjlok 7,5 persen. Bagikan chip biru dilaporkan paling terkena dampaknya.
Dampak ini diperkirakan akan semakin buruk. Mengingat seluruh maskapai pelat merah di kawasan Timur Tengah tidak akan terbang ke Qatar. Beberapa maskapai penerbangan tersebut antara lain Etihad Airways, Emirates, Saudi Airlines, dan Flydubai.
Sementara itu, Qatar Airways telah menunda seluruh penerbangan ke Arab Saudi di situs resminya.
Saudi juga menargetkan kapal berbendera Qatar. Mereka dilarang memasuki semua pelabuhan Saudi. Bahkan, truk kontainer yang akan masuk ke Arab Saudi berdasarkan negara juga diblokir.
Pemerintah Qatar berusaha menenangkan warganya dengan mengatakan bahwa seluruh aktivitas dan komunikasi dengan negara lain yang belum memutuskan hubungan masih berjalan baik. Mereka membiarkan pelabuhan tetap terbuka untuk perdagangan. Sementara itu, maskapai penerbangan yang tidak terkena dampak kebijakan ini tetap mendarat di bandara Doha.
Dewan Qatar juga menegaskan tidak akan mengusir sekitar 300 ribu pekerja Mesir yang mencari nafkah di sana sebagai pembalasan.
Hal lain yang menjadi fokus adalah penyelenggaraan Piala Dunia 2022. Qatar dipilih sebagai tuan rumah oleh organisasi FIFA.
FIFA mengaku masih menjalin komunikasi rutin dengan pemerintah Qatar. Mereka lebih lanjut menolak apakah kebijakan pemutusan hubungan diplomatik dapat mempengaruhi jadwal penyelenggaraan Piala Dunia lima tahun ke depan.
Menurut pakar urusan Timur Tengah dari Baker Institute Kristian Ulrichsen, jika blokade darat dan laut terhadap Qatar berlangsung cukup lama, kemungkinan besar akan mempengaruhi penyelenggaraan Piala Dunia.
Bagaimana sikap Indonesia?
Kementerian Luar Negeri menyatakan terus memantau perkembangan di kawasan Timur Tengah. Pemerintah Indonesia berharap semua pihak dapat menahan diri dan mengedepankan dialog dan rekonsiliasi.
“Indonesia menegaskan kembali bahwa semua negara harus menghormati prinsip-prinsip hubungan internasional, seperti menghormati kedaulatan masing-masing negara dan tidak mencampuri urusan negara lain,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir, Senin malam 5 Juni di Jakarta. pernyataan tertulis.
Pemerintah Indonesia, kata Arrmanatha, juga mengajak berbagai pihak untuk menyatukan langkah memerangi terorisme dan berkontribusi dalam menjaga keamanan dan stabilitas regional dan global.
Apakah kejadian ini berdampak pada WNI di Timur Tengah?
Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri Lalu Muhammad Iqbal mengatakan, dampak yang paling dirasakan WNI adalah ribuan jemaah umrah asal Indonesia yang berangkat ke Saudi menggunakan maskapai Qatar. Oleh karena itu, akan diambil kebijakan untuk mengalihkan penerbangan Qatar ke maskapai lain.
Akhirnya, sebanyak 20 jamaah yang semula menaiki Qatar Airways dipindahkan ke Saudi Airlines. Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Agus Santoso mengatakan, proses ini sudah dilakukan sejak Senin lalu.
Sementara hari ini ada 45 jamaah yang dialihkan penerbangannya dengan bantuan Garuda Indonesia.
“Kami juga meminta kepada pengelola travel haji dan umroh yang menggunakan Qatar Airways untuk melapor agar dapat dicarikan solusinya,” kata Agus melalui keterangan tertulis hari ini.
Lalu bagaimana dengan TKI di Qatar? Sekretaris Utama Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI Hermono mengatakan, sejauh ini belum ada dampak langsung yang dirasakan TKI dari pemutusan hubungan diplomatik.
Potensi yang bisa terjadi adalah jika warga negara Saudi, UEA, Bahrain, dan Mesir harus meninggalkan Qatar dan mempekerjakan pembantu rumah tangga asal Indonesia.
“Namun kami belum memiliki data berapa jumlah TKI yang menduduki posisi tersebut. “Di sisi lain, penutupan jalur udara dan darat pasti berdampak pada migrasi pekerja migran ke wilayah,” kata Hermono kepada Rappler melalui pesan singkat, Selasa, 6 Juni.
Semua pihak terus mencermati perkembangan situasi. Masyarakat berharap ketegangan ini tidak memberikan angin segar bagi kelompok teroris yang harus dilawan oleh berbagai pihak yang berkonflik. – Rappler.com