
Walikota Bandung dan Banda Aceh berbagi rahasia pembangunan inovatif
keren989
- 0
JAKARTA, Indonesia – Pada tahun 2050, sepertiga populasi dunia – atau lebih dari 3 miliar orang – akan tinggal di Asia. Untuk itu, pemerintah daerah di negaranya masing-masing saat ini harus memperhatikan perkembangan kotanya.
Indonesia merupakan negara yang mengalami perkembangan pesat. Di beberapa kota besar seperti Bandung, Jakarta, dan Surabaya, berbagai perubahan terjadi baik secara sosial, budaya, maupun ekonomi. Dampaknya terlihat jelas, seperti perubahan tata kota dan cara hidup masyarakat.
Direktur USC Marshall Business School Richard Drobnick mengatakan ada yang menarik dari perubahan di Indonesia.
“Karena mereka juga mempunyai komitmen yang luar biasa untuk menurunkan emisi hingga tahun 2020,” ujarnya saat hadir dalam diskusi Pacific Cities Sustainability Initiative (PCSI) yang digelar Asia Society di Jakarta, Selasa, 31 Mei.
Pembangunan perkotaan seringkali mengabaikan unsur lingkungan. Seperti ketika revolusi industri dimulai pada tahun 1750-1850; menyebabkan polusi asap dan limbah. Konsekuensinya nyata ketika suhu lingkungan terus meningkat hampir 2 derajat Celcius dibandingkan masa pra-industri.
Mungkinkah pemerintah membangun negaranya tanpa mengorbankan lingkungan?
Komunikasi publik
Dalam diskusi tersebut hadir dua kepala daerah yang dinilai sukses dalam pembangunan kotanya, tanpa mengabaikan aspek lingkungan. Wali Kota Bandung Ridwan Kamil menceritakan apa yang telah dilakukannya selama memimpin sejak tahun 2013.
Saya membuat keputusan berdasarkan pengalaman masa lalu, katanya. Emil, begitu ia kerap disapa, sebelumnya memiliki pengalaman sebagai asisten pengajar, aktivis sosial, dan arsitek.
Berbekal pengalaman tersebut, ia memiliki banyak pandangan berbeda sebelum mengambil keputusan. Salah satunya adalah tingginya interaksi Emil dengan warga Bandung, baik secara langsung maupun melalui media sosial. Dengan begitu, dia bisa mengetahui apa yang sebenarnya dibutuhkan warganya.
Terobosan yang dilakukan Emil adalah memperbesar ruang publik seperti taman dan tempat berkumpul. lainnya. Dia juga menerapkan aturannya izin hijau, dimana semua pihak yang ingin membangun gedung baru harus melakukan penghijauan atap sebesar 50 persen. “Kalau tidak mau, saya tidak akan keluarkan izinnya,” ujarnya.
Berkurangnya lahan hijau akibat pesatnya pembangunan rupanya berdampak pada meningkatnya suhu di Kota Bandung. Emil ingin mengatasi hal tersebut dengan menempatkan tanaman di atap gedung.
Ia juga menekan angka korupsi dengan menerapkan pengurusan izin on line. Sehingga mempersingkat waktu dan juga menekan korupsi melalui pungutan liar, ujarnya.
Taktik yang dilakukan Emil cukup berhasil peningkatan indeks kebahagiaan warga Bandung.
Cara serupa juga diterapkan Wali Kota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal. Ia memiliki pengalaman dalam pembangunan Aceh pasca tsunami tahun 2004. “Saya juga fokus pada peningkatan ruang publik,” ujarnya.
Kota Banda Aceh saat ini telah memiliki taman kota, serta pasokan air bersih yang lancar. Infrastruktur lain seperti jalan juga dalam kondisi baik. Banda Aceh saat ini juga sudah mempunyai transportasi seperti Transjakarta. Ada juga lahan untuk hutan kota seluas 7,52 hektare, ujarnya.
Emil pun menyampaikan pujiannya atas pembangunan Aceh. “Sebagai pihak luar, saya sangat salut dengan perkembangan pesat ini. “Kami tidak bisa lagi melihat sisa-sisa tsunami,” ujarnya.
Utusan Khusus Presiden untuk Perubahan Iklim Rachmat Witoelar mengatakan komunikasi merupakan salah satu kunci pembangunan yang inovatif. Ini yang patut ditiru Jakarta, yakni komunikasi intensif dengan masyarakat, khususnya masyarakat kecil, katanya.
Memudahkan komunikasi antar pejabat
Selain masyarakat, Emil juga mengatakan pentingnya memperlancar hubungan antar kepala daerah. Ia melihat banyak permasalahan di suatu daerah berdampak pada daerah lain di sekitarnya.
Salah satu contohnya adalah banyaknya mobil pribadi asal Jakarta yang menyerbu Bandung setiap akhir pekan. “Ada baiknya jika pejabat mempunyai media sosial agar mudah dihubungi. Jika tidak? “Semua keluhan sampai ke saya, dan saya bingung bagaimana menyampaikannya,” kata Emil.
Ia meminta Presiden Joko “Jokowi” Widodo membuat forum tersendiri yang berisi perwakilan pemerintah daerah di satu daerah. Dengan begitu, koordinasi akan lebih mudah hingga permasalahan dapat terselesaikan.
Presiden sangat menyambut baik ide ini, namun belum ada kepastian kapan, kata Emil.
Kemitraan swasta
Salah satu kunci lainnya adalah meningkatkan kolaborasi dengan pihak swasta. “Tidak perlu takut untuk meminta bantuan,” kata Emil.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Bandung yang berjumlah hampir Rp 6 triliun, setengahnya digunakan untuk gaji pegawai. Sementara untuk pengembangan, Emil memperkirakan dibutuhkan dana lebih dari Rp3 triliun.
Makanya saya bekerja sama dengan pihak swasta agar pembangunan bisa lancar, ujarnya.
Pengalaman serupa juga dialami Banda Aceh yang banyak mendapat bantuan dari donatur luar negeri. Illiza mengatakan para donatur sangat peduli terhadap pembangunan dan pemulihan Banda Aceh.
“Jadi tidak perlu takut untuk bekerjasama dengan pihak swasta,” ujarnya. Pemerintah harus turun tangan dan membuat kebijakan baru yang dapat meningkatkan kepercayaan terhadap proyek bersama antara pemerintah dan dunia usaha.-Rappler.com