Setahun berlalu, apa kabar meninggalnya Akseyna?
- keren989
- 0
JAKARTA, Indonesia – Kasus kematian Akseyna Ahad Dori sudah berlangsung lebih dari setahun, namun hingga saat ini belum ditemukan pelaku dan motif pembunuhan mahasiswa Universitas Indonesia tersebut.
Pada 26 Maret 2015, Akseyna ditemukan dengan batu di tasnya di Danau Kenanga, kampus UI Depok, Jawa Barat.
Hingga kini polisi belum mengungkap siapa pelaku pembunuhan mahasiswi Biologi tersebut, meski sudah menyatakan Ace, sapaan akrab Akseyna, sebagai korban pembunuhan.
Kolonel (Sus) Mardoto, ayah Ace, dalam sebuah program televisi nasional mengatakan, ia merasa ada yang tidak beres sejak awal kematian putranya.
Ia mengaku terakhir kali berhubungan dengan Ace pada 21 Maret 2015. Mardoto hilang kontak selama seminggu berikutnya dan tidak mendengar kabar hingga beberapa hari kemudian ada seorang mahasiswa meninggal terapung di Danau UI.
“Kami kira itu bukan jenazah anak saya. Lalu aku menyuruh adikku yang ada di depok untuk memeriksa kos Ace. Penjaga asrama mengatakan Ace masih terlihat pada hari Jumat, padahal Ace ditemukan tewas pada hari Kamis, kata Mardoto.
Ia kemudian memutuskan berangkat ke Jakarta untuk memastikan dan berobat ke RS Polri di Kramat Jati, Jakarta Timur.
“Awalnya saya hanya berpikir ingin melaporkan anak hilang, tapi adik saya menyuruh saya memeriksakan diri ke RS Polri,” ujarnya.
Saat melihat jenazah di RS Polri, Mardoto mengaku tidak mengenali jenazah tersebut karena bagian wajah jenazah menghitam dan mulutnya rusak.
“Saya tidak mengenalinya dan satu-satunya cara mengenalinya adalah dengan barang yang dibawa Ace, sehingga saya putuskan ke Polsek Beji,” ujarnya.
Dari apa yang dilihatnya, Mardoto akhirnya mengenali bahwa mayat tersebut adalah Ace. “Ada ransel, sepatu, saputangan, dan payung milik Ace,” ujarnya.
Ia pun menuturkan, ada kejadian aneh saat mendatangi Polsek Beji di Depok, Jawa Barat. Ia mengaku lebih dulu datang ke kampus UI.
“Saat saya ke UI, saya tidak tahu itu anak saya, tapi salah satu teman Ace memberi saya surat yang beredar,” ujarnya.
Surat yang dimaksud adalah surat wasiat yang diyakini ditulis Ace, namun Mardoto meragukannya.
Hamidah Abdurrachman, anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) mengatakan, kasus meninggalnya Ace memang menjadi kasus yang menantang bagi polisi.
“Ini tantangan bagi polisi, karena kondisi korban di dalam air sulit,” kata Hamidah.
Selain itu, Hamidah mengungkapkan permasalahan lainnya adalah tidak adanya saksi yang melihat kejadian tersebut.
Kemudian di TKP kedua, kamar Ace sudah masuk sebelum polisi masuk untuk menyelidiki TKP, ujarnya.
Namun, dia yakin kasus Ace akan terungkap dengan cara yang digunakan Polda Metro Jaya, yakni. penyelidikan ilmiah.
“Polda Metro memang sudah berevolusi dalam mengungkap sesuatu ilmuwan penyelidikancontoh kasus pembunuhan di Kalideres terungkap dengan ilmuwan“Kalau dilakukan secara konvensional dan hanya dengan saksi manusia, saya kira akan sulit,” kata Hamidah.
Sebelumnya, Polda sudah menggunakan cara tersebut penyelidikan ilmiah mengungkap kasus pembunuhan seorang gadis berusia 9 tahun yang ditemukan tewas di dalam kardus di kawasan Kalideres, Jakarta Barat, Oktober lalu.
Sementara terkait waktu yang sudah berjalan selama satu tahun ini, Hamidah menyebut masih dalam jangka waktu yang singkat.
“Saya kira polisi sangat berhati-hati, satu tahun adalah waktu yang singkat. Masih ada peluang bagi polisi untuk mengetahui apakah polisi bisa fokus dan menggali fakta yang ada, ujarnya.
Utang negara
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti mengatakan pada awal tahun 2016, kasus Ace merupakan kasus prioritas yang akan ia selesaikan. Bahkan, Krishna menyebut kasus Ace merupakan kasus yang cukup sulit untuk diselesaikan.
Saya akui kasus pembunuhan Akseyna ini yang paling berat, kata Krishna kepada wartawan usai konferensi pers terakhir Polda Metro Jaya 2015, pada 30 Oktober 2015.
Polisi, kata Krishna, masih terus menindaklanjuti kasus Akseyna dengan serius.
“Sebenarnya yang baru ingin saya ungkap di tahun 2016 adalah kasus Akseyna. Antusiasme ini membuat saya semakin semangat dan saya berlari kencang untuk menyelesaikan kasus ini, kata Krishna.
Menurut dia, kasus Akseyna merupakan utang publik atas terungkapnya kasus tersebut.
“Kami tidak menghentikan penyidikan, namun terus mengintensifkan penyidikan kasus Akseyna. “Karena itu utang pemerintah,” kata Krishna.
Sejauh ini, Polda telah menemukan beberapa barang bukti penting yang masih didalami.
“Kami simpan dan tidak bisa menyebarkannya ke publik karena itu urusan saya dengan tim penyidik. “Bukan untuk konsumsi publik, terlalu sensitif,” kata Krishna.
Ia juga belum berani menyebutkan nama-nama tersangka polisi, karena menurutnya polisi bekerja sesuai bukti.
“Kami belum bisa menyebutkan atau menunjuknya. “Kami ingin menyebutkan nama, tapi berdasarkan bukti yang ada,” kata Krishna.
Krishna menambahkan, dalam keterangan Hamidah, kesulitan kasus Ace adalah rangkaian petunjuk dan barang bukti dari TKP yang dirusak.
Kemudian ditetapkan dari awal bahwa meninggalnya yang bersangkutan bukanlah suatu tindak pidana atau bunuh diri, namun dari olah TKP yang berulang kali kami temukan bahwa kematian tersebut tidak wajar dan akan kami perjelas, ”ujarnya.
Berbagai fakta dan kejanggalan pun terungkap di media. Dari hasil autopsi jenazah Ace, ditemukan pasir dan air di paru-paru alumni SMA 8 Yogyakarta itu.
Hal ini memberikan indikasi bahwa Ace tidak sadarkan diri sebelum tenggelam. Selain itu, hasil otopsi juga menemukan adanya luka lebam di beberapa bagian tubuh Ace.
Polisi juga menemukan adanya robekan di bagian ujung sepatu yang menandakan Ace terseret ke dalam danau.
Sulit menemukan motifnya
Sementara itu, Kriminolog UI Eko Haryanto mengatakan, banyak faktor yang menyebabkan polisi kini belum bisa mengungkap kasus Ace.
Banyak faktornya, selain rusaknya TKP di danau dan tempat tinggal korban, polisi sulit menemukan motifnya, ujarnya.
Dari informasi awal, kata Eko, Ace tidak memiliki musuh dan diduga pelaku menaruh dendam pada orang tua Ace dan melampiaskannya pada Ace.
Susahnya kalau pelaku tidak punya motif langsung terhadap korbannya, lebih susah lagi kalau pelakunya pembunuh bayaran, ujarnya.
Ia juga melihat dari ditemukannya jenazah Ace di danau, ia mengira pelakunya adalah orang yang mengetahui tempat kejadian perkara.
“Kalau dilihat bagaimana pelaku membuang jenazah korban dan waktunya, pelaku sudah tahu lingkungan di UI, pelaku tahu di tahap mana UI diam dan CCTV tidak bisa terlihat,” ujarnya.
Eko tak menampik kemungkinan pelaku lebih dari satu. Namun, dia menegaskan, kemungkinan pelaku menggunakan sepeda motor untuk melemparkan Ace ke danau.
“Bisa jadi, ada yang memantau lingkungan, ada pula yang menyeret korban. Kemungkinan pelaku menggunakan sepeda motor. Kalau mobil pasti diketahui oleh satpam UI, namun jika ada dua orang yang menyeret korban, tidak mungkin karena dari temuan ada air mata di tubuh korban. sepatu,” katanya.
Soal masih terlalu dini polisi menetapkan kematian Ace sebagai tindak pidana, Eko menegaskan hal itu tidak salah.
Prinsip awal polisi, kalau melihat mayat, itu korban tindak pidana atau kejahatan. Tadinya bilang bunuh diri. Belum dikumpulkan semua fakta di lapangan. polisi bilang itu pembunuhan. Saya juga curiga dari awal faktanya ditemukan tas ransel yang ada muatannya. “Di dalamnya ada pembunuhan,” kata Eko.
Ia juga mengingatkan masyarakat, media, dan keluarga korban untuk bersabar dan memberikan waktu kepada polisi untuk menyelesaikan kasus ini.
Saya berharap masyarakat memahami bahwa tidak mudah mengungkap kasus, ujarnya.
Eko juga tak mau polisi menetapkan tersangka karena mendapat tekanan dari media, masyarakat, dan keluarga korban.
‘Jangan biarkan ada Aces lain’
Setahun berlalu, polisi belum menetapkan siapa tersangka pembunuhan mahasiswa yang masuk UI lewat jalur undangan tersebut.
Mardoto mengaku pihak keluarga belum mengetahui atau mencurigai siapa tersangka pembunuhan Ace. Namun ia menduga tersangka adalah orang yang dikenal Ace dan sebaliknya Ace mengenal orang tersebut.
“Kami dari keluarga tidak bisa menebak siapa itu. Kami sedang mencoba mencari tahu apa motifnya, tapi menurutku pembunuhan ini sulit dilakukan oleh orang yang tidak dikenal Ace. “Saya cenderung menduga hal itu dilakukan oleh orang yang mengetahui aktivitas Ace dan juga diketahui Ace,” ujarnya.
Mardoto pun menduga ada lebih dari satu orang yang terlibat dalam pembunuhan Ace.
“Saya curiga lebih dari satu orang, susah sekali menenggelamkan Ace, itu kan lumayan besar, kalau dilakukan satu orang minimal dua orang, kalau satu orang tenggelam, satu orang yang jaga lingkungan,” ucapnya.
Ia berharap polisi segera mengungkap siapa pelaku pembunuhan Ace agar tidak ada lagi Aces.
“Saya berharap pelakunya ditangkap, berdasarkan apa yang menjadi dasarnya dan bukan hanya karena Ace. “Saya yakin pelakunya masih buron dan berpotensi melakukan tindak pidana lain dan masih ada korbannya, jangan sampai ada Ace yang lain,” ujarnya. —Rappler.com