Warga Kalijodo memulai hidup baru di Rusun Marunda
- keren989
- 0
JAKARTA, Indonesia – Wajah puluhan anak warga Kalijodo tampak bahagia saat bermain sepak bola di lapangan yang terletak di Kompleks Rusun Marunda, Cilincing, Jakarta Utara.
“Anak-anak masih tidak bersalah. Mereka tidak akan berbohong. “Kalau kelihatannya senang, berarti mereka senang di sini,” kata Ketua RW 010 Kelurahan Marunda, Nasrullah Dompas, Jumat, 26 Februari lalu, tiga hari sebelum penggusuran warga Kalijodo oleh Pemprov DKI Jakarta.
Nasrullah mengatakan, Rusun Marunda memiliki fasilitas yang lengkap sehingga tidak banyak keluhan warga Kalijodo yang dipindahkan ke kompleks tersebut.
“Biasanya yang lebih mereka keluhkan adalah bagaimana mereka bisa bekerja. “Dulu mereka berdagang dan sekarang masih bingung mau berjualan di mana,” kata Nasrullah.
Dia mengatakan, warga yang pindah dari Kalijodo bisa berjualan seperti warga sebelumnya di kawasan Rusun Marunda.
“Warga diperbolehkan berjualan di bagian bawah gedung apartemen,” kata Nasrullah.
Lahan kosong di bagian bawah rusun tampak dimanfaatkan beberapa warga untuk berdagang.
Nasrullah mengatakan, warga yang berjualan di bagian bawah rusun tidak dipungut biaya maupun retribusi, hanya diharapkan menjaga kebersihan dan ketertiban.
“Selain itu juga ada ruko yang bisa disewa warga. “Kalau berminat, bisa menyewa dengan cara pre-booking,” ujarnya.
Fasilitas rumah susun sudah memadai
Kawasan Rusun Marunda mencakup tiga kelompok bangunan. Grup A terdiri dari 11 gedung, grup B 10 gedung, dan grup C lima gedung.
Menurut Nasrullah, mayoritas penghuni rusun merupakan warga yang berpindah dari berbagai tempat seperti Muara Baru, Pluit, Penjaringan, Pinangsia, Pademangan, dan Mangga Besar.
Harga sewa setiap unit tempat tinggal di apartemen berkisar antara Rp130 ribu hingga Rp160 ribu per bulan, tergantung lokasi.
Dengan sewa tersebut, penghuni bisa menempati unit hunian tipe 36 yang terdiri dari ruang tamu, dua kamar tidur, satu kamar mandi dan toilet, wastafel dan tempat menjemur.
Nasrullah menambahkan, di sekitar apartemen juga terdapat beberapa sekolah.
“Ada bus sekolah gratis yang akan mengantar anak-anak warga Dataran Marunda ke sekolah. “Ada juga bus TransJakarta gratis penghubung ke Tanjung Priok,” ujarnya.
Warga yang pindah dari Kalijodo bisa menyekolahkan anaknya ke sekolah terdekat. Setelah pindah ke apartemen, mereka bisa langsung mendaftarkan anaknya ke sekolah melalui posisi pengabdian masyarakat yang tersedia.
“Salah satu pekerjaan warga pemukiman Kalijodo di Rusun Marunda adalah registrasi sekolah. “Hari ini kita mendaftar, besok bisa langsung sekolah,” ujarnya.
Nasrullah mengatakan, anak-anak warga relokasi Kalijodo bisa bersekolah mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
“Kecamatan Cilincing telah membuka posko pendaftaran sekolah bagi anak-anak warga pengungsi Kalijodo mulai tanggal 22 Februari hingga 5 Maret. “Untuk PAUD di kawasan Rusun Marunda hari ini baru diresmikan dengan nama PAUD Tunas Indonesia di blok Hiu,” ujarnya.
Sulit untuk memulai kembali
Beberapa warga yang pindah dari kawasan Kalijodo yang tinggal di Dataran Marunda berencana melanjutkan usaha dagangnya namun masih bingung mencari tempat untuk membeli barang dagangannya.
“Waktu di Kalijodo, saya mau belanja ke agen terdekat. “Ada juga pedagang keliling yang rutin saya belanja,” kata Jirah (51 tahun), yang selama di Kalijodo berjualan kopi, gula, sayur mayur, dan buah.
“Anak-anak masih tidak bersalah. Mereka tidak akan berbohong. Jika mereka terlihat bahagia, berarti mereka bahagia di sini.”
“Mereka bilang mereka bisa menjualnya di dalam. “Tidak boleh sampai ke koridor depan, karena dapat mengganggu aktivitas warga,” kata ibu dua anak itu.
Jirah mengaku bersyukur bisa menemukan rumah baru di apartemen.
Tempatnya cukup luas, lebih luas dibandingkan saat saya di Kalijodo. Selain itu, airnya juga bersih,” ujarnya.
Ia mengatakan, saat mengetahui Kalijodo akan ditertibkan, awalnya ia berniat kembali ke desanya di Sragen. Namun suami dan kedua anaknya melarang.
“Suami dan anak saya bekerja di Jakarta. Biasanya kami bertemu seminggu sekali. “Anak saya sudah menikah dan pindah ke Rusun Marunda,” kata Jirah.
Nasrullah mengatakan, di kawasan Rusun Marunda terdapat toko grosir yang bisa dimanfaatkan warga yang ingin berjualan seperti Jirah.
“Biasanya kalau ada orang berdagang, mereka membeli di toko itu. “Harganya sudah grosir sehingga bisa dijual kembali,” kata Nasrullah.
Ia menilai keluhan warga seperti Jirah merupakan hal biasa dan menurutnya hanya sebagian dari proses penyesuaian.
Begitu mereka bisa beradaptasi, semuanya pasti akan lebih mudah bagi mereka,” kata Nasrullah. —Antara Report/Rappler.com
BACA JUGA: