• July 8, 2025
Waspadai zat beracun pada jajanan kering saat lebaran

Waspadai zat beracun pada jajanan kering saat lebaran

Tim SKPT Cilacap menemukan sampel makanan mengandung zat berbahaya Rhodamin B, formalin dan boraks. Bagaimana dengan daerah lain?

CILACAP, Jawa Tengah – Saat musim mudik, banyak sekali godaan untuk menyantap makanan lokal yang sudah kita kenal sejak kecil. Tak hanya rasanya yang kerap menggoda, tampilan warnanya juga menantang.

Beberapa di antaranya adalah kerupuk soto merah, aneka kue lokal berwarna merah muda, dan mie kuning cerah. Belum lagi baksonya yang lengket pastinya akan menguji keimanan Anda.

Namun hasil uji laboratorium yang dilakukan Dinas Pangan dan Perkebunan Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, patut menyadarkan konsumen. Jelang Hari Raya Idul Fitri 1438 H kemarin, Tim Sistem Keamanan Pangan Terpadu (SKPT) Pemda Cilacap melakukan uji petik di sejumlah pasar di wilayah tersebut. Pemantauan dilakukan pada periode 6-117 Juni 2017. Hasil uji laboratorium diperoleh pada 19 Juni 2017.

Hasil? Beberapa temuannya membuat publik bergidik. Anggota tim SKPT Soetji Hernaeni mengatakan, pihaknya menemukan penggunaan pewarna tekstil rhodamin B pada sejumlah makanan, mulai dari biskuit merah atau dikenal dengan biskuit soto, sebagian besar berasal dari Jatiwangi, ada juga yang produksi Kebumen.

Kandungan rhodamin B 2 mg/l. Jumlah yang sama juga terdapat pada biskuit cantir produksi Salebu Majenang.

Makanan tersebut dijual di Pasar Wanareja dan Pasar Patimuan. Kerupuk cantir produksi Ajibarang juga bisa didapatkan di pasar tradisional di Cilacap.

Pernahkah Anda makan Kue Kuping Gajah berwarna merah muda? Kue produksi HRD Ciamis, Jawa Barat ini merupakan salah satu jenis yang diteliti oleh SKPT Cilacap dan tampaknya menggunakan pewarna tekstil Rhodamin B 2-10 mg/l.

Sampel yang diteliti berasal dari pasar Wanareja. Pemateri yang hadir sebagian besar merupakan pedagang, yaitu di Pasar Gandrungmangu, Pasar Kawungaten dan Pasar Kesugihan. Kue ini juga bisa ditemukan di department store Jadi Baru di Kroya

Kue kering Bolu Emprit produksi Majenang mengandung rhodamin B sebanyak 25 mg/l yang banyak terdapat di Pasar Wanareja, Pasar Gandrungmangu, dan Pasar Nusawungu. Kue kering “Telur Gabus” merah produksi Majenang yang hasil pengujiannya mengandung rhodamin B 25 mg/l ditemukan di Pasar Wanareja.

Daftarnya panjang. Makhluk digunakan untuk mewarnai jajanan tahu dikatakan mengandung 40 mg/l rhodamin. Spesimennya ditemukan di pasar Kawungaten. Permen dari luar Cilacap, seperti Sekuteng dari Banjar-Ciamis, juga banyak ditemukan di Pasar Patimuan dan mengandung pewarna tekstil.

Jajanan anak-anak, nasi merah Jipang produksi Cikoneng-Ciamis, Jawa Barat, mengandung 40 mg/l rhodamin B yang banyak ditemukan di Pasar Wanareja, Pasar Gandrungmangu, Pasar Kroya, Pasar Limbangan, Cilacap, dan Pasar Sidadadi.

Menyebabkan kanker

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Rhodamin B yang berwarna merah cerah telah dilarang di Eropa sejak tahun 1984 karena bersifat karsinogen atau penyebab kanker yang kuat. Rhodamin B berbentuk bubuk kristal berwarna hijau atau ungu kemerahan. Bubuknya tidak berbau dan dalam larutan akan bersinar atau berpendar merah terang.

Rhodamin B sering digunakan dalam industri tekstil kertas, pewarna kain, kosmetik, produk kebersihan mulut dan sabun. Soalnya produk ini sering digunakan untuk membuat kerupuk, terasi, cabai merah giling, agar-agar, penyedap rasa, manisan, manisan, sosis, sirup dan minuman lainnya.

Selain warnanya yang merah cerah mencolok, jajanan yang mengandung Rhodamin B biasanya terasa pahit di lidah. Badan kesehatan PBB, WHO, memperingatkan bahaya Rhodamin B karena sifat kimia dan logam berat yang dikandungnya.

Rhodamin B juga mengandung senyawa klorin (C1). Senyawa klorin merupakan senyawa halogen yang berbahaya, reaktif dan toksik di dalam tubuh.

BPOM mengingatkan, konsumsi Rhodamin B dalam jangka panjang akan menumpuk di dalam tubuh dan dapat menimbulkan gejala pembesaran hati dan ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan fisiologis tubuh, atau bahkan dapat menyebabkan kanker hati.

Menurut Soetji, belum semua kabupaten di Jateng telah membentuk SKPT untuk memantau peredaran pangan yang mengandung bahan berbahaya.

“Kami pantau menjelang lebaran, karena ada aliran makanan kering dalam jumlah besar dari berbagai daerah,” kata Soetji kepada Rappler, Jumat, 24 Juni.

Selain penggunaan Rhodamin B sebagai pewarna makanan, tim juga menemukan penggunaan bahan pengawet mayat atau formalin dan boraks pada sejumlah olahan makanan seperti nugget ayam, kvetiaw, bakso cimol bahkan red jelly produksi Kroya. Dalam snack ini terdapat 50 mg/l boraks.

Bahan pengawet makanan (bleng) asal Sukoharjo positif mengandung boraks lebih dari 10.000 mg/l dan ditemukan di Pasar Sidodadi, Cilacap. Soetji mengatakan, selain memantau peredaran dan penggunaan bahan berbahaya pada pangan, tim juga akan mengedukasi produsen untuk menggunakan pewarna makanan yang aman dikonsumsi.

Temuan SKPT Cilacap menimbulkan pertanyaan, bagaimana dengan jajanan yang beredar di daerah lain di Indonesia? Kapan terakhir kali Anda makan semangkuk soto kerupuk merah? – Rappler.com

Keluaran SDY