Takut diserang, ratusan mahasiswa meninggalkan NTT Malang
- keren989
- 0
Warga khawatir akan terjadi aksi balasan setelah sebelumnya terjadi bentrokan antar pelajar
MALANG, Indonesia – Ratusan pelajar dari provinsi Nusa Tenggara Timur Malang, Jawa Timur pada Rabu 23 Maret berangkat setelah beredar isu mahasiswa dari daerah lain akan kembali akibat tawuran antar mahasiswa di kampus. Universitas Wisnuwardhana.
Kekhawatiran mahasiswa semakin besar setelah pemerintah Kabupaten Malang tidak berupaya meredam konflik antar kelompok mahasiswa. Mereka malah menghimbau mahasiswa NTT yang sebagian besar tinggal di Desa Sekarpuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, untuk mengungsi.
Bahkan mobil patroli polisi setempat mengiringi proses evakuasi mahasiswa pada Rabu malam. Satu per satu siswa masuk ke dalam bus sesuai dengan namanya.
Patricius Jama Nuna, mahasiswa Universitas Wisnuwardhana asal Kabupaten Sumba Barat, menceritakan kepada Rappler, dirinya bersama ratusan mahasiswa asal NTT diminta berkumpul di salah satu rumah warga di Jalan Kenanga pada Rabu, 23 Maret 2016 sekitar pukul 12.00. dan teman-temannya diminta mengungsi hingga kondisi aman.
“Sejak tadi malam kami diminta pulang, lalu pada pukul 12.00 siang kami dikumpulkan dan diminta pulang oleh warga sekitar dan aparat keamanan. Mereka mengkhawatirkan keselamatan mereka sendiri. “Mereka bilang kalau situasi aman, mereka bisa kembali,” kata Patricius, Rabu.
“Kami tidak bisa mengatakan apa pun. “Kami siap untuk pulang,” lanjut Patricius.
Menurut Patricius, ada kurang lebih 300 mahasiswa dari 24 residensi sekitar Sekarpuro yang pulang siang tadi. Mereka naik bus ke Bali dengan tarif Rp 150.000 per orang. Beberapa di antaranya dibiayai oleh Pemerintah Kabupaten Malang.
“Sebenarnya saya belum mau pulang, tapi dalam kondisi seperti ini saya tidak mau berkomentar lagi. Kakak kelasku juga tidak diperbolehkan masuk kampus sejak kemarin. Katanya berbahaya,” kata Patricius, mahasiswa semester dua Fakultas Ilmu Pendidikan Unida.
Vita, mahasiswi Fakultas Ekonomi Universitas Wisnuwardhana (Unidha) Malang, duduk termenung di dalam bus yang membawanya pulang. Mahasiswa semester 6 ini berharap situasi segera kembali normal dan dapat segera menyelesaikan masa studinya di Malang.
“Saya juga takut, dan orang tua saya pun meminta saya pulang,” kata Vita.
Belum ada informasi apakah mahasiswa asal NTT yang belajar di kampus lain juga sudah dievakuasi.
Kampus sedang mencari provokator
Rektor Kampus Universitas Wisnuwardhana membenarkan hal tersebut. Pembantu Rektor III Yudi Batubara mengatakan, pihaknya tak punya pilihan lain setelah warga dan pejabat setempat menyampaikan kekhawatiran warga Sekarpuro.
Namun pihak kampus mengaku belum mengeluarkan izin resmi terkait kepulangan ratusan mahasiswanya. Mereka berharap situasi segera kondusif dan para pelajar segera pulang ke rumah.
“Kami mendapat penjelasan dari Bupati, Camat, Kapolres Malang Kota, dan Kapolda, ya, begitulah kenyataannya. “Kami tahu dan membawa mereka yang pulang, tapi kami tidak memberikan izin resmi,” kata Yudi.
Menurut Yudi, kericuhan tersebut bermula dari pemberitaan kelompok mahasiswa asal Ambon akan melakukan serangan balasan terhadap mahasiswa NTT di Unida yang sebagian besar kos atau kontrakan di kawasan sekitar Desa Sekarpuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang.
Pemiliknya yang merupakan warga sekitar mengaku resah dan khawatir dengan kabar tersebut sehingga meminta mahasiswa NTT mengungsi sementara dari Desa Sekarpuro.
“Ada juga siswa yang takut dan minta pulang karena keinginannya sendiri atau karena permintaan orang tuanya yang khawatir di rumah,” ujarnya.
Pihak kampus mengaku siap bekerja sama dengan pihak kepolisian untuk mengungkap provokator penyebar kabar meresahkan tersebut. Mereka juga berkolaborasi memberikan data mahasiswa terkait bentrokan mahasiswa asal NTT dan Ambon yang mengakibatkan tewasnya seorang mahasiswa asal Ambon, Nasehan Leplem alias Moger, pada Minggu, 20 Maret dini hari.
Bentrokan terjadi setelah Moger yang berasal dari kampus lain datang ke Unida untuk menghadiri pelantikan pengurus salah satu unit kegiatan mahasiswa setempat.
“Tabrakan terjadi di luar kampus, namun kami juga sudah memberikan data mahasiswa yang diduga terlibat dalam tabrakan tersebut,” ujarnya.
Peristiwa tabrakan berdarah itu sendiri sudah ditangani Polresta Malang Kota dan menetapkan tiga tersangka meski penyelidikan masih berjalan. “Sudah ada tiga tersangka,” kata AKBP Decky Hendarsono, Kapolres Malang. – Rappler.com