• April 19, 2025
Tradisi musik nusantara dalam menyebarkan dakwah Islam

Tradisi musik nusantara dalam menyebarkan dakwah Islam

Ketua PCNU Malang mengatakan penyebaran dakwah Islam di Indonesia dilakukan dengan tetap menjaga kesenian dan tradisi asli nusantara.

MALANG, Indonesia – Sekitar 100 anak muda dan aktivis Organisasi Seniman dan Kebudayaan Muslim Indonesia (Lesbumi) duduk melingkar pada malam takbir akhir pekan lalu di koridor kantor cabang Nahdlatul Ulama Kota Malang. Mereka menggelar tadarus budaya yang melibatkan beberapa aktivis Persatuan Seni Hadrah (Ishari) Kota Malang.

Mereka terlihat memegang rebana, menabuh dan memainkan alat musik sambil melantunkan salawat. Melalui permainannya, mereka mencoba menjelaskan secara filosofis hubungan antara seni dan agama.

Di antara mereka yang menyaksikan pertunjukan musik tersebut adalah Profesor Etnomusikologi Universitas California Los Angeles (UCLA), Anne K. Rasmussen. Rasmussen mengeksplorasi seni yang berkembang dalam tradisi Islam di Indonesia. Rencananya ia akan meneliti dan menyusun buku bertema seni dan musik Islam di nusantara.

Rencananya, buku tersebut akan diluncurkan pada tahun depan. Temanya tentang perempuan, Islam dan seni musik di Indonesia.

Khatib Hadi Majelis Ishari Cabang Malang, Nur Asmari menjelaskan Ishari
berdiri pada tahun 1924 atau dua tahun sebelum Nahdlatul Ulama berdiri. Awalnya bernama Jam’iyyah Hadrah atau kelompok kesenian rebana.

Mereka memadukan suara rebana, tepuk tangan serta memadukan kitab Maulid Syaroful Anam dan kitab Diwan Al Hadroh tentang sejarah lahir dan perjuangan Nabi Muhammad SAW.

Jam’iyyah didirikan oleh Kiai Haji Abdurrokhim bin Abdul Hadi di Pasuruan, kata Nur yang ditemui Rappler pada Sabtu, 24 Juni.

Abdurrokhim berguru pada Habib Syekh Boto Putih Surabaya, seorang ulama keturunan Yaman. Ishari, kata dia, dikembangkan dari musik tradisional yang dimainkan Habib Syekh. Setiap ketukan rebana mempunyai irama, biasanya berupa bacaan dzikir.

Mereka bisa bermain rebana berjam-jam. Bahkan kitab Maulid Syaroful Anam dan kitab Diwan Al Hadroh bisa dibaca sambil diputar selama lima jam. Dalam satu pertunjukan minimal ada 50 orang yang memainkan rebana.

Pasuruan menjadi daerah dengan kelompok terbanyak hingga saat ini dan masih terus berkembang. Selama di Malang kita mengalami naik turunnya perkembangan seni yang digali dan dikembangkan di nusantara.

Pada pertengahan tahun 1980-an, banyak kelompok seni hadrah yang didirikan. Namun saat ini kelompok seni hadrah hanya tersisa sekitar lima orang.

Salah satu alasannya adalah karena seni harus dimainkan sesuai standar dan tidak mungkin dilakukan improvisasi.

Kombinasikan salawat dengan seni

Menurut Nur, cara ini membuat pembacaan shalawat menjadi lebih khusyuk. Karena itulah Ishari sering tampil dalam berbagai kegiatan tahunan, seperti perjalanan ulama besar atau Maulid Nabi.

Ketua PCNU Kota Malang Isroqunnajah mengatakan penyebaran Islam di nusantara dilakukan dengan tetap melestarikan seni dan tradisi. Bahkan Wali Songo, kata Isroqunnajah, sebenarnya menggunakan seni untuk berdakwah.

“Wali Songo tidak pernah merusak peradaban, kesenian, situs dan candi. “Jadi budaya lokal masih tumbuh dan berkembang,” ujarnya.

Ketua Pengurus Pusat Lesbumi Kyai Haji Agus Sunyoto mengatakan, perkembangan Islam di nusantara tidak lepas dari seni dan tradisi. Pada masa Wali Songo, kata dia, terciptalah tarian dan lagu yang digunakan untuk menyebarkan agama Islam.

Dalam sejarah perkembangan Islam, kata Agus, Toriqot Arrifaiyah menggunakan rebana untuk mengiringi dzikirnya. Sedangkan untuk menguji keikhlasan dan konsentrasi mereka, Pemimpin Toriqot Syekh Ahmad Rifai menguji jamaahnya dengan cara dibakar, ditusuk jarum, dan ditusuk ular berbisa. Jika jamaah masih merasakan sakit, maka dzikir tersebut berarti belum bertakwa.

“Setelah berkembang di Indonesia menjadi seni debus dan pertunjukan,” ujarnya.

Hadrah yang dibawa oleh imigran Muslim Yaman juga sama. Dikenal sebagai Orkestra Musik Yaman, seni ini berkembang dan berhubungan dengan toriqot.

Sementara itu, seni juga berkembang di Pulau Jawa dengan menggali potensi tradisi salawatan Mataraman dengan gaya Jawa. Sementara itu di Malang berkembang kesenian salawatan khusus yang dikenal dengan nama terbang jidor.

Kesenian ini dibawa oleh para pengikut Pangeran Diponegoro yang tidak mau tunduk kepada Belanda. Mereka menyingkir dan menduduki pesisir selatan Malang hingga Banyuwangi.

“Seni Hadrah adalah seni sufi,” ujarnya.

Selain itu, masih banyak lagi kesenian yang berkembang di nusantara terkait dengan penyebaran agama Islam. Agus menilai dua di antaranya adalah gamelan dan wayang.

“Pada zaman Majapahit memang belum ada wayang dan gamelan. “Ini tradisi yang dikembangkan oleh Wali Songo,” ujarnya. – Rappler.com

pengeluaran hk hari ini