• October 5, 2024

TNI Angkatan Laut mempunyai kapal survei bawah air yang canggih

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

KRI Spica 934 tiba di Jakarta dan berencana melakukan eksplorasi survei bawah air di Selat Sunda. Ini adalah kapal penelitian dan survei paling canggih di Asia

JAKARTA, Indonesia – Setelah menempuh perjalanan selama 1 bulan 20 hari dari Perancis, KRI Spica bernomor lambung 934 tiba di dermaga Jakarta International Container Terminal (JITC) Tanjung Priok, pertengahan Desember 2015.

Hari ini, Selasa 5 Januari, rombongan alumni Teknik Geodesi Universitas Gadjah Mada mengunjungi kapal penelitian dan survei milik TNI Angkatan Laut.

“Kunjungan ini untuk melihat langsung peralatan dan kemampuan terkini kapal penelitian dan survei bawah air. “Ilmu ini sangat bermanfaat untuk bahan ajar di kampus,” ujar Abdul Basith, dosen dan sekretaris program studi Departemen Teknik Geodesi Geomatika yang turut serta dalam kunjungan tersebut.

Rappler ikut serta dalam kunjungan tersebut dan melihat perlengkapan di atas kapal yang diawaki oleh 40 perwira angkatan laut dan perwira kecil tersebut.

//

KRI Spica 934 merupakan kapal kedua dengan tugas dan kelengkapan survei bawah air yang dimiliki TNI Angkatan Laut. Yang pertama tiba di Jakarta pada Mei 2015 adalah KRI Rigel 933. Nama Spica dan Rigel diambil dari gugusan bintang sebagai petunjuk navigasi di laut.

Pelayaran KRI Spica dari dermaga PT OCEA Shipyard Company, di kota Les Sables d’Olone, Perancis, 17 Oktober 2015, dilepas oleh Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Ade Supandi.

KRI Spica 934 merupakan jenis kapal penelitian serba guna (MPRV) yang dirancang khusus untuk melakukan penelitian hidrologi dan oseanografi. Kapal ini dapat melakukan survei bawah air untuk keperluan hidrologi, geografi, dan perikanan.

KRI Spica 934 (dan KRI Rigel 933) dibuat oleh galangan kapal OCEA.

“Saya dapat memastikan bahwa peralatan yang ada di kapal ini adalah versi terbaru, bahkan lebih baru dari yang kami gunakan di Prancis,” kata Julian, ilmuwan Angkatan Laut Prancis yang mendampingi awak KRI Spica dalam melakukan survei peralatan yang ada.

KRI Spica dilengkapi dengan berbagai peralatan canggih, antara lain kendaraan bawah air otonom (AUV) dan kendaraan yang dioperasikan jarak jauh (ROV). ROV untuk video. Kedua peralatan tersebut dapat menemukan dan mencari objek di dasar laut. AUV dikendalikan oleh operator di kapal dengan gelombang elektromagnetik.

Manfaatnya banyak, mulai dari pengetahuan situasi dasar laut untuk keperluan penelitian mendalam, kondisi dasar laut, persiapan lintas bawah laut, hingga potensi penangkapan ikan. Perusahaan minyak menggunakan AUV dan ROV untuk memetakan kondisi bawah air sebelum melakukan eksplorasi. Khusus militer, fungsinya dapat diperluas hingga intelijen dan pengawasan.

AUV dan ROV telah digunakan untuk tujuan Pencarian dan Penyelamatan (SAR), termasuk ketika menemukan puing-puing badan pesawat Air France 447 jatuh di Samudera Atlantik dalam penerbangan dari Rio de Janeiro ke Paris.

KRI Spica dan KRI Rigel merupakan kapal penelitian dan survei bawah air pertama yang dilengkapi peralatan survei bawah air. Sejauh ini Indonesia sudah melakukannya Kapal Penelitian Baruna Jaya dioperasikan oleh BPPT dan LIPI. Namun peralatan penelitian bawah air dan pelacakan sonar di kapal ini berada di alam liar portabel, dapat dipindahkan ke kapal lain. KRI Spica dan KRI Rigel sepenuhnya dirancang khusus.

KRI Spica dilengkapi dengan dangkal Dan sounder gema multibeam air dalam, yang dapat mendeteksi sensor suara dan gerak. Juga posisi dinamisperangkat yang dikendalikan komputer untuk mengontrol posisi dan arah kapal.

“Selama perjalanan dari Perancis ke Jakarta, kami belajar menggunakan semua peralatan canggih dari anjungan ini, serta mengoperasikan peralatan pengolah data,” kata Mayor TNI AL Derius Rizky, salah satu perwira di KRI Spica.

KRI Spica 934 juga dilengkapi meriam 20 mm dan senjata otomatis untuk keperluan patroli laut.  Foto oleh Uni Lubis/Rappler

Selain penelitian dan survei bawah air, serta SAR, KRI Spica dilengkapi dengan senjata otomatis dan meriam untuk keperluan patroli. Dalam perjalanan dari Perancis ke Jakarta, kapal ini melewati Teluk Aden di Samudera Hindia yang terletak di antara Yaman dan Somalia.

Ini adalah jalur air utama untuk operasi transportasi minyak di Persia, dan dikenal berbahaya karena banyaknya bajak laut. Empat puluh awak KRI Spica berlatih selama tujuh hari dalam jaga 24 jam dan melewati tempat ini dalam perjalanan dari Jeddah menuju India. Dari Perancis juga hadir empat orang katak dari TNI Angkatan Laut dan empat orang teknisi dan kapten pelatih dari Perancis.

KRI Spica 934 mampu mendeteksi isi setiap lapisan dasar laut, dibeli seharga 50 juta dollar AS.  Foto oleh Uni Lubis/Rappler

Kedua unit KRI MPRV tersebut dibeli seharga US$100 juta. Baru dibangun, dengan desain disesuaikan dengan kondisi perairan laut di Indonesia. Kapal penelitian dan survei ini memiliki panjang 60,1 meter dengan lebar 4,5 meter dan tinggi lambung 11,5 meter. Mampu bergerak dengan kecepatan maksimal 14 knot dan saat melakukan survei dengan kecepatan 5-7 knot.

KRI Spica yang ditambatkan di Dermaga JICT Tanjung Priok baru saja mengisi bahan bakar solar sebanyak 10 ton untuk pelayaran penelitian dan survei di Selat Sunda. KRI Rigel saat ini berada di perairan Kupang, Nusa Tenggara Timur. —Rappler.com

Keluaran Sydney