• November 28, 2024

Terakhir, saya hanya bisa mengirimkan doa kepada para atlet

JAKARTA, Indonesia – Beberapa hari terakhir ini saya mengalaminya bodoh Akun Khairy Jamaluddin @Khairykj. Apalagi setelah malam itu, saat tim Garuda Muda Indonesia kalah dari tuan rumah Malaysia pada babak semifinal di Stadion Shah Alam.

Gol yang dicetak Thanabalan pada menit ke-87 membuyarkan tekad Indonesia untuk meraih medali emas di cabang olahraga bergengsi tersebut.

Malam itu, Malaysia sedang berpesta. Saya bisa merasakannya di timeline Khairy Jamaluddin, Menteri Pemuda dan Olahraga Negeri Jiran. Akun dengan 2,2 juta pengikut itu mengirimkan banjir kegembiraan. Setiap pertemuan tim sepak bola Indonesia dengan Malaysia selalu membangkitkan sentimen, sebut saja rasa nasionalisme.

Kami sedih. Ada yang mencoba mencari penghiburan dari penggalan kalimat dalam buku karangan penulis Pramudya Ananta Toer dalam “Bumi Manusia”, percakapan Nyai Ontosoroh dan Minke, “Kita berjuang Nak, Nyo, agar sebaik-baiknya, dengan menghormati.”

Garuda Muda memang bertarung dengan baik. Dan harus menang, dari segi kualitas. Tapi, setiap kali kita kalah dan mencari kenyamanan pada kalimat di atas, saya bertanya, mungkin kita bertindak penyangkalan. Mencoba lari dari kenyataan bahwa memang ada masalah besar dalam pembinaan olahraga kita. Bukan hanya sepak bola.

saya memakai penyangkalan Kapan bodoh Rekening Menpora Malaysia. Buat kzl. Saya memilih untuk menikmati momen emas yang diraih atlet kita. Berbagi kegembiraan melalui pesan singkat kepada Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Ketua Umum PBWSI, karena olahraga wushu berhasil menyumbangkan 3 medali emas, 3 medali perak, 3 medali perunggu.

Simak kembali foto-foto yang dikirimkan Menteri Koordinator Pemberdayaan Manusia, Pembangunan dan Kebudayaan, Puan Maharani, berpose bersama peraih medali emas panahan tersebut. Cabang olahraga ini telah meraih 4 medali emas, 1 perak, dan 1 perunggu. Tepat sasaran. Nikmati kisah-kisah inspiratif perjuangan para atlet kita di ajang olahraga tertinggi di kawasan ini.

(BA: Daftar peraih medali emas Indonesia di SEA Games 2017)

Kembali ke Malaysia, tuan rumah. Khairy, dalam politik Malaysia, adalah bintang yang sedang naik daun. Saya tahu banyak yang mengkritiknya, seperti kritik terhadap pemerintahan Perdana Menteri Datuk Nadjib Razak.

Dan beberapa hari sebelumnya, di ranah media sosial, kita melihat Khairy merendahkan suara dan meminta maaf kepada pemerintah dan masyarakat Indonesia ketika terjadi insiden “bendera RI terbalik” di cetakan buku pedoman resmi pesta olahraga tersebut. program di daerah tersebut.

(BA : Malaysia meminta maaf atas insiden terbaliknya bendera Indonesia)

Akhir-akhir ini banyak terjadi gejolak dalam kehidupan politik di Malaysia yang belum pernah sedemokrasi di negara kita. Tapi, seperti yang sering dikatakan orang, olahraga bisa mempersatukan suatu bangsa. Sebuah komunitas. Inilah yang kita lihat di Malaysia saat ini.

Pada 29 Agustus 2017, Malaysia berada di puncak perolehan medali SEA GAMES 2017 dengan 140 emas, 91 perak, dan 84 perunggu. Thailand, Vietnam dan Singapura berada di peringkat berikutnya. Kontingen Indonesia berada di peringkat 5 dengan perolehan medali 38 emas, 61 perak, dan 88 perunggu.

Khairy yang juga berkompetisi di cabang olahraga polo berkuda di SEA Games tak perlu terlalu lama meminta maaf atas kesalahan pencetakan bendera negara tetangga Indonesia. Hal itu dikritik oleh netizen Indonesia 24 jam setelah hari pembukaan. Di bawah kepemimpinannya, Malaysia berhasil menduduki peringkat pertama. Kokoh.

Perolehan medali emas Indonesia jauh di bawah kontingen Singapura yang berada di peringkat 4, yaitu 56 emas, 53 perak, 72 perunggu. Sejak 2012, Negeri Singa yang berpenduduk 5,6 juta jiwa ini belum memiliki kementerian khusus yang menangani bidang olahraga. Urusan olah raga dikelola oleh Kementerian Kebudayaan, Masyarakat dan Pemuda.

Teman saya yang orang Singapura bilang, sampai tahun 2012 mereka punya Kementerian Masyarakat, Pemuda dan Olahraga. Kemudian tiga kementerian direorganisasi. Olahraga tidak lagi muncul sebagai nama di tingkat menteri. Kementerian yang dulunya menyandang nama olahraga diubah menjadi Kementerian Pembangunan Masyarakat dan Keluarga. Mirip dengan Kementerian Sosial di Indonesia.

Pada tahun 2012 telah terbentuk Kementerian Kebudayaan, Masyarakat, dan Pemuda yang di wilayah ini merupakan mitra kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Pemuda dan Olahraga se-Indonesia.

Kalau saya tanya kenapa tidak ada lagi kementerian khusus yang namanya olahraga? Teman saya menjawab visi yang ditetapkan dalam pembentukan kementerian terkait, “Memanfaatkan budaya, olah raga dan hubungan pemuda untuk membangun masyarakat yang kohesif dan dinamis serta memperdalam rasa identitas dan rasa memiliki terhadap bangsa.” Sebuah misi yang terintegrasi dengan kehidupan sehari-hari.

Jika kita melihat misi tersebut, tentu kita tidak lagi melihat pada persoalan ketersediaan fasilitas olahraga, apalagi anggaran untuk persiapan berkompetisi di ajang kompetisi terpenting di kawasan ASEAN.

(BA: Dua hari menjelang penutupan SEA Games 2017, dana pemerintah belum juga cair)

Seorang teman pemimpin redaksi menceritakan bagaimana atletik berjuang mendapatkan fasilitas latihan. “Mau lari kemana? Memasak di trotoar? Di mana Anda ingin bermain sepak bola? Mendidih di tengah jalan? “Jika disediakan arena publik maka akan muncul calon-calon juara,” ujar jurnalis senior yang sudah lama meliput olahraga ini.

Di kelompok diskusi lain, seorang teman saya yang aktif mengikuti lomba maraton, juga di luar negeri, mengatakan: “Kalau mau latihan lari, harus menunggu. hari tanpa kendaraan bermotor pada hari Minggu?”

(BA: Kemenpora Kritik Atlet Tolak Tembak Karena Harus Pindah Sarana Latihan)

Dalam kelompok diskusi lainnya bersama sejumlah jurnalis kawakan, mereka mengomentari posisi ke-5 SEA Games. ‘Posisi itu jelas memalukan. Persiapannya kurang.” Teman yang lain mengingatkan: “Siap-siap kecewa dengan Asian Games 2018 karena hampir 80% kontingen SEA Games saat ini akan menjadi andalan di Palembang dan Jakarta tahun depan.”

Rabu ini, di hari penutupan SEA Games, Kompas menulis laporan dengan judul di halaman depan: Darurat Olahraga Indonesia. Menpora meminta maaf atas kegagalan Indonesia di SEA Games 2017. Isinya antara lain persiapan mendadak SEA Games 2017.

Dana baru cair ke Komite Olahraga Indonesia sembilan hari sebelum pembukaan SEA Games. Para atlet dari sejumlah cabang menerima perlengkapan pertandingan beberapa minggu sebelum keberangkatan ke Malaysia.

Atlet panahan tersebut memutuskan untuk bertanding dengan menggunakan busur lama yang tidak disetel dengan baik karena busur baru baru diterima dua bulan sebelum SEA Games. Pengendara sepeda bersaing dengan sepeda lama untuk mendapatkan performa karena sepeda baru tertahan di Bea dan Cukai. Meniru gaya AA Gym, “Halooooow.”

(BA: Target SEA Games 2017 Meleset, Menpora Imam Nahrawi: Evaluasi Total!)

Gambar judul halaman pertama Kompas saya unggah di Twitter untuk melihat reaksi netizen. Bisa dibaca di tab nama akun saya @unilubis. Saya mengutip beberapa:

  • Akun @dudiiskandar5: sejak puluhan tahun membutuhkan
  • akun @sannyalkadrie : Visi olahraga Indonesia semakin tidak jelas.. ketua umum olahraga yang tidak mencapai target harus diganti. Jangan hanya menyalahkan pelatih dan atlet…
  • Akun @Bekahapsara: Sudah saatnya olahraga dijalankan oleh para profesional, bukan politisi atau pejabat publik hanya karena kekuasaan dan aksesnya
  • Akun: mantris : Hm…Tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab Menpora. Ada orang tua di setiap cabang yang juga memiliki kontribusi

Ada juga komentar soal atlet kita yang ditipu wasit. Namun permasalahan ini selalu terjadi pada setiap event OR di wilayah tersebut. Tuan rumah selalu berusaha memanfaatkan semua lini, termasuk dari segi wasit dan atasan cabang OF yang dipertandingkan. Ini adalah masalah klasik. Bagaimana kita menjadi tuan rumah Asian Games 2018 juga akan menjadi sorotan.

Nah, ketika sebagian dari kita meluapkan kemarahannya terhadap Malaysia atas insiden pengibaran bendera Indonesia, beban yang semakin berat mulai ditimpakan ke pundak panitia Asian Games 2018 di Indonesia. Artinya, organisasi dan performa atlet serta medalinya harus lebih baik.

SEA Games 2017 akan segera berakhir. Terima kasih kami sampaikan kepada 534 atlet yang telah berjuang keras mengharumkan nama Indonesia, mengibarkan bendera Merah Putih meski berangkat dengan segala permasalahan dan keterbatasannya.

Target 55 emas dipastikan tidak tercapai, dan peringkat kita sama persis dengan SEA Games 2015 di Singapura, posisi 5. Jumlah medali emas sebenarnya turun karena di Singapura kita meraih 47 medali emas.

Kritik dan masukan masyarakat dari para atlet yang bertanding menurut saya sudah cukup. Tidak ada yang instan. Dua-tiga tahun tidaklah cukup untuk pembinaan olahraga dengan baik. Namun dua tahun sejak SEA Games 2015, seharusnya ada perbaikan.

Beruntung tim sepak bola Malaysia terhambat oleh Thailand sehingga gagal meraih medali emas. Lalu saya menurunkan pangkat rekening Menpora.

Sebagai penonton dan suporter tim, saya termasuk yang hanya bisa memanjatkan doa, agar prestasi olahraga kita semakin meningkat, dan kita bisa bersinar di Asian Games 2018 yang pastinya akan lebih seru lagi. Kata orang, kita sering lari sholat saat hampir putus asa. Keadaan darurat. – Rappler.com

Togel Singapore Hari Ini