• September 30, 2024

Wawancara Ketua KPU soal Pilkada Serentak: Politik uang adalah kejahatan

JAKARTA, Indonesia – Husni Kamil Manik sedang dalam perjalanan menuju Bandung, Jawa Barat, saat Rappler menghubungi Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) melalui telepon hari ini, Kamis, 10 Desember 2015.

Ia akan menghadiri Festival Hari Anti Korupsi, acara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), yang tahun ini dipusatkan di Bandung.

Kemarin, Rabu, 9 Desember, saat pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak digelar, Husni berada di Padang, Sumatera Barat. Dia memilih di TPS 6, Desa Surau Gadang, Kecamatan Nanggalo.

(BACA: LIVE BLOG: Pilkada Serentak 2015)

“Seluruh proses pilkada belum selesai sebelum suara dihitung dan hasil pilkada disahkan. Namun sejauh ini pelaksanaannya berjalan lancar, kata Husni.

Namun, ada 5 daerah yang batal mengikuti pesta demokrasi kemarin Belum ada keputusan hukum yang bersifat final dan mengikat terhadap calon yang akan maju pada pilkada serentak.

Tunggu dulu proses hukumnya, kata Husni.

Namun Husni bersama komisioner KPU lainnya menorehkan sejarah baru dengan menjadi penyelenggara pilkada serentak di 32 provinsi yang melibatkan sembilan provinsi, 224 kabupaten, 36 kota, dan 829 pasangan calon kepala daerah. Ini merupakan yang pertama dalam sejarah Indonesia.

(BACA: Hasil hitung cepat Pilkada 2015)

Tahun lalu, KPU juga melakukan gebrakan pada Pilpres 2014 dengan melaksanakan data terbuka.

Berikut wawancara Rappler dengan Husni terkait Pilkada Serentak:

Siapakah sasaran pemilih yang datang ke TPS dan memilih?

Target pemilih pada Pilkada Serentak tahun 2015 sesuai rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) adalah 77,5 persen. Hal ini umumnya berlaku untuk semua pemilu.

Sejauh ini, untuk pilkada kemarin, dari angka yang disampaikan ke KPU, partisipasi pemilih berkisar 70 persen. Tapi ini belum final.

Dibandingkan dengan rata-rata tingkat partisipasi pemilih pada pilkada sebelumnya yang berkisar 55-65 persen, berarti terjadi peningkatan tingkat partisipasi pemilih pada pilkada serentak.

Tingkat partisipasi lebih tinggi di daerah pedesaan dan pedesaan. Terdapat perbedaan perilaku memilih dibandingkan di perkotaan, terutama pada kelompok perumahan dan kondominium. Di daerah elit seperti ini, rata-rata tingkat partisipasi pemilih berada pada angka 20-25 persen. KPU kini tengah mendalami hal tersebut. Apakah ada unsur pemilih yang acuh tak acuh?

Ada juga persoalan elektabilitas calon. Jika pasangan calon yang tersedia bagi pemilih tidak menarik dan tidak sesuai harapan, maka pada akhirnya mereka akan enggan datang ke tempat pemungutan suara. Tingkat partisipasinya rendah.

Bagaimana dengan pengaduan dari pemilih yang tidak menerima surat suaranya?

Namun sejauh ini, laporannya masih sedikit. Sebagai penyelenggara pemilu, KPU sudah lama melakukan sosialisasi, termasuk menerbitkan pedoman bagi petugas KPPS (Kelompok Panitia Pemungutan Suara).

Sosialisasi merata di tingkat kota dan desa. Bahkan petugas KPPS harus menemui calon pemilih, mendapatkan tanda tangan sebagai bukti telah menerima surat undangan, sekaligus melakukan sosialisasi, termasuk agar tidak terpengaruh politik uang.

Politik uang masih menjadi keluhan dalam pemilukada serentak. Apakah KPU punya datanya?

Banyak laporan lisan yang masuk. Tapi kami belum memverifikasinya. Itu tugas pengawas pemilu dan penegak hukum. KPU tidak lagi menganggap politik uang hanya sekedar penyimpangan. Politik uang adalah kejahatan. Harus ditanggapi dengan serius.

Melawan politik uang harus dilakukan secara sistematis. Salah satu materi penting dalam sosialisasi pilkada serentak adalah menghindari politik uang.

Masalahnya, seringkali setelah pemilu atau pemilukada, isu politik uang hilang dari pemberitaan, hilang dari perhatian masyarakat. Namun, kita harus terus menindaklanjutinya dan memastikan pelakunya dihukum. Karena itu adalah kejahatan serius.

Peran KPU ada pada sisi pencegahan dan sosialisasi. Proses selanjutnya ada pada pengawas pemilu dan penegak hukum. Kami berharap media dan masyarakat mengikuti semua proses hingga tuntas. Jangan lupakan catatan tentang kebijakan moneter ini.

Bagaimana dengan keamanan, selain peristiwa pengeroyokan di Keerom, Papua?

Sejauh ini terima kasih Tuhan lancar, aman. Koordinasi dengan kepolisian dan TNI terus dilakukan secara intensif. Yang terpenting, masyarakat telah matang dan menjadi lebih rasional. Mereka tidak terpengaruh dengan dinamika di lapangan, apalagi yang memancing persoalan.

Koordinasi dengan pemerintah pusat dan daerah juga berjalan baik. Termasuk pasangan calon.

Hal ini merupakan kemajuan yang menggembirakan karena KPU akan menyiapkan pilkada serentak jilid 2 untuk 101 kepala daerah pada awal tahun 2017, serta persiapan pemilu 2019.

Apakah jumlah pasangan calon kepala daerah perempuan meningkat?

Dari segi jumlah calon, seingat saya tidak ada penambahan. Apakah lebih banyak pemenang muncul? Jika demikian, saya senang. Namun kami menunggu proses penghitungan resminya.

Pasangan penghuni (petahana), menang banyak?

Kami juga menunggu perhitungan resminya. Memang saya melihat quick count dan beberapa lembaga survei mengatakan demikian. Namun di tingkat gubernur saja, lebih dari satu petahana kehilangan angka sementara. Jadi kita tunggu saja hasil resminya ya. —Rappler.com

BACA JUGA laporan lengkap Pilkada Serentak 2015:

Pengeluaran SDY