Warga terjatuh dari bus tingkat, Ridwan Kamil menghentikan sementara operasional Bandros
- keren989
- 0
Sopir Bandros mengatakan, ia menyuruh penumpang untuk merunduk saat melintasi kabel telepon, namun penumpang tersebut tetap berdiri hingga terjerat dan terjatuh dari bus.
BANDUNG, Indonesia – Wali Kota Bandung Ridwan Kamil menghentikan sementara operasional Bandung Tour on Bus atau Bandros, alat transportasi yang melayani warga dan wisatawan di sekitar Kota Bandung.
Keputusan itu diambil Emil, sapaan akrab Wali Kota, usai meninggalnya penumpang Bandros, Andy Setiawan Haryanto, pada Kamis malam, 29 Oktober lalu.
“(Bandros) skorsing sementara sampai saya evaluasi menyeluruh, sampai saya terima faktanya,” kata Ridwan kepada wartawan di Mapolrestabes Bandung, Jumat, 30 Oktober.
Ia mengatakan akan mengevaluasi teknis pengelolaan Bandros. Hingga saat ini, operasional Bandros dikelola oleh pihak swasta. Ada yang dibawah pengelolaan Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kota Bandung, ada pula yang dibawah Mang Dudung (Orang Bandung Peduli Bandung).
“Sejauh ini kami sudah bekerja sama dengan pihak ketiga. Tidak ada pengelolaan oleh Pemkot. Pemerintah kota hanya sebagai inisiator, inovator dan penerima manfaat. Siapa manajernya? memandu“Swasta yang menjalankannya,” kata Ridwan.
Ridwan berencana memanggil pihak ketiga untuk bersama-sama melakukan evaluasi.
“Saya berkepentingan agar hal ini tidak terjadi lagi. (Itu) ada masalah, saya mau lihat juga,” ujarnya.
Kasusnya ditangani Kepolisian Resor Kota (Polrestabes) Bandung.
Sebelumnya, Andy terjatuh dari bus Bandros bernomor D 8812 EDO saat berada di lantai dua bus tingkat. Dia terjatuh karena terjerat kabel telepon saat melintasi Jalan Wastukancana, Rabu sore, 28 Oktober.
Andy menderita luka serius di kepala. Mahasiswa Universitas Parahyangan itu mendapat perawatan intensif di RS Borromeus. Namun nyawanya tidak bisa diselamatkan.
Manajer Bandros, Dede mengatakan, korban saat kejadian berada di lantai dua bus bersama sekitar 19 temannya. Korban dalam posisi berdiri saat bus melewati kabel yang terbentang di badan jalan.
“Jadi tadi kita disuruh hati-hati, kalau di atas jangan berdiri, kalau duduk juga harus membungkuk. Semua orang menyelam, hanya dia yang masih di sana seekor unta (mengambil gambar dengan kamera),” kata Dede.
Akibat terhantam kabel, Andy terjatuh dari ketinggian sekitar 5 meter dan terjatuh.
“Itu jatuh ke belakang. Korban tidak tahu di mana dia duduk. Ketika seseorang mengatakan ada sesuatu yang jatuh, saya berhenti. terkejut, memasak “Ada yang terjatuh, padahal disuruh merunduk,” jelasnya.
Dede mengatakan, instruksi bebek itu keluar dari mulutnya setiap kali melewati kawat atau dahan pohon. Instruksi tersebut disampaikan melalui pengeras suara sehingga dapat didengar oleh penumpang di lantai dua, meski pengemudi berada di bawah.
“Kalau belok (ke Jalan Wastukencana) juga disuruh hati-hati dengan kabelnya Ya depan, pendek, harap dicatat, semua orang di atas merunduk. “Kalau kata pengelola harus merunduk lama-lama, berarti jangan angkat kepala dulu,” ujarnya sambil mencontohkan surat pemberitahuan.
Dede sendiri mengaku mengemudikan bus tersebut dengan kecepatan lambat.
“Bandros tidak boleh melaju dengan kecepatan tinggi,” ujarnya.
Untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali, Ridwan berencana menempatkan polisi pariwisata di setiap bus Bandros.
“Saya akan mengesampingkan polisi pariwisata pemandu wisata. “Juga akan dipilih rute yang relatif aman,” kata Emil.
Masalah kabel juga menjadi hal yang sedang dievaluasi. Padahal, kata Ridwan, pihaknya sudah mempunyai visi Bandung Tanpa Kabel dengan meminta BUMD memasang kabel di bawah tanah.
“Visi Bandung Tanpa Kabel seharusnya sudah dimulai setelah Konferensi Asia Afrika (AAC). Jadi kalau di sekitar (lokasi) KAA, kabelnya di bawah tanah, seperti di Jalan Merdeka, kata Ridwan. —Rappler.com
BACA JUGA: