• May 20, 2024
Faktor X bisa menghambat Ahok-Djarot

Faktor X bisa menghambat Ahok-Djarot

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Koalisi yang besar justru dapat mempersulit konsolidasi

JAKARTA, Indonesia – Pengamat politik Charta Politika Yunarto Wijaya menilai dukungan PDI Perjuangan terhadap pasangan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat membuat pasangan tersebut kini berada di atas angin.

Secara kuantitatif dan kualitatif pasangan ini pasti lebih unggul, kata Yunarto di sela-sela pernyataan pasangan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat oleh PDI Perjuangan di Menteng, Jakarta, Selasa malam 20 September 2016.

Memang masuknya PDI Perjuangan membuat dukungan terhadap Ahok, sapaan akrab Basuki Tjahaja Purnama, dan Djarot semakin kuat. Sebab, sebelumnya mereka didukung oleh Partai Golar, Hanura, dan Partai Nasional Demokrat.

Dengan dukungan empat partai tersebut, Ahok-Djarot kini mengantongi 54 kursi dari 106 kursi di DPRD DKI Jakarta. Padahal, untuk maju di Pilgub dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2017, mereka hanya membutuhkan 22 kursi.

Tak heran, Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham menargetkan pasangan ini menang dalam satu putaran. “Kami juga melihat hasil survei yang ada,” kata Idrus, Selasa, 19 September 2016 di Gedung DPR.

Faktor X adalah sebuah rintangan

Namun, bukan berarti jalan Ahok-Djarot menuju Balaikota akan mulus. Sebab, kata Yunarto, ada faktor X yang bisa membuat keduanya tersandung. Faktor tersebut tak lain adalah cara Ahok dalam berkomunikasi. “Lawan politiknya bisa menjadikan faktor x ini sebagai senjata,” kata Yunarto.

Faktor X lainnya adalah kesenjangan tingkat elektabilitas Ahok dengan tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerjanya. Dalam berbagai survei, lanjut Yunarto, tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Ahok selalu di atas 65 persen.

Namun, pada saat yang sama, tingkat elektabilitas atau elektabilitasnya hanya 45-55 persen. Oleh karena itu, Ahok perlu benar-benar mewaspadai gerakan “asalkan bukan Ahok” yang mulai beredar di media sosial jika tidak ingin tingkat elektabilitasnya terus tergerus.

Koalisi yang gemuk bisa menjadi penghalang

Masuknya Golkar ke dalam gerbong Ahok-Djarot membuat kedua pasangan tersebut kini didukung empat partai, yakni PDI Perjuangan, Hanura, Golkar, dan NasDem. Di satu sisi, dukungan sebesar ini akan sangat menguntungkan.

Namun di sisi lain, dukungan dari pihak-pihak tersebut juga bisa jadi sulit. Sebab, semakin banyak jumlah pendukung, maka konsolidasi akan semakin sulit dilakukan mengingat partai pengusung tentu saja mempunyai ekspektasi yang berbeda-beda terhadap pasangan calon.

Selain itu, ada dua partai besar dalam koalisi Ahok-Djarot, yakni PDI Perjuangan dan Golkar. Sangat mungkin Golkar, maupun Hanura, dan NasDem yang lebih dulu memberikan dukungan, merasa lebih penting dibandingkan PDI Perjuangan yang datang belakangan.

“Harus ada perhatian nyata terhadap konsolidasi antar partai dan dibuat format yang membuat semua orang merasa punya peran, sehingga bisa bekerja,” kata Yunarto. –-Rappler.com

Pengeluaran Hongkong