Usir hantu dua musim lalu
- keren989
- 0
JAKARTA, Indonesia – Saat Chelsea kalah 2-3 di kandang Burnley pada laga pertama Liga Inggris, banyak suporter yang sudah was-was: bisa saja terjadi keruntuhan. Biru dua musim lalu akan terulang.
Di musim kedua bersama Jose Mourinho, John Terry dan kawan-kawan gagal total hingga turun ke peringkat 17. Atau hanya berjarak satu strip dari zona degradasi.
Kekhawatiran ini beralasan. Momok kegagalan usai meraih gelar juara bisa kembali menghampiri Chelsea jika melihat gerak-gerik rival sengitnya di bursa transfer. Persiapan lawan memang jauh lebih matang.
Manchester City misalnya. Di musim kedua Josep “Pep” Guardiola menukangi tim biru Manchester, mantan pelatih Barcelona itu semakin bersemangat meraih gelar juara. Manajer Catalonia itu memboyong tujuh pemain barunya ke Etihad Stadium dengan total pengeluaran sekitar 201 juta poundsterling.
Jumlah tersebut belum termasuk Douglas Luiz yang ditarik dari Vasco Da Gama (Brasil) dan Olarenwaju Kayode dari Austria Vienna (Austria) yang dana transfernya tidak dipublikasikan.
Begitu pula dengan Manchester United. Setan Merah jelas semakin bertekad mengejar gelar juara. Apalagi kepercayaan diri mereka sebagai tim besar sudah kembali. Gelar Liga Europa dan Piala Liga musim lalu sudah di tangan. Musim ini mereka kembali ke Liga Champions setelah absen sejak era Louis van Gaal.
Kepercayaan diri tersebut terlihat jelas dari pergerakan mereka di bursa transfer. Berbeda dengan Manchester City yang mendatangkan begitu banyak pemain, United lebih strategis. Performa tim di musim sebelumnya stabil. Maksimalkan saja beberapa sektor penting.
Sebab, dengan belanja ‘hanya’ sebesar 146 juta poundsterling, hanya ada tiga pemain baru yang didatangkan. Tapi, meski hanya tiga, dua di antaranya langsung menjadi pilihan utama. Mereka adalah Romelu Lukaku yang didatangkan dari Everton dan Nemanja Matic dari Chelsea.
Jose Mourinho yang dikenal sukses besar di musim keduanya bersama klub barunya, sudah lebih tahu apa yang paling dibutuhkan tim. Tidak ada lagi pembelian panik. Apalagi rekor transfer sudah dipecahkan untuk mengejar pembelian nama-nama besar.
Situasinya sangat berbeda dibandingkan dengan Chelsea. Tim asuhan Roman Abramovich tidak terlalu agresif di bursa transfer. Antonio Conte bahkan beberapa kali harus gigit jari karena nama yang diinginkannya gagal di tengah jalan.
Mulai dari pemain Everton Ross Barkley yang tiba-tiba berubah pikiran – meski sudah menyetujui kepindahan – hingga Riyad Mahrez (Leicester City) yang menolak pinangan Chelsea di menit-menit terakhir. tenggat waktu perpindahan musim panas.
Situasi internal juga semakin tidak menentu dengan memanasnya ketegangan antara Conte dan Diego Costa. Costa ingin meninggalkan Chelsea karena perkataan manajer yang tidak pantas.
Untungnya transfer Alvaro Morata dari Real Madrid berhasil. Setidaknya sosok Costa di lini depan juara bertahan Liga Inggris itu bisa sedikit tertutupi dengan kehadiran penyerang asal Spanyol itu – meski keraguan terhadap Morata yang baru mulai bermain di Liga Inggris tahun ini juga tidak bisa dibilang juga. kecil.
Selain Morata, rekrutan baru Conte tak terlalu meyakinkan. Danny Drinkwater dibeli dari Leicester City hanya untuk melengkapi lini gelandang cadangan. Begitu pula dengan kehadiran Tiemoue Bakayoko yang lebih menjadi pelapis Cesc Fabregas dibandingkan pilar utama tim.
Tiga juga berlaku bersama Davide Zappacosta. Bek sayap Torino mungkin menjadi pilihan putus asa Conte setelah gagal memikat Alex Sandro dari Juventus dan Rafinha dari Bayern Munich.
Hanya Antonio Rudiger—yang didatangkan dari AS Roma—yang tampaknya Conte benar-benar perlu memperkuat lini belakang Chelsea yang sudah menua.
Oleh karena itu, ketika Chelsea secara mengejutkan kalah 2-3 di tangan klub kecil Burnley di laga pertama Liga Inggris, momok kegagalan besar pun muncul. Biru di era Mourinho hal itu muncul kembali. Akankah mereka kembali terpuruk di dasar klasemen kompetisi sepak bola paling glamor di Eropa itu?
Bukti pemain baru
Empat pekan memasuki Premier League, hantu dua musim lalu nampaknya perlahan memudar. Sempat kalah di laga pertama, Chelsea langsung menyapu bersih tiga laga sisa dengan kemenangan. Mereka mengalahkan Tottenham Hotspur dan Leicester City masing-masing 2-1 dan mengalahkan Everton dengan dua gol tanpa balas.
Kecemerlangan pasukan Conte pun merambah hingga ke Liga Champions. Pada laga pertama pertemuan juara Eropa itu, mereka membantai wakil Azerbaijan, Qarabag, 6-0.
Di Premier League, Gary Cahill dan kawan-kawan kini tengah diburu garis yaitu kemenangan kelima berturut-turut. Sialnya bagi Arsenal, mereka harus bertemu Chelsea yang moderat pembakaran. Skuad Chelsea sudah lebih dari siap untuk kembali mengalahkan Arsenal di Stamford Bridge.
Morata yang sempat dipertanyakan di awal musim, kini sudah mencetak 3 gol dalam 4 penampilan. Dia mencetak dua dari tiga gol melalui sundulan. “Saya tidak peduli dengan apa dia mencetak gol. Dengan kepala, punggung, atau dada,” kata Conte. Yang penting dia terus berkembang, tambahnya.
Mantan bomber Juventus itu sudah lebih dari siap menghadapi pasukan Arsene Wenger. Pada pertandingan melawan Qarabag dia tidak diturunkan sama sekali. Posisinya digantikan oleh Mitchy Batshuayi.
Kondisi optimal juga akan dialami David Luiz, Bakayoko, dan Eden Hazard yang tak bermain penuh pada laga tengah pekan tersebut.
Di sektor sayap kanan, Conte sebenarnya punya banyak pilihan. Zappacosta yang mencetak satu gol dan satu gol membantu Laga melawan Qarabag akan memberikan persaingan bagi pemain favorit Conte, Victor Moses.
Situasi tersebut jelas berbanding terbalik dengan Arsenal. Awal mereka tidak mulus.
Dalam empat pertandingan mereka hanya meraih dua kemenangan. Penghuni Emirates Stadium kalah 0-1 melawan Stoke City dan dihajar habis-habisan 0-4 oleh Liverpool.
Kondisi kejiwaan menjatuhkan Ini akan meningkat seiring dengan tumbangnya beberapa pemain pilar. Santi Cazorla, Francis Coquelin dan Theo Walcott akan absen karena cedera.
Memang, tim London utara masih memiliki Alexis Sanchez yang kembali tampil prima. Begitu pula dengan Mesut Ozil dan Danny Welbeck yang akan bersaing memperebutkan posisi di belakang striker anyar Alexandre Lacazette.
Meski demikian, Chelsea tetap menjadi ancaman menakutkan bagi pasukan Arsene Wenger. Rekor mereka melawan tim London Barat cukup buruk. Dalam lima laga kandang melawan Arsenal di semua kompetisi, Chelsea meraih kemenangan.
Faktanya, dalam 8 laga kandang terakhir melawan Arsenal, mereka mencetak minimal 2 gol!
Kondisi tersebut semakin diperkuat dengan melonjaknya produktivitas gol Chelsea. Dalam lima laga terakhirnya di semua kompetisi, pasukan Conte telah mencetak 12 gol atau rata-rata 3 gol per laga dan hanya kebobolan 5 gol.
Bandingkan dengan Arsenal yang hanya mencetak 10 gol dengan jumlah kebobolan yang sangat tinggi untuk tim pemburu gelar, 9 gol!
“Arsenal sebenarnya adalah tim besar. “Saya tidak tahu mengapa mereka tidak bisa memperjuangkan gelar,” kata Conte seperti dikutip BBC.
Satu-satunya momen terakhir yang selalu mereka ingat adalah saat The Gunners menang lewat adu penalti di Community Shield, laga pembuka musim Liga Inggris.
Namun Community Shield tidak bisa dibandingkan dengan Premier League. Kualitas persaingan pada pertandingan tersebut jelas jauh. Selain itu, belum banyak pemain baru yang bergabung. Permainan tim juga masih mentah.
Alhasil, Per Mertesacker dan kawan-kawan terancam kembali ke Emirates Stadium kali ini dengan tangan kosong. Awal buruk musim Liga Inggris 2017-2018 akan menjadi lebih baik.—Rappler.com