• November 28, 2024
Usai pertemuan Kapolri Jokowi, Novel masih pesimis dengan kasusnya

Usai pertemuan Kapolri Jokowi, Novel masih pesimis dengan kasusnya

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Roman menduga Kapolri memiliki bukti adanya dugaan suap atau praktik korupsi yang melibatkan personel kepolisian

JAKARTA, Indonesia – Presiden Joko “Jokowi” Widodo akhirnya bertemu dengan Kapolri Jenderal Tito Karnavian pada Senin sore, 31 Juli. Jokowi ingin mengetahui langsung perkembangan penyidikan kasus penyidik ​​senior Novel Baswedan dengan Tito.

Tito mengatakan kepada media, Jokowi telah memerintahkan dirinya untuk segera menyelesaikan kasus Novel. Namun, dia mengaku belum berminat membentuk tim pencari fakta independen yang beranggotakan unsur sipil.

Menurut dia, pelaksanaan proses penyidikan antara Polri dan KPK dinilai sudah cukup. Ia berdalih, proses penyidikan yang dilakukan KPK dan Polri lebih pro-keadilan.

Tito pun untuk pertama kalinya menunjukkan sketsa dugaan seseorang menyiramkan cairan keras ke wajah Novel. Mantan Kapolda Metro Jaya itu mengaku, sketsa itu dibuat oleh saksi kunci yang melihatnya lima menit sebelum peristiwa teror 11 April terjadi.

Sketsa tersebut terlihat lebih rapi karena Polri bekerja sama dengan Kepolisian Australia (AFP). Mereka mempunyai teknologi yang lebih canggih untuk menggambar sketsa terduga pelaku.

Namun, apakah Novel puas dengan upaya tersebut? Kepada Ketua Umum Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak, Novel masih ragu dengan proses penyidikan yang dilakukan polisi.

Upaya bekerjasama dengan pihak lain dalam hal ini Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) (untuk ikut mengusut pelaku penyerangan) diduga Novel sebagai upaya untuk membenarkan seolah-olah polisi serius, kata Novel. dikatakan. Dahnil dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 1 Agustus.

Ia mengaku tadi pagi sempat berbincang dengan Novel yang saat ini masih berada di Singapura.

Novel mengaku mempercayai tim pencari fakta independen yang melibatkan unsur sipil dan berada di bawah pengawasan langsung Presiden Joko Widodo. Penyidik ​​senior KPK itu mengaku bingung mengapa Polri tak mau menerima opsi tersebut.

“Dengan memiliki tim independen yang kredibel, seharusnya Kapolri dibantu untuk memberikan kepercayaan masyarakat karena terlihat ada proses yang ‘aneh’ dalam menangani kasus penyerangan terhadap Novel Baswedan. Objektivitas dan kualitas penyidikan akan meningkat, ujarnya lagi.

Apalagi, dengan adanya tim pencari fakta independen, kerja polisi mengusut siapa pelaku teror Novel bisa cepat terungkap. Kinerja polisi juga bisa dievaluasi.

“Makanya agak aneh kalau ada penolakan keras dari Kapolri. Padahal, Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) justru membantu kualitas kerjanya dalam penanganan kasus Novel Baswedan, ujarnya.

Respons polisi justru memperkuat dugaan adanya keterlibatan personel Bhayangkara dalam teror tersebut. Novel juga menduga Kapolri memiliki bukti adanya dugaan suap atau praktik korupsi yang melibatkan personel kepolisian. Makanya Kapolri merasa harus melibatkan KPK dalam satu tim untuk mengungkap penyerangan terhadap dirinya, kata Dahnil.

Menurut Novel, kata Dahnil, KPK tidak berwenang mengusut kasus kekerasan yang tengah dialaminya. – Rappler.com

BACA JUGA:

Pengeluaran SGP