• April 22, 2025

Tebak Akhir Drama Pilkada DKI Jakarta

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Meski sejumlah survei belakangan berpihak pada salah satu pasangan calon, namun akhir dari drama Pilkada DKI masih sulit diprediksi.

JAKARTA, Indonesia – Hiruk pikuk putaran kedua Pilkada DKI Jakarta tidak hanya dipicu oleh dua tim sukses pasangan calon, tetapi juga lembaga survei.

Bayangkan saja, dalam dua pekan terakhir, setidaknya ada tiga lembaga survei yang mengkaji pilihan warga ibu kota yang akan memilih pada Rabu, 19 April.

Ketiga lembaga survei tersebut adalah Charta Politika, Political Indicators dan Saiful Mujani Research Center (SMRC).

Alhasil, ketiga lembaga tersebut memperkirakan duel Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno di babak kedua akan berlangsung sengit.

Misalnya, dalam survei 7-12 April terhadap 782 responden, Charta Politica memperkirakan pasangan Ahok-Djarot mendapat 47,3 persen, sedangkan Anies-Sandi mendapat 44,8 persen.

Sementara Indikator Politik menyebutkan, dari 495 responden yang disurvei pada 12-14 April, 47,4 persen di antaranya memilih Ahok-Djarot dan 48,2 persen responden lainnya Anies-Sandi.

Sementara survei Saiful Mujani Research Center (SMRC) yang melakukan survei pada 31 Maret – 5 April menemukan 46,9 persen dari 800 responden memilih Ahok-Djarot dan 47,9 lainnya memilih Anies-Sandi.

Jika diperhatikan, selisih suara kedua paslon dari hasil survei yang dilakukan ketiga lembaga tersebut sangat kecil.

Misalnya selisih tingkat elektabilitas Ahok-Djarot dan Anies Sandi pada survei Charta Politika sebesar 2,5 persen. Sedangkan selisih suara kedua paslon hasil survei SMRC sebesar 1 persen.

Padahal, selisih tingkat elektabilitas Ahok-Djarot dan Anies-Sandi pada hasil survei Indikator Politik hanya sebesar 0,8 persen.

Tak heran jika Sandiaga enggan menyetujuinya, meski sejumlah lembaga survei memperkirakan elektabilitas dirinya dan Anies pada putaran kedua akan lebih tinggi dibandingkan Ahok-Djarot.

“Itu tidak berarti kita harus santai dan bangga. Tapi kita harus bekerja keras,” kata Sandigaga media pada tanggapan hasil survei SMRC, Kamis 13 April 2017.

Sebab, selain perbedaan tingkat elektabilitas yang sangat kecil, jumlah responden yang belum menentukan pilihan saat survei digelar juga cukup tinggi.

Pada survei Indikator Politik misalnya, jumlah responden yang belum menentukan pilihan sebanyak 4,4 persen. Sedangkan selisih tingkat elektabilitas kedua paslon hanya 0,8 persen.

Sedangkan responden yang belum menentukan pilihan pada survei SMRC berjumlah 5,2 persen. Sedangkan selisih suara kedua paslon dalam survei lembaga ini hanya sebesar 1 persen.

Selain itu margin kesalahan yang terdapat dalam survei-survei tersebut juga ada yang diatas 3 persen, bahkan ada yang margin kesalahan mencapai 4,7 persen.

Oleh karena itu, meski sejumlah lembaga survei sudah merilis hasil survei terbarunya, namun akhir drama Pilkada DKI Jakarta putaran kedua masih sulit diprediksi.

—Rappler.com