• August 11, 2025

Tiga Tahun Jokowi-JK, Implementasi Tiga Nasehat Presiden Xi Jinping

Ketika saya melihat perkembangan provinsi-provinsi di Tiongkok, saya semakin yakin mengapa Presiden Joko “Jokowi” Widodo melihat ke arah tersebut. ‘kecepatan’ mengejar pembangunan infrastruktur. Dalam tiga tahun terakhir, saya berada di Negeri Tirai Bambu, mengunjungi kota-kotanya, mulai dari Beijing, Shanghai, Hangzhao hingga Urumqi di Xinjiang.

Pembangunan besar-besaran infrastruktur dan transportasi umum menghubungkan kota-kota. Mendorong perekonomian. Promosi pariwisata sebagai salah satu sektor yang mempunyai banyak dampak terhadap sektor perekonomian.

Misalnya saja kota Xiamen yang merupakan ibu kota provinsi Fujian, dibangun dan ditata menjadi kota modern sekitar setengah abad yang lalu. Ratusan pohon beringin ditanam rapi di sekitar kota dan di kawasan Siming, pusat kota yang juga menjadi pelabuhan penyeberangan menuju berbagai tempat, bisa kita saksikan.

Tak lama setelah menjadi presiden, pada 20 Oktober 2014, Jokowi mengunjungi Tiongkok untuk menghadiri KTT Pemimpin APEC (Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik) November 2014. Di sana, Jokowi mengaku meminta nasihat Presiden Xi Jinping mengenai tips sukses China.

Presiden Xi menyampaikan kepada Jokowi tiga hal yang menjadi kunci memimpin negara. Pertamasoliditas dukungan partai politik. Keduapemerintah mempunyai gagasan dan visi jangka panjang. Jangan ubah pemerintahan, ubah kebijakan. Tiongkok mempunyai rencana panjang, 50-100 tahun. Ketigapembangunan infrastruktur besar-besaran untuk konektivitas antar pulau dan provinsi.

Jokowi mengatakan, Presiden Xi mengingatkannya untuk mengambil keputusan politik dalam membangun infrastruktur.

Tiga tahun berlalu, dua usulan sudah dilaksanakan dan menurut saya pemerintahan Jokowi-JK punya nilai plus di sini. Persatuan partai politik. Faktanya, saat ini hanya Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang berada di barisan oposisi.

Partai Demokrat pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pendahulu Jokowi, selalu menyatakan netral. Nasihat ketiga sudah dilaksanakan.

Jokowi dan JK satu suara dalam pembangunan infrastruktur, termasuk pembangunan ketenagalistrikan. Bahkan dalam membangun kereta cepat pertama rute Jakarta-Bandung, Jokowi memilih bekerja sama dengan China. (BACA: Kereta Cepat Jakarta Bandung, Reputasi Jokowi-Xi Jinping Dipertaruhkan)

Trans-Papua telah selesai dibangun, dan pembangunan dilanjutkan pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Banyak proyek yang terhambat karena permasalahan pembebasan lahan pada pemerintahan sebelumnya, ada yang dilanjutkan dan ada pula yang akan selesai. Termasuk tol Bekasi, Cawang-Kampung Melayu yang belakangan ini menjadi tempat saya berlatih di akhir pekan karena memiliki trotoar yang nyaman di sepanjang jalan Kalimalang.

Nilai plus lainnya datang dari program Tax Amnesty. Meski dana yang masuk tidak mencapai target, yakni senilai Rp165 triliun, namun program ini dinilai sangat bermanfaat dalam memperluas basis pajak, meningkatkan jangkauan aparat pajak terhadap masyarakat yang selama ini belum membayar pajak.

Tentu ada keluhan karena setelah mengikuti amnesti pajak, para pengusaha termasuk UMKM kini diburu. Meski situasi perekonomian sedang melemah, hal ini ditandai dengan banyaknya usaha yang tutup.

Namun harus diakui, ini merupakan program amnesti pajak yang paling sukses di dunia. Pada tiga bulan pertama, Agustus hingga Oktober 2016, Indonesia berhasil memperoleh uang tebusan sebesar Rp97,2 triliun, deklarasi aset mencapai Rp4.500 triliun, dan repatriasi sebesar Rp137 triliun.

Angka tersebut lebih baik dibandingkan capaian program amnesti pajak yang dilakukan di negara lain seperti India yang mencapai Rp1,4 triliun, Afrika Selatan Rp2,8 triliun, Chile Rp20,7 triliun, dan Spanyol Rp15,5 triliun.

Untuk menarik investasi, Jokowi-JK aktif meluncurkan paket kebijakan ekonomi. Tiga tahun pemerintahan Jokowi-JK, 16 paket kebijakan ekonomi diperkenalkan, ratusan peraturan pelaksanaan mengikuti paket tersebut.

Paket Kebijakan Ekonomi Jilid 16 tentang Peraturan Presiden (Perpres) tentang Percepatan Penyelenggaraan Berusaha. Tujuannya adalah untuk meningkatkan standar pelayanan perizinan berusaha yang efisien, mudah dan terpadu tanpa mengabaikan tata kelola yang baik.

Pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan latar belakang dikeluarkannya kebijakan ini adalah perizinan yang masih bersifat parsial dan belum terpadu, berurutan, belum sepenuhnya menggunakan teknologi informasi online, belum jelasnya waktu penyelesaian dan biaya perizinan, serta paradigma di dalam birokrasi itu sendiri.sebagai pemberi izin dan belum bertugas.

Selain itu, berbagai indikator juga menunjukkan kinerja realisasi investasi meskipun tumbuh namun masih di bawah target yang ditetapkan. Oleh karena itu, meskipun Indonesia sudah menjadi negara layak investasi, namun realisasi dan kecepatan memulai usaha masih belum sesuai harapan.

Data Kementerian Koordinator menunjukkan investasi global di Indonesia masih rendah (1,97%) dengan rata-rata tahunan (2012-2016) sebesar US$1.417,58 miliar. Pencapaian target rasio investasi sebesar 32,7% pada tahun 2012-2016, di bawah target Rencana Jangka Menengah dan Panjang Nasional (NMPLP) sebesar 38,9% pada tahun 2019.

Kalau soal investasi, kendali 100% tidak ada di tangan pemerintah pusat. Keterlambatan birokrasi di daerah masih menjadi keluhan.

Pemerintahan Jokowi-JK memulainya dengan menciptakan momentum baik dan mengalihkan subsidi energi ke pembangunan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menghilangkan praktik-praktik yang tidak efisien dalam pengadaan bahan bakar.

Dalam pidato kenegaraannya pada 16 Agustus 2017, Jokowi secara khusus menyampaikan keberaniannya membubarkan Petral

Tantangan masih besar, baik dari ketidakpastian global maupun permasalahan internal. Situasi politik yang cenderung memanas, serta kepercayaan diri Jokowi untuk meredam kegaduhan yang muncul dari kabinetnya sendiri, mempengaruhi tindakan “tunggu dan lihat” dari investor. Hal ini juga yang dikeluhkan Jokowi.

Memasuki tahun ke-4 masa pemerintahannya, kegaduhan tersebut diperkirakan tak akan mereda. Tahun politik dimulai pada 2018. Sementara itu, Jokowi-JK belum bisa membuktikan apakah target ekonomi yang dipatoknya akan tercapai. Jokowi menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4% pada tahun 2018.

Kepuasan terhadap kinerja ekonomi Jokowi-JK juga paling rendah dibandingkan bidang politik dan keamanan, penegakan hukum, dan kesejahteraan sosial. Survei yang dilakukan Kompas menunjukkan kepuasan terhadap pemerintah, di bidang perekonomian pada Oktober 2017 sebesar 55,2%, di bidang politik dan keamanan 76,4%, di bidang penegakan hukum 61,0%, dan di bidang kesejahteraan sosial 72,8%.

Implementasi 63 janji kampanye Jokowi-JK juga bisa kita cek di sini.

Tiongkok berkembang pesat dengan biaya tinggi. Demokrasi politik. Pembebasan lahan tidak pernah menjadi kendala karena di negeri ini semua aset adalah milik negara.

Pembangunan infrastruktur yang dilakukan Jokowi-JK berpotensi meminggirkan sebagian masyarakat, termasuk petani, dan melanggar hak asasi manusia (HAM). Hal inilah yang ditekankan oleh Amnesty International Indonesia. Tantangan lain yang tidak bisa dipelajari oleh Jokowi dari sahabatnya, Presiden Xi Jinping. – Rappler.com

demo slot pragmatic