Waspadai jebakan Seleccao das Quinas
keren989
- 0
JAKARTA, Indonesia – Dengan status sebagai tuan rumah dan performa yang mulai terlihat meyakinkan, Prancis jelas difavoritkan menang saat menghadapi Portugal di puncak Euro 2016 pada Senin, 11 Juli pukul 02:00 WIB.
Namun, tim tersebut memiliki julukan biru Mereka harus sadar meski Portugal inferior dalam banyak hal, namun pasukan Fernando Santos masih bisa menjadi pil pahit di penghujung perjuangannya.
Hitung mundur sudah dimulai. 2⃣4⃣ jam lagi! #OLEH atau #DARI?#EURO2016 #PORFRA pic.twitter.com/I2bHJLwasE
— UEFA EURO 2016 (@UEFAEURO) 9 Juli 2016
Ya, penampilan di Euro tidak selalu menjadi milik tim yang paling meyakinkan. Ada beberapa episode di mana juaranya bukanlah tim yang paling menghibur atau agresif.
Di Euro 2004 misalnya. Ajang empat tahunan tim Eropa ini diadakan di Portugal. Nama panggilan tim Pilihan Quina ditunjuk menjadi juara. Mereka bermain agresif, menghibur dan tampil di negaranya sendiri.
Di sisi lain, Yunani dinilai sebagai tim yang membosankan. Mereka lolos dari babak penyisihan grup status penerus di bawah Portugal.
Dari perempat final hingga semifinal, skor kemenangan mereka kembar: 1-0.
Namun, tim yang meragukan dan membosankan ini memenangkan Euro 2004 setelah mengalahkan Portugal dengan selisih kecil.
Pada edisi kali ini, kritik juga ditujukan kepada Cristiano Ronaldo dan kawan-kawan. Dari babak penyisihan grup hingga perempat final, mereka belum pernah menang dalam waktu normal 90 menit.
Kemenangan pertama mereka sebenarnya terjadi di babak semifinal. Yakni saat menghadapi Wales. Ashley Williams dan kawan-kawan dihancurkan dengan dua gol tak terjawab.
Kemungkinan yang sama bisa terjadi pada Portugal jika Prancis tidak sigap saat menjamu Portugal di kandang sendiri biru dari Stade de France di Paris.
Apalagi Ronaldo punya misi tersendiri di game ini. Ini merupakan pertaruhan terakhir megabintang Real Madrid tersebut untuk timnas. Di usianya yang sudah 31 tahun, ini adalah kesempatan terakhirnya meraih gelar.
“Saya mencapai segalanya di level individu dan klub. “Ini akan menjadi pencapaian besar bagi tim nasional,” ucapnya pemain terbaik dunia tiga kali.
“Ini akan sangat berarti bagi saya. “Memenangkannya untuk tim nasional,” tambahnya.
Portugal eksplosif, Prancis efisien
Portugal tidak banyak menampilkan permainan yang menghibur. Faktanya, sebagian besar kemenangannya diraih dengan penguasaan bola yang rendah.
Melawan Wales di semifinal misalnya. Mereka hanya menguasai 48 persen penguasaan bola. Begitu pula saat mengalahkan Polandia lewat adu penalti. Jumlahnya berada dalam kisaran yang sama.
Sebab, dalam statistik daftar penguasaan bola terbanyak, Portugal tak masuk dalam lima besar. Mereka bermain lebih banyak langsung dengan memanfaatkan serangan balik cepat melalui sayap untuk kemudian melepaskan tembakan sebanyak-banyaknya ke gawang lawan.
Sebab, gaya bermain pasukan Fernando Santos dinilai terlalu pragmatis.
Sistem ini menjadikan Portugal sebagai tim yang paling banyak melepaskan tembakan ke gawang lawan. Total tembakan mereka mencapai 44 kali dengan 36 kali diantaranya tepat sasaran (81 persen).
Di sisi lain, Prancis tak punya terlalu banyak tembakan. Tapi tentu saja lebih akurat. Hugo Lloris dan kawan-kawan hanya melepaskan 36 tembakan dan 35 diantaranya tepat sasaran (97 persen).
Statistik ini menunjukkan bahwa Prancis jauh lebih tajam dibandingkan Portugal. Meski tim asal Semenanjung Iberia lebih agresif, namun lini depan negeri anggur itu punya tingkat turnover gol yang lebih tinggi.
Prancis memiliki rata-rata 2,17 gol per pertandingan sedangkan Portugal hanya 1,16 gol per pertandingan.
Selain itu, Prancis punya distribusi striker yang lebih merata.
Dalam daftar top skorer, Antoine Griezmann mendominasi dengan 6 gol. Namun di antara pemain Atletico Madrid masih ada Olivier Giroud dan Dimitri Payet yang masing-masing mencetak 3 gol.
Bandingkan dengan Portugal yang masing-masing 3 golnya hanya bersumber dari Ronaldo dan Nani.
“Sepertinya tidak ada gunanya membicarakan Prancis. “Yang jelas mereka adalah tim favorit,” ucapnya Santos.
Santos mengaku sudah sadar sejak awal hanya ada tiga tim favorit yakni Jerman, Prancis, dan Spanyol. Namun, ada kemungkinan penantang dari tim lain. Termasuk Portugal.
Termasuk Portugal yang mungkin bisa memenanginya, kata mantan pelatih Benfica itu.
Duel para bintang
Banyak yang menilai bentrokan kedua tim merupakan perang antara dua bomber di kedua kubu. Ronaldo di kubu Portugal dan Antoine Griezmann di kubu Prancis.
Memang dalam daftar top skorer, Griezmann bakal menjadi juara sepatu emas alias sepatu emas dengan 6 gol. Sedangkan Ronaldo jauh di bawahnya dengan 3 gol.
Namun pertarungan kedua tim bukan hanya soal dua angka tersebut saja.
Griezmann berposisi sebagai striker kedua di belakang Giroud. Ia akan lebih banyak bertengkar dengan William Carvalho karena Pepe akan lebih fokus pada Giroud.
Sementara itu, bintang muda lini tengah Portugal Renato Sanches akan banyak berduel dengan Paul Pogba. Meski mencapai final, Pogba belum bisa menunjukkan performa gemilangnya di level klub.
Ia sebenarnya kalah cemerlang dibandingkan Blaise Matuidi dan N’Golo Kante.
Nama terakhir yang disebutkan bisa jadi menjadi pilihan Deschamps. Pasalnya gelandang bertahan Leicester City ini memberikan keseimbangan pada timnya.
Sementara pemain lain mempunyai paradigma menyerang yang kuat, Kante fokus pada pertahanan dan memblok umpan-umpan lawan.
Alhasil, Kante akan lebih mampu menghentikan Sanches atau Ronaldo jika mereka pindah ke area tengah.
Namun, perhatian harus diberikan pada keduanya punggung penuh Perancis yakni Patrice Evra dan Bacary Sagna. Sagna akan menghadapi Ronaldo sedangkan Evra menghadapi Nani. Ngomong-ngomong, Evra dan Nani merupakan mantan rekan satu tim saat masih berseragam Manchester United.
Sagna bisa jadi incaran Ronaldo. Pemain Manchester City itu memang menjadi pilihan utama Deschamps. Namun pemain berusia 33 tahun itu bakal kebingungan tempo Ronaldo yang luar biasa.
Meskipun, Deschamps yakin pasukannya akan mengalahkan Portugal. Ia mengaku tak punya waktu memikirkan strategi. Tim hanya fokus pada kebugaran setelah setiap pertandingan.
Saya yakin para pemain akan siap untuk pertandingan besar ini, katanya.—Rappler.com
Baca laporan lengkap Rappler tentang Euro 2016: