• November 10, 2024
AirAsia QZ8501 jatuh karena sistem deteksi kerusakan pesawat gagal

AirAsia QZ8501 jatuh karena sistem deteksi kerusakan pesawat gagal

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Penerbangan AirAsia QZ8501 rute Surabaya-Singapura rupanya mengalami kondisi cuaca buruk karena sayap kehilangan cahaya

JAKARTA, Indonesia (UPDATED) – Penerbangan AirAsia QZ8501 rute Surabaya-Singapura kehilangan daya angkat dan jatuh di perairan Pangkalan Bun pada 28 Desember 2014, berdasarkan hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) yang pada Selasa, Desember dirilis. 1 2015.

Pengendalian manual pesawat oleh awak pesawat kemudian menyebabkan pesawat memasuki kondisi tersebut keadaan terganggu Dan mencuri sampai akhir FDR (Perekam data penerbangan),” kata Plt Ketua Subkomite Investigasi Kecelakaan Transportasi Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa.

“Itu di luar kemampuan pilot.”

Nurcahyo mengatakan, pesawat tampak dalam cuaca buruk karena sayapnya kehilangan cahaya.

“Pesawat tidak bisa menyelam karena bagian belakangnya kehilangan daya angkat,” ujarnya.

AirAsia QZ8501 lepas landas dari Bandara Juanda pada pukul 05.35 WIB, namun sejak pukul 06.01 FDR mencatat ada aktivasi sinyal peringatan karena adanya masalah pada sistem. Pembatas Perjalanan Kemudi (RTL).

“Gangguan ini juga aktif Pemantauan pesawat terpusat secara elektronik (ECAM) berupa pesan AUTO FLT RUD TRV LIM SYS,” ​​ujarnya.

Berdasarkan pesan tersebut, jelasnya, awak pesawat menjalankan perintah sesuai langkah yang tertulis di ECAM.

“Gangguan pada sistem RTL tidak berbahaya,” kata Nurcahyo.

Dikatakannya, gangguan keempat terjadi pada pukul 06.15 WIB dan FDR mencatat peruntukannya berbeda dengan tiga gangguan sebelumnya namun menunjukkan kemiripan dengan kejadian 24 Desember 2014 saat pesawat masih di darat saat itu. Pemutus arus (CB) dari Kalkulator pembesaran penerbangan (FAC) telah diatur ulang.

Nurcahyo juga menyebutkan, tindakan awak pesawat setelah gangguan keempat mengaktifkan sinyal peringatan kelima yang memunculkan pesan di ECAM berupa AUTO FLT FAC 1 FAULT dan keenam memunculkan pesan di ECAM berupa AUTO. FLT FAC 1+2 KESALAHAN.

“Setelah pesan itu, auto-pilot dan dorongan otomatis tidak aktif, sistem kontrol terbang dengan kawatmengganti pesawat dari hukum biasa itu hukum alternatif di mana beberapa perlindungan tidak aktif,” katanya.

Dia mengatakan, pengendalian manual pesawat oleh awak pesawat kemudian menyebabkan pesawat memasuki kondisi tersebut kondisi yang tergangguyang artinya di luar kondisi normal dengan sudut kemiringan lebih dari 25 derajat angkat hidung dan 10 derajat hidung ke bawah.

Hasil KNKT juga menunjukkan bahwa pemimpin penerbangan (kapten pilot) sebagai pemantauan percontohan dan co-pilot bertindak sebagai pilot terbang.

Sebelumnya, penerbangan AirAsia QZ8501 rute Surabaya-Singapura hilang pada 28 Desember 2014.

Tragedi tersebut menewaskan 155 penumpang dan 7 awak kapal. Dua hari kemudian, puing-puing pesawat ditemukan, mulai dari pintu darurat pesawat hingga jenazah korban. —Rappler.com

BACA JUGA:

Data Sydney