• November 25, 2024
SOS: Kongres gagal mereformasi PSSI

SOS: Kongres gagal mereformasi PSSI

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

“Kongres ini baru saja mengubah bungkusnya. Perangkat lunak dan perangkat keras tetap kuno.”

JAKARTA, Indonesia – Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSS) telah menyelesaikan kongres pemilihan ketua umum dan pengurusnya di Hotel Mercure, Ancol, pada Kamis 10 November. Dalam kongres tersebut, Pangkostrad Edy Rahmayadi terpilih menjadi ketua umum.

Edy meraih kemenangan besar atas pesaing terberatnya, yakni mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko yang hanya memperoleh 23 suara. Kongres kemudian juga memilih dua wakil ketua umum untuk mendampingi Edy Rahmayadi, yakni Joko Driyono dan Iwan Budianto.

Joko Driyono adalah Direktur Utama PT Gelora Trisula Semesta (GTS), pengelola kompetisi Kejuaraan Sepak Bola Indonesia. Ia terpilih sebagai wakil ketua setelah memperoleh 78 dari 107 suara. Sementara Ivan Budianto adalah CEO Klub Arema Cronus. Ia terpilih setelah memperoleh 73 suara.

Setelah terpilihnya Ketua Umum dan dua Wakil Ketua Umum, kongres kemudian memilih anggota Komite Eksekutif. Anggota Dewan terpilih berjumlah 12 orang, yaitu Hidayat, Yunus Nusi, Condro Kirono, Gusti Randa, Pieter Tanuri, Juni Ardianti Rachman, AS Sukawijaya, Johar Lin Eng, Refrizal, Verry Mulyadi, Dirk Soplanit dan Papat Yunisal.

Manajemen baru tidak memenuhi harapan

Koordinator organisasi pengamat sepak bola nasional Save Our Soccer (S0S) Akmal Marhali menilai manajemen baru PSSI kurang memenuhi ekspektasi masyarakat terhadap kemunculan wajah-wajah baru.

“Masyarakat mempunyai harapan besar bahwa perubahan akan terjadi. “Tapi kenyataannya perubahan masih sebatas harapan,” kata Akmal Marhali kepada Rappler, Kamis malam, 10 November 2016.

Masyarakat, lanjut Akmal, selalu berharap PSSI bisa dipimpin oleh generasi baru yang memiliki idealisme, keberanian, dan kreativitas. “Ini bukan generasi yang gagal mengelola sepakbola nasional,” lanjutnya.

Akmal menilai kongres yang digelar PSSI di hotel Mercure juga gagal mewujudkan rekonsiliasi antara manajemen dan klub yang berkonflik. Hal itu terlihat dari pembatalan pengembalian keanggotaan tujuh klub.

Kongres juga membatalkan sanksi terhadap mantan Ketua Umum PSSI Djohar Arifin dan sejumlah mantan anggota komite eksekutif. Djohar Arifin bahkan ‘diusir’ dari kongres dan tak bisa maju dalam pemilihan Ketua Umum. “Diundang untuk dikeluarkan. “Ini penistaan ​​agama,” kata Akmal.

Akmal menilai harapan masyarakat agar PSSI melakukan reformasi kembali kandas. Sanksi FIFA berupa pembekuan PSSI selama hampir setahun tidak ada artinya. Reformasi PSSI yang diinginkan pemerintah gagal, kata Akmal. “Kongres ini baru saja berubah selubung. Perangkat lunak dan perangkat keras tetap kuno.” —Rappler.com

Baca juga:

Result HK