• October 11, 2024

Virus Zika tidak mematikan, tetapi perlu pencegahan

JAKARTA, Indonesia – Ruangan di lantai dua gedung Lembaga Eijkman di kompleks Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, nyaman. Furnitur antik dalam berbagai sudut, dilapisi kain tenun dari berbagai daerah di Indonesia. Sentuhan etnik di mana-mana, juga di sudut-sudut laboratorium penelitian.

“Setiap kali saya ke daerah itu, saya mengumpulkan berbagai kerajinan tangan dan tekstil lokal,” kata Herawati Sudoyo, wakil direktur Institut Eijkman, sebuah lembaga penelitian biologi molekuler.

Di kantornya tidak hanya terdapat ratusan buku, tetapi juga puluhan tas anyaman, topi, serta permadani dan piring antik yang membuat siapa pun yang duduk di sana betah.

Herawati yang juga Guru Besar Universitas Indonesia ini cukup sibuk dalam beberapa minggu terakhir, menyusul merebaknya virus Zika. Tahun lalu, ia dan tim peneliti Lembaga Eijkman menemukan bahwa virus ini menjangkiti seorang pria berusia 27 tahun di Provinsi Jambi.

“Saat itu kami memeriksa 103 sampel penderita DBD. Satu positif tertular Zika,” kata Herawati.

Herawati bergabung Institut Eijkman sejak lembaga ini diaktifkan kembali pada tahun 1992 oleh Menteri Riset dan Teknologi BJ Habibie. Dia menjadi kepala unit penelitian DNA forensik untuk korban dan pelaku bom di depan kedutaan Australia pada 9 September 2004. Ada 10 orang tewas, termasuk pelaku bom mobil bunuh diri, dan 100 luka-luka.

“Pengalaman yang paling mengesankan karena ini pertama kali kami melakukan ini dan membiarkan pemerintah, termasuk wakil rakyat, tahu bahwa kami bisa melakukannya di sini,” kata Herawati.

“Kami menggunakan foto dari berbagai sumber, termasuk ANTV yang pertama kali meliput kejadian tersebut, untuk menggambarkan siapa pelaku dan siapa korban. Karena jenazah hancur dan berserakan,” kata Herawati.

Sebagai lembaga penelitian di bawah naungan Kementerian Riset dan Teknologi (sekarang Kemenristek Dikti), lembaga yang mempekerjakan kurang lebih 100 peneliti ini dibiayai dari dana negara.

“Jauh dari cukup. Tidak mudah untuk percaya bahwa kita terlibat dalam penelitian dasar penting yang terkait dengan, antara lain, kesehatan masyarakat. Kami tidak membuat produk, kalau yang dimaksud obat atau vaksin,” kata Herawati.

Lembaga ini menjalin kerja sama, termasuk mendapat dukungan dana dari berbagai lembaga di luar negeri. Di lingkungan ASEAN, Lembaga Eijkman adalah yang terbaik di bidangnya, dan dikelola sepenuhnya oleh peneliti lokal.

Pada Selasa, 2 Februari, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan darurat kesehatan global terkait wabah virus Zika di Amerika Selatan, yang kini telah menyebar ke Amerika Serikat. Pejabat kesehatan di Texas, AS, menemukan bahwa seorang warga yang baru pulang dari perjalanan ke suatu negara di Amerika Latin terjangkit virus Zika. Virus ini menular melalui hubungan seksual.

“Mau lihat penelitian kami terkait DNA gajah? Orangutan?” canda Herawati saat ditemui Rappler pada Rabu sore, 3 Februari. Wah, menarik. Tapi kita tahu Herawati tidak punya cukup waktu karena sibuk menerima pertanyaan dari media dalam dan luar negeri.

Kami diajak berkeliling laboratorium dan berkenalan dengan para peneliti muda yang bersemangat. Berikut petikan wawancara dengan Rappler:

Apakah penemuan seorang pria yang terinfeksi virus Zika di Jambi adalah yang pertama?

Virus Zika sebenarnya sudah ada di Indonesia selama 40 tahun, namun belum pernah terjadi wabah. Jadi, kita hidup damai dengan virus. Pria yang terjangkit virus Zika yang kami temukan di Jambi tahun lalu itu belum pernah bepergian ke luar Indonesia. Jadi virusnya memang ada, di daerah Jambi dan Sumatera.

Saat itu (Desember 2014 – Mei 2015) kami sedang melakukan penelitian saat terjadi wabah penyakit demam berdarah atau DBD. Dari 400 pasien yang memiliki gejala klinis DBD, kami mendapatkan sampel sebanyak 200 pasien untuk diteliti. Kami memiliki platform atau media yang dapat mendeteksi berbagai jenis virus yang belum dikenali, termasuk yang muncul kembali (muncul lagi).

Dari 103 sampel negatif demam berdarah, kami menemukan satu positif Zika. Dia tidak pernah bepergian. Jadi memang ada virus di Jambi.

Ini adalah kasus pertama yang melibatkan orang Indonesia. Kami laporkan ke Menteri Kesehatan, dan mendapat izin untuk dipublikasikan di jurnal internasional.

Sebelumnya, dua warga Australia terdeteksi mengidap Zika saat kembali ke Australia. Mereka baru saja jalan-jalan ke Indonesia, ke Jakarta. Yang pulang dari Bali.

Berapa banyak yang saat ini didiagnosis dengan virus Zika?

Karena gejalanya mirip dengan penderita demam berdarah, atau flu, dan demam ringan, termasuk lemas dan sakit kepala, orang sering tidak mengetahui dirinya terkena virus ini. Belum ada data apakah mereka tertular atau tidak, karena kami belum melakukan deteksi dan pemantauan secara sistematis.

Siapa yang harus melakukan pencarian itu?

Kami di Eijkman memiliki keahlian itu dan tentunya siap membantu jika pemerintah ingin melakukan pencarian secara sistematis. Tapi inisiatif deteksi biasanya dari Center for Public Health (CDC).

Seberapa besar ancaman bagi wilayah tropis seperti Indonesia?

Laporan diterbitkan selama wabah Zika pada tahun 1977, tetapi itu adalah hasil serologis. Virus Zika sudah ada di Indonesia selama 40 tahun. Tapi tidak pernah ada wabah, atau peningkatan luar biasa dalam jumlah pasien yang terinfeksi Zika.

WHO telah mengumumkan darurat kesehatan global terkait virus Zika. Karena banyak dari kita sering bepergian, apa yang kita lakukan untuk mencegah wabah?

Minimal, ingat dan beri tahu publik di daerah mana wabah Zika terjadi. Menkes menyusun protokol pencegahan yang dapat disebarluaskan kepada seluruh pemangku kepentingan, termasuk masyarakat.

Masyarakat bisa melihat Berikut adalah daftar negara yang terkena virus Zika.

Sore ini ada rapat terbatas di Istana. Apakah Presiden meminta rekomendasi dari Lembaga Eijkman? Apalagi untuk rapat tertutup terkait Zika hari ini?

Kami selalu berkomunikasi dengan Menkes dan Menristekdikti. Setiap orang input kita diskusikan, dan saya yakin itu sudah disampaikan ke presiden.

Seberapa berbahayakah virus Zika?

Zika sebenarnya tidak mematikan. Perhatian kami terutama untuk wanita yang sedang hamil. Sibuk karena terjadi peningkatan jumlah mikrosefali di Brasil, yaitu bayi yang lahir dengan lingkar kepala lebih kecil dari normal.

Virus Zika milik kelompok kuningSebagian besar gejalanya sama dengan DBD. Jika DBD menyebabkan penurunan trombosit darah dan jika terjadi komplikasi dapat menyebabkan kematian, Zika biasanya lebih ringan. Tidak ada penurunan trombosit. Penderita sembuh dengan sendirinya. Seperti yang terjadi di Jambi.

Apa yang harus dilakukan Indonesia setelah pengumuman WHO?

Saya pikir karena WHO mengumumkannya keadaan darurat, darurat kesehatan masyarakat, kita masyarakat Indonesia juga harus waspada. Kita harus lebih fokus pada pencegahan, jangan sampai nyamuk Aedes aegypti yang menjadi vektor atau sumber penularan virus ini berkembang biak di sekitar kita. Selain waspada, kita harus sadar diri, kebersihan adalah kunci terpenting dalam memutuskan penularan virus Zika.

Virus ini memang bisa menular melalui hubungan seksual seperti dilansir WHO dari kasus di Texas. Namun tidak menular melalui udara. Tampaknya ditularkan melalui bahan biologis. —Rappler.com

BACA JUGA:

Sidney hari ini