• April 7, 2025

Yuk, pelajari motif batik Jawa Barat di trotoar Gedung Sate

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Berbagai motif batik Jawa Barat tercetak di trotoar Gedung Sate, Bandung

BANDUNG, Indonesia. Apa yang biasanya kamu lakukan saat berjalan di trotoar? Kebanyakan pasti akan menjawab, sekedar jalan-jalan atau jalan-jalan sambil ngobrol dengan teman.

Namun berjalan di trotoar depan Gedung Sate Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Anda bisa mendapatkan tambahan ilmu. Sambil berjalan-jalan, Anda bisa mempelajari berbagai motif batik yang ada di Jawa Barat.

Trotoar depan kantor pemerintahan provinsi terpadat di Indonesia ini memang unik. Lantainya tidak hanya terbuat dari paving block atau keramik, tapi juga potongan batu alam bermotif batik.

Ada sekitar 10 motif batik asal Jawa Barat yang terpahat di lantai trotoar sepanjang sekitar 50 meter. Diantaranya, batik Dewa Laut Kuningan, batik Seureuh Bogor, batik Garutan, Sedamukti Payung, batik Truntum Cirebonan, dan, batik Garutan Sedamukti Melati.

Bagi yang belum familiar dengan motif batik, jangan khawatir. Sebab setiap motif batik yang dicetak di trotoar disertai dengan nama dan daerah asal batik tersebut.

Ide pemanfaatan trotoar sebagai media edukasi motif batik Jawa Barat datang dari Ruddy Gandakusumah, pejabat eselon II di lingkungan Pemprov Jabar.

Idenya muncul pada tahun 2011, saat Ruddy menjabat sebagai Kepala Biro Protokol dan Humas Umum (HPU) Pemprov Jabar. “Saya ingin trotoar tidak hanya berfungsi untuk jalan, tapi juga untuk pendidikan,” kata Ruddy saat ditanya oleh Rappler, Minggu, 24 Oktober 2016.

Ruddy memikirkan edukasi apa yang pantas diberikan kepada masyarakat, khususnya warga Bandung yang kebetulan berjalan di trotoar. Terakhir, Ruddy memilih menampilkan motif batik Jawa Barat.

“Potensi batik di Jabar sangat luar biasa. “Masyarakat setidaknya akan diingatkan akan hal itu, sekaligus memberikan pembelajaran dan pengenalan potensi batik di Jawa Barat,” kata Ruddy yang kini menjabat Kepala Biro Pembangunan Sosial Setda Jabar.

Selain motif batik, Ruddy juga membuat motif alat musik tradisional Jawa Barat di trotoar depan Masjid Al Muttaqin yang terletak di kawasan Gedung Sate. Alat musik yang tercetak di lantai trotoar adalah seruling, calung, kendang, rebab, bonang, kecapi, dan gong.

“Ini juga sebagai cara untuk memperkenalkan khasanah seni yang ada di Jawa Barat,” kata Ruddy.

Warga Bandung, Anti Desya mengaku baru mengetahui ada motif batik di trotoar Gedung Sate. Hal itu baru disadari ibu rumah tangga tersebut saat melintasi trotoar selepas pulang ke rumah usai mengaji di masjid Gedung Sate.

“Idenya bagus, juga melahirkan ilmu. Ngomong-ngomong, saya tidak tahu banyak tentang batik di Indonesia. “Saya juga kaget ada motif batik di trotoar,” ujarnya saat ditemui Rappler yang lewat di trotoar.

Senada dengan Anti, warga Bandung lainnya, Nabila Fauzan, juga mengatakan, ide pemanfaatan trotoar sebagai media edukasi merupakan ide yang bagus dan efektif. Menurut gadis 20 tahun itu, berjalan di trotoar terasa menyenangkan dan bermanfaat karena mendapat ilmu baru.

“Bagus, pejalan kaki yang mendidik. Biasanya Lihat batik TIDAK Tahukah anda darimana batik berasal? “Tetapi ketika saya berjalan di trotoar ini, saya sekarang tahu,” kata mahasiswi salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Bandung ini.

Meski demikian, Nabila berpesan agar Pemprov Jabar merawat trotoar batik ini dengan baik. Sehingga motif batik cap tetap bisa dinikmati dan dipelajari oleh pejalan kaki.

“Perawatannya harus dilakukan terus menerus, jangan sampai (warnanya) pudar,” saran Nabila. —Rappler.com

Result SDY