‘Starting From the End’, sebuah upaya untuk menghidupkan kembali karya sang ayah
- keren989
- 0
Jakarta, Indonesia – Inspirasi untuk berkarya bisa datang dari orang yang kita sayangi. Seperti Galih Sakti seorang ilustrator, pelukis dan dosen.
Dalam pameran tunggal pertamanya, awal dari akhir, Galih memamerkan lukisan abstrak yang terinspirasi dari karya mendiang ayahnya, seorang fotografer profesional.
Bertempat di Suar Artspace, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Rappler berkesempatan bertemu Galih pada pembukaan pameran yang dikurasi oleh Lalitia Apsari dan David Irianto ini. Dalam pameran kali ini, hubungan pribadi Galih dengan ayahnya menjadi sorotan utama.
Mengapa karya Anda dipilih sebagai inspirasi utama pameran? Awal dari akhir?
“Ayah adalah orang yang paling berpengaruh padaku,” kata Galih.
Tumbuh besar dengan karya sang ayah yang terpampang di dinding rumah maupun di album foto keluarga secara tidak langsung mempengaruhi proses kreatif Galih sebagai seniman. Uniknya, Galih memulai lukisannya bukan dari kanvas kosong, melainkan dari foto-foto sang ayah yang dicetak ulang lalu “ditimpa” dengan sapuan cat minyak atau akrilik.
Kedua kurator sepakat bahwa kelebihan Galih sebagai seniman yang fasih berkarya di berbagai medium menjadi salah satu potensi yang ditonjolkan dalam pameran tunggal ini.
“Setiap orang menyikapi suatu karya dengan cara yang berbeda-beda. Bentuk ekspresi dan eksplorasi Galih yang berbeda-beda bertujuan untuk meneruskan inspirasi dan kenangan sang ayah, agar sosoknya tidak berhenti dan hanya disimpan sebagai milik pribadi,” kata Lalitia.
luring, Awal dari akhir mengangkat tema kelahiran kembali yang sedikit banyak menyentuh eksistensialisme. Sebagai kurator pameran ini, Latitia dan David telah memilih 14 karya yang paling mewakili konsep tersebut.
Meski dulu Galih berprofesi sebagai sutradara, namun setelah kami tarik benangnya, ternyata ada sisi bapak dalam karya-karyanya, kata Lalitia.
“Semua lukisan Galih berawal dari sesuatu yang final, karena fotomu dicetak di atas kanvas putih. Jadi, semangat lama tetap ada, namun ada semangat baru setelah karya ayah Galih terbit.membuat ulang,” kata David yang baru pertama kali mencoba pengalaman kuratorial di pameran ini seperti Lalitia.
Menampilkan sesuatu yang sangat personal, dalam hal ini hubungan ayah dan anak, bukannya tanpa tantangan. “Pameran ini sebenarnya mengharuskan saya keluar zona nyaman. “Saya pelukis realis, tapi saya membuat lukisan abstrak untuk memaknai karya Anda,” kata Galih.
Namun, Galih juga menghadapi tantangan emosional. “Galih harus memutus hubungan emosionalnya dengan Ayah untuk menciptakan karya-karya tersebut agar tetap bisa menangkap esensinya,” kata Lalitia.
“Karena ikatan emosional dengan beberapa foto ayahnya, Galih merasa kesulitanmengeksplorasimiliknya,” lanjut David.
Galih menjelaskan kepada Rappler kisah di balik lukisannya. Lukisan terbesar di ruang pameran, Ruh, adalah karya dua media, yaitu akrilik di atas akrilik, foto dicetak di atas kanvas.
“Saya menggunakan foto Anda yang menunjukkan para penari bergerak bersama diafragma yang besar,” kata Galih.
Lukisan hebat lainnya, Bima Sakti, adalah foto sekelompok bintang yang diambil oleh ayahnya di Bromo, yang kemudian Galih buat ulang dengan cat minyak dan pencahayaan tersembunyi.
Ketika, Naik gunung adalah foto di atas yang dicetak kain sutera tipis. Menurut Lalitia, dipilihnya media kain tersebut karena sebagian besar orang yang mengenal Galih mengenalnya dari selendang yang ia desain.
Untuk lukisan berjudul Ayah, Galih hanya memperlihatkan satu mata ayahnya. “Karena sorot matamu adalah hal yang paling aku ingat,” ucap Galih. pekerjaan lain, Mama, adalah foto ibu yang diambil oleh ayah 30 tahun lalu.
Galih Sakti merupakan seorang seniman yang berkarya di berbagai media. Berbekal pendidikan di bidang desain interior dan arsitektur, ia mengejar gelar master keduanya di bidang film dan televisi di Academy of Art, San Francisco.
Karya film pertamanya, Nyeker, diputar di beberapa festival internasional, termasuk Milan International Film Festival 2015 dan Cannes International Film Festival 2015.
Untuk Suar Artspace, Awal dari akhir merupakan adaptasi visual yang unik, dimana hubungan orang tua-anak diekspresikan dalam bentuk karya. “Saat mendengar cerita Galih, kami teringat bahwa buah jatuh tidak jauh dari pohonnya,” kata Nin Djani, manajer komunikasi Suar Artspace.
Pameran Awal dari akhir Acara ini gratis, terbuka untuk umum, dan berlangsung hingga 26 November 2016, Senin–Sabtu mulai pukul 09:00 WIB hingga 17:00 WIB. —Rappler.com