• November 14, 2024

Dari COP 21 Paris, inisiatif untuk mengurangi sampah makanan akan diluncurkan

Terdapat enam inisiatif kerja sama di bidang Pertanian dan Pangan yang telah disepakati oleh negara dan organisasi anggota LPAA. Apa pun?

PARIS, Perancis – Pemerintah telah menyepakati enam inisiatif kolaboratif dengan organisasi pangan dan pertanian untuk menanggapi ancaman yang dihadapi kedua sektor akibat perubahan iklim.

Upaya tersebut dilakukan oleh LPAA yaitu Lima Paris Action Agenda yang ditetapkan oleh pemerintah Peru dan Perancis serta United Nations Framework for Climate Change (UNFCCC). Peru menjadi tuan rumah Konferensi Para Pihak (COP) 20 yang diadakan tahun lalu.

“Ancaman perubahan iklim sangat nyata terhadap kehidupan jutaan petani. “LPAA berkomitmen untuk melindungi petani dan mengurangi emisi gas rumah kaca,” demikian bunyi siaran pers organisasi tersebut.

Pertanian merupakan salah satu sektor yang paling terkena dampak perubahan iklim. Musim kemarau yang lebih panjang menyebabkan kekeringan dan mengancam hasil panen tanaman pangan, yang pada akhirnya mengancam kehidupan petani dan ketahanan pangan.

Sektor pertanian juga menyumbang 24 persen emisi gas karbon yang mendorong perubahan iklim itu sendiri.

Inisiatif yang diluncurkan oleh LPAA berfokus pada empat bidang utama. Fokus tersebut terdiri dari kualitas lahan pertanian, sektor peternakan, kehilangan pangan dalam proses produksi dan limbah pangan, serta metode berkelanjutan dalam proses pertanian dan ketahanan petani.

Kerja sama tersebut dilakukan dalam bentuk pemberian pendanaan dan pengetahuan dari negara maju dan berkembang. Tujuannya adalah untuk membantu petani menjadi pemain kunci dalam pembangunan rendah karbon dan masa depan yang berketahanan iklim.

Enam inisiatif kolaboratif tersebut adalah:

1. “Inisiatif 4/1000”: Landasan bagi ketahanan pangan dan iklim

Tujuannya untuk melestarikan dan melindungi ketersediaan karbon di dalam tanah, sehingga dapat mengurangi emisi gas karbon. Inisiatif 4/1000 per tahun untuk menyimpan ketersediaan karbon di dalam tanah dilakukan dengan pengelolaan tanah yang lebih sehat.

2. Karbon daging sapi kehidupan

Terinspirasi dari program di Perancis, tiga negara Eropa lainnya yaitu Irlandia, Italia dan Spanyol melakukan upaya untuk mengurangi jejak karbon besar dari aktivitas peternakan sapi. Sasarannya adalah mengurangi 15 persen emisi karbon dalam 10 tahun ke depan di keempat negara tersebut.

3. Program adaptasi bagi petani kecil

Memberikan dana hingga 285 juta dollar AS untuk membantu petani kecil meningkatkan kapasitas produksi secara berkelanjutan. Targetnya, hasil bantuan pendanaan ini akan menurunkan 80 juta ton emisi gas rumah kaca pada tahun 2034 dan memperkuat ketahanan 8 juta petani kecil.

4. Transisi 15 negara di Afrika Barat menuju agroekologi.

Mendorong transisi negara-negara di kawasan menuju agroekologi, atau pertanian berbasis lingkungan, tidak hanya melibatkan 15 negara. Namun juga Burkina Faso dan Ghana, serta lembaga multilateral seperti Bank Dunia dan Bank Eropa. Hal ini merupakan upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim yang akan berdampak pada 25 juta rumah tangga petani pada tahun 2025.

5. Inisiatif pembangunan biru

Inisiatif ini melibatkan beberapa mitra yang dipimpin oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO). Gerakan pembangunan biru adalah untuk mendukung ketahanan iklim, ketahanan pangan, pemberantasan korupsi dan pengelolaan kehidupan secara berkelanjutan di wilayah pesisir, khususnya di negara kepulauan kecil.

Tujuan dari kerja sama ini adalah untuk mengurangi emisi karbon hingga 10 persen dari proses produksi di sektor perikanan. Selain itu, terdapat 10 negara target dalam waktu lima tahun (dan 25 persen dalam waktu 10 tahun), serta pengurangan aktivitas penangkapan ikan berlebihan sebesar 20 persen di negara target dalam waktu lima tahun (50 persen dalam waktu 10 tahun).

6. Save Food Initiative (inisiatif global mengenai pangan rusak dan terbuang).

Kolaborasi di bawah koordinasi FAO ini cukup unik. Melibatkan lebih dari 500 perusahaan dan organisasi industri dan aktivis masyarakat, inisiatif Save Food bertujuan untuk mengurangi makanan yang rusak, terbuang, dan sisa dalam proses produksi pangan.

Tantangan dari kolaborasi ini adalah inovasi lintas sektor untuk memastikan tidak ada makanan yang terbuang dalam proses dari peternakan hingga garpu.

Inisiatif ini akan diluncurkan dalam beberapa hari ke depan. Upaya ini akan mengurangi emisi gas rumah kaca, karena kontribusi makanan yang rusak, terbuang, dan sisa terhadap emisi karbon mencapai setara dengan 3,3 giga ton per tahun.

Dalam forum LPAA tersebut, Indonesia diwakili oleh perwakilan Kadin Shinta Widjaya, Ketua Serikat Petani Kelapa Sawit Mansuetus Darto, dan Ketua Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Abdon Nababan.

“Bagi Indonesia, yang kini fokus pada ketahanan pangan, inisiatif untuk mendukung petani kecil adalah hal yang paling mendesak,” kata Shinta kepada Rappler.

Saat ini terdapat 16 negara termasuk Indonesia yang telah menandatangani inisiatif kerja sama dalam kerangka LPAA.

Menurut data FAO, nilai makanan yang terbuang mencapai 750 miliar dollar AS setiap tahunnya.—Rappler.com

BACA JUGA:

Sdy pools