
Tottenham Hotspur vs Chelsea: Lima minggu yang menentukan
keren989
- 0
Kemenangan akan menjadi bekal berharga bagi Chelsea untuk mengarungi minggu-minggu yang lebih sulit.
JAKARTA, Indonesia – Chelsea bisa berdebar kencang dengan menjadi “juara pertengahan musim”. Namun, Liga Inggris tidak hanya dimainkan separuh waktu saja. Babak kedua pun langsung dilaksanakan oleh klub berjuluk tersebut Biru melalui minggu-minggu yang sulit.
Pekan sulit pertama Chelsea dihabiskan dengan mengunjungi tetangga di utara: Tottenham Hotspur. Pasukan Mauricio Pochettino akan berusaha menghentikan 13 kemenangan beruntun John Terry dan kawan-kawan. Sebab, jika tim biru kembali menang, maka klub asuhan Roman Abramovich akan menjadi pemilik rekor baru di Liga Inggris: tim dengan kemenangan beruntun terbanyak.
Kemenangan terbanyak berturut-turut di Premier League dalam satu musim:
Gudang senjata (13)
Chelsea (13)
Manchester United (11)
Manchester United (11)
Liverpool (11) pic.twitter.com/h7opdpd89d— Sepak Bola Squawka (@Squawka) 1 Januari 2017
Selesai dengan Spurs, tantangan lain menanti tim besutan Antonio Conte. Juara Liga Inggris lima kali itu akan menghadapi juara bertahan Leicester City. Mereka akan “beristirahat” sejenak melawan Hull City dan kemudian terus berjuang penerus Liverpool dan Arsenal.
Memainkan pertandingan jarak dekat hampir setiap minggunya jelas bukan perkara mudah. Apalagi bagi tim sekelas Chelsea yang enggan mengotak-atik tim utamanya lagi setelah menemukan formasi kemenangan 3-4-3.
Selain itu, dengan garis alias kemenangan beruntun yang panjang, ekspektasi jelas mulai meroket. Tekanannya juga akan berbeda.
Jika awal musim diawali dengan target memperbaiki peringkat pascamusim yang penuh bencana bersama Jose Mourinho, target tersebut mau tidak mau harus berubah. Memimpin klasemen Liga Inggris selama 8 pekan tak bisa sekadar lolos ke Liga Champions. Mereka jelas menginginkan gelar tersebut.
“Selalu ada tekanan untuk menjadi yang teratas di papan peringkat. Ketika Anda berada di puncak, Anda mulai berharap. Dan pada saat itu Anda mungkin tidak bisa bermain Tanpa beban lagi,” kata manajer Arsenal Arsene Wenger dalam sebuah wawancara.
Kemenangan yang “mudah” juga berpotensi membuat pemain terlena. Mereka terancam kehilangan intensitasnya. Tanda-tanda tersebut memang terlihat pada laga terakhir penghuni Stamford Bridge itu melawan Stoke City.
Melawan tim polesan Mark Hughes, barisan bek yang selalu mendapat pujian justru bermain terlalu longgar. Dua gol lawan pada laga yang berakhir 4-2 itu terjadi akibat lambatnya antisipasi dari sektor pertahanan.
“Seiring berjalannya waktu, pertandingan selalu menjadi lebih sulit bagi kami,” katanya Conte mengakuinya.
Kembalinya pemain utama Spurs
Spurs bisa memanfaatkan situasi ini jika Chelsea tidak segera mengembalikan fokusnya. Karena, Bunga Lily Putih mengalami fase paling produktif dalam karirnya di liga. Hanya dalam 4 laga terakhir, Hugo Lloris dan kawan-kawan mencetak 13 gol! Bandingkan dengan Chelsea yang kemenangannya lebih “ekonomis”: hanya mencetak 9 gol dalam 4 laga terakhir.
Apalagi, sejumlah pemain kunci sudah bisa dimainkan Pochettino. Bek kanan Kyle Walker siap menghentikan Eden Hazard. Begitu pula bek tengah Jan Vertonghen. Kedua pemain tersebut bangkit kembali dari sanksi akumulasi kartu.
“Chelsea datang ke markas kami dalam performa yang sangat bagus. “Tetapi kami tidak kalah besarnya dengan mereka,” kata Pochettino dikutip oleh BBC.
Dalam bentrokan kali ini, agenda Pochettino jelas berbeda. Selain berusaha menghentikan rentetan kemenangan beruntun Chelsea yang kian menyebalkan, Spurs juga perlu segera memperbaiki klasemen.
Sebagai tim yang menjadi pemburu gelar bersama Leicester City musim lalu, berada di peringkat kelima klasemen jelas bukan sebuah pilihan. Apalagi Chelsea mengalahkan mereka 1-2 di babak pertama.
Namun situasi di babak pertama dan bentrokan kali ini berbeda. Pada laga 27 November tahun lalu, bek kiri Danny Rose tidak bisa diturunkan. Posisinya digantikan oleh Kevin Wimmer.
Bek tengah Toby Alderweireld juga tidak bisa diturunkan. Posisinya digantikan oleh bek muda Eric Dier. Alhasil, sektor sayap menjadi incaran tim tuan rumah.
Sekarang pemain utama sudah bisa dikerahkan. Mereka bukan Spurs yang sama seperti saat mengalahkan Chelsea.
BERITA TIM: “@JanVertonghen & @kylewalker2 tersedia lagi. @ErikLamela masih absen, tapi berlatihlah dengan keras dan tingkatkan kebugaran.” – Mauricio pic.twitter.com/VeuW3tjvNZ
— Tottenham Hotspur (@SpursOfficial) 3 Januari 2017
Masalahnya, Chelsea juga bukan tim yang mengalahkan Spurs. Format 3-4-3 pada awalnya sudah cukup datar kini terus berkembang. Pilihan pemain kini jauh lebih bervariasi.
Jika melawan Spurs tak ada kontribusi Cesc Fabregas, kali ini eks pemain Barcelona itu memberikan variasi lain dalam skema serangan Chelsea. Dengan Fabregas sebagai gelandang serang, Chelsea bisa menggunakan format 3-4-1-2 atau 3-4-2-1.
Belum lagi inisiatif untuk terjun dari sektor belakang langsung ke lini depan. David Luiz kerap memberikan umpan-umpan kunci kepada Diego Costa.
Sektor penyerangan sayap juga semakin kuat. Willian menemukan kembali kemampuannya dalam mencetak gol pada laga melawan Stoke. Posisinya bisa diisi bergantian dengan Pedro.
Jika itu terjadi, Chelsea bisa menjadi satu-satunya tim dengan kemenangan beruntun terbanyak dalam satu musim. Gelar juara semakin dekat.—Rappler.com