Untuk menangkal radikalisme, Jokowi mengajak para pemimpin ASEAN untuk menggunakan media sosial
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Jokowi mengajak para pemimpin ASEAN untuk lebih banyak menggunakan narasi yang menampilkan moderasi, perdamaian, dan toleransi di akun media sosial masing-masing.
JAKARTA, Indonesia – Presiden Joko “Jokowi” Widodo mengajak para pemimpin sembilan negara ASEAN lainnya untuk menggunakan media sosial dalam menangani ekstremis dan teroris. Hal ini didasari karena penyebaran ideologi ekstremis dan ajakan bergabung menjadi anggota Foreign Terrorists (FTF) kerap dilakukan melalui media sosial.
“Oleh karena itu, kita harus bekerja sama menggunakan media sosial untuk menyebarkan perdamaian dan toleransi menangkal narasinya,” kata Jokowi saat memimpin pertemuan KTT AS-ASEAN dan membahas pemberantasan terorisme pada Selasa, 16 Februari waktu setempat.
Di media sosial, Jokowi mengajak para pemimpin sembilan negara ASEAN untuk lebih banyak menggunakan narasi tentang moderasi, perdamaian, dan toleransi. Mantan Gubernur DKI Jakarta ini juga kembali menyinggung aksi teroris yang terjadi pada 14 Januari di kawasan Thamrin. Dia mengatakan tindakannya.
Untuk mengatasi ekstremisme, pemerintah Indonesia menggunakan kombinasi hard power dan soft power.
“Dari segi hard power, Indonesia sedang merevisi undang-undang terorisme. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat payung hukum dalam penanganan terorisme. Penguatan peraturan perundang-undangan tentunya dilakukan dengan memperhatikan penghormatan terhadap hak asasi manusia, jelas Jokowi.
Sedangkan soft power dilakukan melalui pendekatan keagamaan dan budaya dengan melibatkan masyarakat, komunitas, dan organisasi keagamaan. Indonesia, kata Jokowi, juga menjalankan program rehabilitasi dan penerimaan kembali narapidana teroris ke masyarakat.
Jokowi berharap dengan program ini para narapidana bisa terbebas dari radikalisme dan tidak menambah jumlah pejuang asing yang berangkat ke Suriah. Berdasarkan data yang dimiliki pemerintah Indonesia, total WNI yang diketahui berada di sana berjumlah 329 orang.
Jumlah pejuang asing asal Indonesia, kata Jokowi, relatif kecil dibandingkan jumlah penduduk yang berjumlah 252 juta orang. Dari analisis media, hal ini disebabkan karena Indonesia tidak memiliki pemerintahan yang opresif, tidak berada di bawah pendudukan, dan memiliki kondisi politik yang relatif stabil.
Oleh karena itu dapat diambil hikmahnya untuk mengurangi terorisme dan pejuang asing, stabilitas politik, pemerintahan yang demokratis dan tidak diduduki oleh negara asing, kata Jokowi. – Rappler.com
BACA JUGA: