Surat polemik dari politisi Hanura yang meminta fasilitas selama kunjungannya ke Australia
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
KJRI Sydney mengaku Wahyu memang berangkat ke Australia, namun tidak dibekali fasilitas mobil dan akomodasi.
JAKARTA, Indonesia – (DIPERBARUI) Surat yang diduga ditandatangani Sekretaris Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Dwi Wahyu Atmaji beredar melalui SMS pada Kamis, 31 Maret.
Dalam surat bernomor B/1337/S.PANRB/03/2016 yang diterbitkan Selasa, 22 Maret, Dwi menulis, politikus Partai Hanura Wahyu Dewanto akan mengunjungi Sydney dan Gold Coast, Australia dan sedang disiapkan fasilitas akomodasinya. dan transportasi.
Wahyu dijadwalkan berkunjung pada 24 Maret-2 April 2016.
Wahyu merupakan anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Partai Hanura – partai yang sama dengan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi.
Namun Wahyu tidak datang ke Australia sendirian melainkan ditemani anggota keluarga seperti istri dan anak-anaknya. Demi kelancaran kunjungan, surat tersebut juga ditembuskan kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri Kristiarto Legowo; Duta Besar Indonesia untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema; dan KJRI Sydney.
Lalu bagaimana tanggapan Kementerian Luar Negeri terhadap surat tersebut? Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir membantah ada arahan Kementerian Luar Negeri untuk memberikan fasilitas kepada anggota DPRD Partai Hanura itu.
“Setiap perwakilan sudah memiliki standar prosedur mengenai pengaturan dan fasilitas bagi delegasi atau tamu resmi. Sepanjang kunjungan tersebut bersifat resmi atau resmi dan ada instruksi dari Kementerian Luar Negeri, maka akan dilakukan sesuai prosedur standar,” kata Arrmanatha, Kamis.
“Dalam hal ini tidak ada instruksi dari Kementerian Luar Negeri,” ujarnya lagi.
Sementara itu, Konjen RI Sydney Yayan GH Mulyana mengaku Wahyu memang pernah mengunjungi salah satu kota terpopuler di Australia tersebut.
Namun selama di Sydney, Pak Dewanto sendiri yang mengatur program menginap dan kunjungannya, kata Yayan kepada Rappler melalui pesan singkat, Kamis.
Yayan mengatakan, prosedur pelayanan tamu meliputi bantuan protokol seperti fasilitas penjemputan di bandara dengan memperhatikan prinsip kepatutan.
“Kami juga memiliki prosedur pelayanan terhadap WNI yang membutuhkan pertolongan dan dalam kesulitan, yang dilakukan dengan prinsip keberpihakan. Pelayanan dan perlindungan terhadap WNI dilaksanakan sesuai dengan prinsip urgensi demi keselamatan dan kemaslahatan WNI tersebut,” kata Yayan.
Yuddy sendiri belum bisa dihubungi oleh Rappler. Berdasarkan informasi di situs resmi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Yuddy saat ini diketahui berada di Surabaya.
Namun Kepala Biro Humas Kementerian PANRB Herman Suryatman mengatakan Yuddy tidak mengetahui menahu soal keberadaan surat tersebut. Surat tersebut ditujukan kepada jajaran Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi atas permintaan Sekretaris Pribadi Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Reza Fahlevi.
Surat tersebut dibuat oleh staf Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, kata Herman, Kamis malam, 31 Maret melalui SMS.
Lanjut Herman, tanpa mengecek ke Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, malah Sekretaris Kementerian yang menandatangani surat tersebut.
Keesokan harinya setelah surat dikirimkan, Menpan meminta Menpan RB untuk mengonfirmasi perintah pemberian fasilitas kepada Wahyu Dewanto oleh Sekretaris Swasta, kata Herman.
Saat mendapat konfirmasi dari Sekretaris Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Herman mengatakan Menteri Yuddy tidak pernah merasa memberikan perintah tersebut dan langsung menegur Sekretaris Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. -dengan laporan Uni Lubis/Rappler.com
BACA JUGA: