• November 28, 2024

Tiga hal yang perlu Anda ketahui tentang KTT Amerika Serikat-negara-negara Arab

Presiden Jokowi akan berbicara pada pertemuan puncak tersebut tentang pengalaman Indonesia dalam menangani terorisme.

JAKARTA, Indonesia – Sebanyak 55 pemimpin negara Arab dan mayoritas Muslim berkumpul di Riyadh, Arab Saudi pada 20-21 Mei untuk mengikuti kegiatan KTT Amerika Serikat-Negara Arab. Raja Salman bin Abdulaziz memimpin langsung pertemuan puncak yang digelar di King Abdulaziz Convention Center, Riyadh.

Di antara puluhan pemimpin negara yang hadir, Presiden Joko “Jokowi” Widodo dan Donald J. Trump turut ambil bagian dalam KTT tersebut. Sayangnya, berdasarkan informasi Istana, belum ada jadwal pertemuan bilateral antara Jokowi dan Trump di sela-sela KTT tersebut. Namun, tidak menutup kemungkinan kedua pemimpin bisa berbincang santai dalam pertemuan tersebut.

Berikut tiga hal yang perlu Anda ketahui tentang KTT Amerika Serikat-negara-negara Arab:

1. Trump juga hadir

Seperti disebutkan di atas, acara ini juga dihadiri oleh Trump. Bahkan, Trump juga memanfaatkan kunjungannya ke Saudi untuk melakukan kunjungan kenegaraan.

Publik cukup terkejut ketika mendengar Arab Saudi terpilih menjadi negara pertama dalam daftar kunjungan resmi sang maestro real estate. Sebab, Trump kerap melontarkan pidato-pidato anti-Islam selama kampanyenya. Bahkan, setelah menjadi presiden, ia langsung mengeluarkan keputusan presiden yang melarang warga tujuh negara mayoritas Muslim memasuki Amerika Serikat.

Meski Trump mengklaim kebijakan ini demi keamanan dalam negeri AS, namun umat Islam tetap menganggapnya diskriminatif. Mereka merasa menjadi sasaran kebijakan yang seolah-olah melabeli Islam sebagai biang keladi terorisme.

Namun di rezim Saudi yang berkuasa saat ini, kepemimpinan Trump diyakini lebih baik dibandingkan pendahulunya Barack Obama. Saudi percaya bahwa Obama terlalu lunak terhadap saingannya, Iran, untuk menyelamatkan perjanjian program nuklirnya.

Oleh karena itu, Raja Salman tak segan-segan menggelar upacara megah menyambut Trump di bandara. Dia memilih Trump secara pribadi.

Pada pertemuan puncak tersebut, Trump diperkirakan akan berbicara tentang harapannya terhadap visi Islam yang damai. Menurut salah satu ajudannya yang dikutip BBC, Trump berharap visi yang disampaikan dalam pidatonya tersebut dapat bergema di seluruh dunia.

2. Fokus membahas isu terorisme

Tema KTT tersebut adalah “Bersama kita menang” yang diambil dalam rangka perang melawan terorisme. KTT ini diharapkan akan fokus pada pemberantasan kelompok militan dan pengaruh Iran yang semakin besar di kawasan.

Sungguh ironis bahwa Saudi memimpin perang melawan terorisme. Sebab, beberapa warganya diketahui menjadi pelaku aksi teroris dan kejahatan terhadap kemanusiaan pada 11 September 2001. Dalang aksinya, Osama Bin Laden, bahkan menjadi buronan Negeri Paman Sam hingga akhirnya lumpuh. di Pakistan.

Sementara itu, Presiden Jokowi diperkirakan akan berbicara mengenai pengalaman Indonesia dalam pemberantasan terorisme. Indonesia sendiri telah menjadi korban aksi teroris mulai dari bom Bali I, bom Bali kedua, ledakan bom di depan kedutaan Australia dan yang terbaru adalah bom Thamrin pada awal tahun 2016.

“Presiden berencana menyampaikan langkah-langkah yang dilakukan Indonesia dalam memerangi terorisme. “Bagaimana Indonesia bisa menggunakan pendekatan soft dan hard untuk mencapai tujuan tersebut,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir saat memberikan keterangan pers, Kamis, 18 Mei.

Selain itu, dunia juga sedang fokus mengatasi fenomena kepergian pejuang asing (FTF) ke negara konflik seperti Irak dan Suriah. Kemudian mereka kembali ke tanah air untuk menebar teror di tanah air.

Presiden akan meminta dunia untuk fokus memutus aliran dana yang diterima pejuang asing, ujarnya.

Apa yang disampaikan Jokowi, kata Arrmanatha, menjadi penting mengingat populasi Muslim Indonesia yang berjumlah 207 juta jiwa mewakili 13 persen komunitas Muslim dunia.

Namun, ada satu pemimpin yang akan absen dalam KTT tersebut, yaitu Presiden Sudan, Omar al-Bashir, karena dicari Mahkamah Internasional karena melakukan kejahatan perang.

3. Menjadi pemersatu negara-negara kawasan Teluk

Selain KTT AS-Arab, terdapat dua pertemuan tingkat tinggi lainnya di Saudi, yakni Consultative Summit with the Gulf Countries (GCC) dan KTT bilateral antara Arab Saudi dan AS. KTT negara-negara Arab dengan AS bisa dikatakan menjadi penyelamat bagi pertemuan GCC berikutnya yang akan digelar pada 9 Desember di Doha. Dalam pertemuan akhir tahun itu, mereka akan menyaksikan transisi kepemimpinan GCC pada tahun 2018 dari Saudi dan Kuwait ke Qatar.

Kebijakan ini mendapat tentangan karena Qatar sering dituduh sebagai sponsor dan penyandang dana kelompok Ikhwanul Muslimin yang dilarang di Mesir. Bagi Uni Emirat Arab dan Arab Saudi, gerakan IM sering dianggap bertentangan dengan mereka dan negara-negara lain di kawasan Timur Tengah.

Namun di bawah kepemimpinan baru Qatar, yakni Syekh Tamim bin Hamad al-Thani, Qatar perlahan-lahan menjauh dari IM. Raja Salman selaku tuan rumah berharap KTT negara-negara Teluk dapat meningkatkan solidaritas di antara mereka. Sebab, anggota organisasi yang berdiri sejak 1981 itu kerap bentrok. Terakhir, ketegangan memuncak antara Iran dan Arab Saudi.

Sementara itu, terkait KTT negara-negara Arab dan Amerika, Raja Salman berharap pertemuan bersejarah ini akan membentuk kemitraan baru untuk melawan ekstremisme dan terorisme, mengedepankan nilai-nilai toleransi dan kerja sama serta menjamin kepentingan dan keinginan masyarakat. – Rappler.com

SDY Prize