• November 27, 2024
Tidak ada uang tebusan dalam upaya pembebasan WNI

Tidak ada uang tebusan dalam upaya pembebasan WNI

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Menteri Luar Negeri Retno mengatakan, 10 WNI tersebut bisa bebas berkat upaya diplomasi total dan penggunaan berbagai titik komunikasi.

JAKARTA, Indonesia – Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menegaskan, upaya pembebasan 10 awak kapal tunda Brahma 12 dan Anand 12 dari cengkeraman kelompok milisi Abu Sayyaf tidak memerlukan uang tebusan sebesar 50 juta peso atau setara Rp. 14.3 tidak melibatkan miliaran.

Alih-alih membayar uang tebusan, mantan duta besar Indonesia untuk Belanda itu menggunakan strategi diplomasi total untuk membebaskan 10 orang tersebut.

Diplomasi dipimpin oleh pemerintah dan dilaksanakan oleh seluruh elemen anak bangsa, kata Retno di kantornya saat menyerahkan secara simbolis sepuluh awak kapal tersebut kepada keluarga korban, Senin, 2 Mei.

Meski begitu, Retno mengakui proses pembebasan 10 WNI dari kelompok milisi Abu Sayyaf tersebut tidak mudah dan memakan waktu lama. Situasi di lapangan sangat dinamis dengan tingkat komplikasi yang tinggi.

Dalam proses upaya pembebasannya, pemerintah mengacu pada dua hal, yakni keselamatan Warga Negara Indonesia (WNI) dan terbukanya seluruh simpul komunikasi dengan berbagai pihak.

“Karena kami memahami bahwa satu simpul komunikasi tidak akan cukup untuk menyelesaikan operasi yang sangat besar dan berisiko ini,” ujarnya.

Kementerian Luar Negeri juga menggunakan strategi yang sama untuk membebaskan 4 WNI lainnya yang masih ditawan oleh kelompok milisi bersenjata Filipina.

“Seperti yang disampaikan sebelumnya, pemerintah tidak akan memberikan uang tebusan kepada para sandera,” kata Retno seraya menambahkan, posisi keempat WNI tersebut sudah diketahui pemerintah dan selalu diawasi.

10 WNI dalam keadaan sehat

Sebelum diserahkan kepada keluarga korban, 10 WNI tersebut menjalani pemeriksaan kesehatan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto pagi tadi. Pemeriksaan dilakukan setelah mereka tiba di Bandara Halilm Perdanakusuma pada Minggu, 1 Mei pukul 23.30 WIB. Berdasarkan hasil pemeriksaan, mereka semua dalam keadaan sehat dan tidak mengalami depresi.

Berikut nama 10 WNI yang diserahkan Kementerian Luar Negeri kepada keluarga masing-masing:

1. Peter Tomsen Barahama sebagai kapten
2. Julian Philip sebagai kapten pertama
3. Alfian Elfisrepi sebagai panglima 2
4. Mahmud sebagai kepala ruang mesin (KKM)
5. Suriyamsah sebagai masinis 2
6. Suriyanto sebagai masinis 3
7. Wawan Saputra sebagai Juru Mudi
8. Bayu Oktawiyanto sebagai juru mudi
9. Rinaldi sebagai juru mudi
10. Wendi Rahardian sebagai koki

Sayangnya, Retno tak merinci lebih lanjut mengenai upaya pembebasan 10 WNI tersebut. Pernyataan senada juga disampaikan Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri Lalu Muhammad Iqbal. Orang yang terlibat langsung dalam upaya pembebasan tersebut mengatakan sejak awal bahwa pemerintah tidak pernah membayar uang tebusan.

Sementara itu, komisaris PT Patria Maritime Lines selaku perusahaan pemilik kapal tersebut belum mau berkomentar mengenai adanya pembayaran uang tebusan.

Berdasarkan laporan sumber Rappler, perusahaan pemilik kapal PT Patria Maritime Lines menyerahkan uang tebusan kepada Abu Sayyaf pada Jumat, 29 April sebesar 50 juta peso atau setara Rp 14,3 miliar. Kesepuluh WNI tersebut dibebaskan pada Minggu 1 Mei.

Usai dibebaskan kelompok Abu Sayyaf, 10 sandera tersebut dibawa oleh dua orang tak dikenal ke rumah Gubernur Sulu di Filipina untuk menjalani proses verifikasi dan diberikan makanan. Mereka kemudian diterbangkan dengan helikopter dari Zulu menuju Zamboanga, sebelum berangkat ke Indonesia. – Rappler.com

BA:

Data Hongkong